Bagian 53

5K 626 26
                                    

Kalau mengingat kejadian beberapa hari lalu, bagian pipi hingga telinga Farel selalu merasa menghangat. Jantungnya juga berdegup dengan kencang. 

Farel sudah tahu kalau dirinya memang menyukai Dirga. Awalnya Farel berusaha menyangkal perasaan tersebut. Karena dia pikir itu mustahil baginya untuk menyukai bahkan mencintai Dirga. Apalagi dunia ini adalah novel shoujo, bagaimana mungkin di dalamnya ada bumbu boyslove? 

Tapi semakin dia berusaha menyangkal, semakin jelas perasaan itu. Ditambah dengan perilaku Dirga yang selalu perhatian dan peduli kepadanya. Bagaimana mungkin dia tidak jatuh semakin dalam kepada Dirga? Sulit untuknya untuk kembali seperti sebelum dia menyukai Dirga.

Adapun dengan perasaannya kepada Dirga, Farel tidak berniat untuk mengungkapkannya. Pasalnya dia takut kalau ternyata Dirga hanya sebatas menyukainya sebagai sahabat. Tidak lebih dari itu.

Bila mana itu terjadi, kemungkinan besar dia tidak akan bisa bersahabat lagi dengan Dirga dan hubungan diantara keduanya akan semakin renggang. Dia tidak ingin itu terjadi.

Selain itu, alasan Farel tidak berniat mengungkapkannya karena dia sudah berencana pulang kembali ke dunia asalnya. Dia tidak ingin rencana itu rusak, ketika hanya beberapa langkah lagi rencana tersebut akan tercapai.

Tapi, ponselnya yang masih disita kedua orang tuanya membuat rencana tersebut terhambat. Dia tidak bisa menghubungi Rudi atau mengunjungi Rudi.

"Farel?"

Kesadaran Farel kembali ditarik ke kenyataan yang tengah terjadi. Dia mendongak melihat Dirga yang memanggilnya.

Semester kedua sudah dimulai hari ini. Dan mereka berada di tengah makan siang di tengah keramaian kantin sekolah.

"Sedari tadi kamu hanya memutar-mutar sondok di atas batagor pesananmu, apa kamu tidak menyukainya?"

"Tidak, aku sedang tidak berselera makan saja."

"Jangan menunda makan. Tidak baik untuk kesehatan. Kamu mau aku belikan makanan lain yang akan membuatmu berselera?"

Lihat saja, kan? Dirga sangat peduli kepadanya. Bagaimana dia tidak jatuh cinta pada orang yang bersikap semanis dan selembut ini dari orang yang sering bersikap kaku terhadap orang lain lalu berubah sikap seratus delapan puluh derajat kepadanya. Bahkan, orang yang bertekad tidak akan jatuh cinta pun pada akhirnya akan luluh!

"Tidak perlu. Itu terlalu merepotkan."

"Aku tidak merasa direpotkan. Mau aku belikan makanan yang manis-manis? Kue atau puding?"

Farel tidak bisa menolak, Dirga tahu dia suka makanan manis, "Aku akan makan kue saja. Tapi, aku saja yang membelinya. Aku akan pergi sendiri," katanya lalu segera beranjak dari atas kursi.

"Tunggu! Aku saja yang beli," Dirga menahan kepergian Farel dengan memegang tangannya.

Semua orang yang ada di kantin melihat adegan tersebut. Itu terlihat seperti sepasang kekasih yang bertengkar dan salah satunya akan pergi.

Farel dengan pelan melepas tangan Dirga dan menjawab dengan senyuman di wajahnya, "Tidak perlu. Kamu tunggu disini. Aku tidak akan lama."

Dirga mengangguk dengan patuh seperti seekor anak anjing yang patuh diperintah pemiliknya untuk tetap tinggal. Kenapa Dirga jadi terlihat selucu ini? Kemana Dirga kaku pergi?! Farel tidak kuat melihatnya karena tidak sehat untuk hatinya. 

Farel berjalan ke sisi lain kantin yang menjual makanan ringan di sana. Dia dengan pelan memilih  makanan snack manis.

Dia sebenarnya senang Dirga bersikap seperti itu kepadanya, namun mengingat kejadian saat Dirga akan mendekatkan wajahnya, Dirga seperti seolah orang yang berpura-pura mengingat kejadian itu pernah ada.

Farel tidak ingin memikirkannya. Dirga bersikap itu tidak terjadi atau bukan itu terserah dengannya. Lagipula wajah mereka tidak pernah benar-benar bersentuhan. Apa yang perlu dia konfirmasi dari Dirga?

Saat ini dia harus memikirkan cara untuk menghubungi Rudi!

Setelah membayar snack yang dia pilih, Farel berjalan kembali ke tempat awal dimana dia dan Dirga duduk, tapi langkah kakinya terhenti ketika mendengar suara di belakangnya.

"Berhenti!"

Farel berbalik dan menemukan Amanda di sana menatapnya dengan tajam dan dengan penuh emosi membara di sana.

"Ada apa?" Tanyanya.

Amanda mendengus, "Hah! Kamu ini bagaimana?"

"Apanya yang bagaimana?"

Amanda mengernyitkan dahi dan menggertakan giginya dan menatap Farel dengan marah, "Kamu tahu kesalahanmu? Kamu…. Kamu berjanji membantuku untuk berteman dengan Dirga. Tapi kamu tidak menepatinya dan malah semakin membuatku sulit untuk mendekati Dirga! Dirga bahkan datang langsung kepadaku untuk pertama kalinya hanya untuk mendorongku semakin jauh dan itu karena dirimu!" Amanda berseru dengan keras dan membuat semua orang yang di kantin termasuk Dirga melihat pertikan mereka. 

"Kamu malah semakin dekat dengannya. Lalu bagaimana dengan aku? Aku semakin jauh darinya! Ini semua gara-gara dirimu!"

Sepertinya ini waktunya dia menyadarkan Amanda dari mimpinya, dengan sikap Amanda seperti ini di depan umum bukankah itu semakin memperburuk reputasinya di depan Dirga?

"Amanda, dengarkan aku baik-baik. Aku menyesal karena mau membantumu dekat Dirga. Aku menyesal pernah membantumu dan berteman denganmu. Kamu tidak pernah menganggapku sebagai teman. Kamu hanya memanfaatkan kebaikanku kepadamu selama ini. Bukankah sekarang waktunya kamu untuk berhenti?"

Amanda menunduk untuk beberapa saat setelah mendengar Farel berbicara. 

"Kamu benar-benar munafik Farel! Jadi selama ini kamu berbohong kepadaku? Apa yang kamu katakan pada saat sebelum kita memasuki sekolah ini adalah kebohongan juga?!"

Farel tidak tahu apa yang di katakan okeh Farel asli kepada Amanda.

"Apa maksudmu?"

Amanda mendekat ke arah Farel dan memegang kedua pundaknya dan berseru, "Kamu bilang kamu menyukaiku!," Farel membeku, "Kamu bilang kamu akan terus berada disisiku dan mendukungku bahkan jika sekalipun aku tidak membalas perasaanmu. Lalu sekarang kamu menyesal. Kamu menyesal pernah menyukaiku? Itu bukan kesalahanku kamu menyukaiku! Itu kesalahanmu!"

Plak!

Tamparan keras mengenai pipi Farel meninggalkan jejak kemerahan disana. Amanda kemudian pergi dari sana. Semua orang yang ada di kantin sangat terkejut dengan pertikaian di depan mereka.

Farel memegang pipi bekas tamparan Amanda. Dia pernah menyukai Amanda? Benarkah? Tapi kenapa dia tidak pernah membaca soal itu di novel? 

Farel kemudian merasakan kepalanya tiba-tiba berdenyut. Awalnya denyutan tersebut tidak membuat kepalanya sakit. Tapi lama kelamaan rasa sakitnya semakin kuat dan membuat tubuhnya jatuh ke bawah sambil memegang kepalanya berusaha agar rasa sakit tersebut segera hilang.

Sekelebat bayangan melewati kepalanya. 

"Apa yang ingin kamu bica---"

Adegan tersebut segera hilang lalu disusul oleh datangnya kejadian lain secara sekilas.

"Aku tidak masa---"

Rasa sakit di kepalanya semakin kuat, dan sekarang Dirga sudah berada di sisinya dan memegang tubuh Dirga.

"Farel kamu kenapa?" Tanyanya khawatir.

Namun Farel tidak bisa mendengar pertanyaan Dirga karena telinganya seolah tersumbat oleh sesuatu.

Farel dengan pelan mengerang kesakitan di bagian kepalanya dan membuat air matanya keluar dengan perlahan. Tidak membutuhkan waktu lama setelah itu kesadarannya hilang. 

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued

[BL] ÉkstraWhere stories live. Discover now