Bab 7 - Kami Saudara!

637 38 4
                                    

Penjelasan teori yang disampaika guru di depan kelas tidak lagi menarik perhatian Margaret. Gadis itu hanya melihat keluar jendela ke langit cerah, terhanyut dalam lamunan tentang Morgan. Cara lelaki itu berhasil. Bayangan kakaknya yang menciumnya semalam masih jelas terbayang dalam pikiran Margaret, dibandingkan traumanya saat dicium orang lain. Bibir Morgan terasa masih melekat di bibir.

Pikiran yang kini dipenuhi wajah Morgan, membuat Margaret sadar ada yang tidak beres. Dengan cepat Margaret menggelengkan kepala.

"Margaret!" Suara guru memanggilnya tiba-tiba, membuat gadis itu tersentak dari lamunan. "Apakah kelasku membosankan? Baiklah, kau boleh istirahat setelah menjawab soal di papan tulis ini sekarang."

Margaret makin kaget. Dia berdiri ketar-ketir. Hanya dengan membaca soal fisika tersebut, Margaret tahu dirinya tidak mampu menjawabnya secara langsung tanpa bantuan internet. Guru pun menghela napas.

"Sst!" Jessica berbisik. Margaret melirik ke meja di samping kanannya, dan melihat Jessica meunjukkan jawaban di buku tebal. Margaret menelan ludah, lalu menjawab pertanyaan guru dengan percaya diri, dan sesuai harapan jawabannya benar, sehingga ia diloloskan dari momen menegangkan ini dengan kembali duduk tenang. Margaret bernapas lega.

Lima menit berikutnya bel istirahat berbunyi, kelas bubar. Margaret merasa tertolong oleh anak baru di sampingnya ini. Dia berniat berterima kasih padanya. "Apa kau mau ke kantin sekarang?" Tanya Margaret.

"Ya," jawab Jessica.

"Margaret! Ayo berburu makanan!" seru Lua dari tempat duduknya di depan. Ada Ribella juga di sana yang menunggu.

"Kalau begitu ayo semuanya ikut denganku!" Rona ceria terpancar di wajah Margaret.

Koridor yang mereka lewati cukup ramai. Keempat gadis cantik itu menjadi magnet perhatian seketika. Tapi mereka cuek saja seolah sudah biasa, dan tidak bagi Jessica yang masih baru di sekolah ini.

Jessica bingung dengan reaksi semua orang ketika mereka berjalan bersama. Kenapa dan siapa yang orang-orang itu lihat? Seolah ada tanda tanya muncul di atas kepala Jessica. Jessica tidak terbiasa dilihat banyak orang pun menundukkan kepalanya, dia hanya melihat sepatu ketiga gadis ini berjalan.

"Ada menu apa hari ini?" Margaret melihat-lihat isi kaca etalase. Mereka kemudian mengantri untuk mengambil makanan di nampan.

"Apa kau tidak suka daging?" Jessica bertanya ketika melihat Margaret melewatkan daging.

"Aku tidak suka daging kambing," jawab Margaret.

Keempat gadis itu mencari tempat duduk, akan tetapi semua meja di kantin terlihat penuh. Mereka kebingungan, hingga mata Margaret bertemu pandang dengan mata Morgan di sana. "Kita ke sana saja," ajak Margaret. Diikuti ketiga temannya ke meja Morgan berada.

"Sepertinya di sini ada kursi kosong. Boleh kami duduk di sini?" izin Margaret ramah pada teman-teman Morgan. Langsung disambut hangat para lelaki itu yang berjumlah tiga, teman-teman kakaknya.

"Tapi sebelum itu, kalian perkenalkan nama dulu," kata Rocky menggoda mereka. Maka keempat gadis tersebut menyebut nama masing-masing.

Secara kebetulan Margaret dapat kursi kosong di sebelah kakaknya. Dia menarik kursi itu lalu duduk dengan tenang.

"Wajah kalian tidak asing, apa kalian sudah punya pacar?" tanya Devon. Empat kepala kompak menggeleng sebagai jawaban.

"Ah benarkah? Aku tidak percaya. Kalian cantik, tidak mungkin tidak memiliki kekasih," sambung Lucas heran.

Margaret diam-diam curi-curi pandang ke arah Devon yang duduk di seberangnya. "Kudengar kalian sudah punya pacar, kan?" Margaret bertanya.

"Pacar? Jangan bercanda. Kami semua adalah laki-laki jomblo." Lucas melambaikan tangan sambil terkekeh, merasa konyol pada pertanyaan tersebut.

Mata Margaret mengedip polos. Tidak punya pacar? Batinnya mengulang kalimat itu dengan penuh tanya. Apakah artinya yang dikatakan Morgan tentang Devon sebenarnya kebohongan saja? Margaret lalu melirik pada lelaki di sampingnya. Namun Morgan terlihat diam saja, fokus pada makanannya.

"Kudengar kau sudah punya pacar, Devon," celetuk Margaret. Tidak bisa dia pendam saja rasa penasaran ini.

"Kami sudah putus." Devon jawab dengan mata yang sedih.

"Dia baru saja diputuskan pacarnya. Sekarang dia sedang berjuang untuk move on, atau mungkin gagal move on," ledek Rocky.

"Karena kita di sini genap, bagaimana kalau salah satu di antara kita menjadi pasangan? Sepertinya aku tertarik pada pandangan pertama padamu, Margaret," celetuk Rocky, begitu lancar mengatakannya penuh percaya diri. Tak tahu ucapannya membuat gerakan tangan Morgan terhenti saat mengangkat sendok.

Devon melirik sekilas pada Morgan. "Rocky, gadis itu sudah memiliki pawang," ujar Devon. "Pawangnya bahkan lebih ganas daripada singa." Devon melebihkan, tersirat nada meledek. Ungkapan yang cukup mewakili sosok sahabatnya yang ia kenal dekat.

"Siapa?" tanya Rocky ingin tahu. Lucas juga menatap Devon, dan mereka menunggu jawaban. Namun yang mereka dapati hanya helaan napas Devon.

"Kau akan tahu seekor singa akan menunjukkan taringnya nanti," kata Devon.

"Sayang sekali, aku pikir kau tidak punya pacar..." ucap Rocky.

"Aku memang tidak memiliki pacar," tegas Margaret. "Apa kau ingin menjadi pacarku?" Senyum miring muncul di sudut bibirnya. Margaret hanya bercanda. Tetapi ajakan tersebut seakan membuka kesempatan untuk Rocky.

"Kalau begitu apakah kita mulai berpacaran sekarang?" Rocky agak berharap dalam pertanyaannya.

"Ekhm!" Morgan berdeham, dan malah terbatuk-batuk. Margaret cekatan memberikan air minum untuk Morgan. Semua mata menatap ke arah lelaki itu, dan satu-satunya di sana hanya Devon yang tersenyum tipis.

"Apa yang kalian bicarakan tadi? Pacaran dengan Margaret? Tidak boleh." Morgan langsung melarang mentah-mentah. Dua temannya terkejut melihat respon sinis dari kawan sekelas mereka.

Morgan lalu menoleh pada Margaret. "Jangan dengarkan perkataan playboy itu, Margaret."

"Aku selalu mendengarkan apa yang kau katakan, kan?" sahut Margaret tersenyum kecil.

Interaksi mereka terlihat janggal di mata Lucas dan Rocky. "Apa kalian saling kenal?" tanya Lucas.

"Kami saudara. Dia kakakku." Dua kata menegaskan hubungan mereka berdua pada orang lain. Margaret terlihat senang saat mengungkapkan status Morgan, yang seketika mengejutkan dua lelaki tersebut sampai tercengang.

"Ah, jadi ini pawang yang kau maksud?" gumam Rocky, mulai paham maksud Devon tadi. "Kalau begitu aku menyerah. Aku akan memilih satu di antara tiga gadis lainnya." Rocky beralih pada tiga teman Margaret.

"Kami tidak bisa," tolak Lua, diangguki Ribella, dan tidak direspon Jessica yang makan dengan sikap elegan.

"Hahaha! Kau langsung ditolak tiga gadis beruntun, Rocky!" Lucas menertawainya dengan puas. Rocky berdecak sebal.

***


Cinta Tabu Si KembarWhere stories live. Discover now