Bab 46 - Wanita Misterius

158 22 6
                                    

Margaret merasa jengah dengan sikap orang tuanya yang tak kunjung berbaikan. Berdasarkan pertengkaran mereka, Margaret tahu bahwa akar kemarahan ibu adalah karena ayah ketahuan selingkuh. Padahal Margaret berusaha menutupi aib ayahnya dari ibu, agar hubungan mereka tetap harmonis. Tetapi waktu telah mengungkapkan kebenaran dengan cepat.

Margaret tahu ayah berupaya merayu ibu untuk memaafkan perbuatan terlarang itu. Sayangnya, niat baik itu tidak dibarengi dengan niat lain untuk berhenti. Sebab Margaret masih memergoki ayahnya bersama wanita lain yang sekilas lalu, di mana dia sendiri tidak melihat wajah wanita itu secara jelas.

Akhirnya rasa muak Margaret tidak terbendung lagi. Dia menghampiri ayahnya yang sedang minum wiski di sofa. Penampilannya tampak berantakan dan lusuh. "Ayah, tidak hanya ibu yang membencimu. Aku juga," ujar Margaret di depan ayahnya langsung.

Ayah tercengang. Kaget dan bingung. Tiba-tiba puterinya mengatakan sesuatu yang di luar dugaan. "Margaret." Dia terdiam tanpa ada kata-kata yang keluar lagi. Tidak tahu harus mengatakan apa terhadap ucapan Margaret.

"Tidak hanya ibu yang tahu, aku juga tahu kalau ayah selingkuh. Bahkan saat itu ayah bermain dengan wanita lain di kamar karaoke. Apakah wanita itu selingkuhan ayah? Atau ada wanita lain yang bersama ayah?"  Margaret kesal. Sudah sejak lama dia memendam kekecewaannya pada sang ayah.

"Margaret, kau..." Ayah terpojok. Dia tertunduk sambil menutupi wajahnya dengan tangan. Lalu dia menghela napas. "Kau tidak mengerti awal mulanya. Pergilah belajar saja." Menurutnya, anak tidak perlu ikut campur urusan rumah tangga. Ayah sudah terlalu pusing saat ini, ditambah dengan beban pekerjaan. Perkataan Margaret menambah stress pikirannya.

"Ayah tidak peduli lagi pada kami? Aku benci ayah!" Margaret pergi dengan marah. Masuk ke kamarnya dan langsung telungkup di kasur dengan wajah terbenam di bantal.

"Kau kenapa?" tanya Morgan, yang saat itu sedang mengerjakan sesuatu di laptopnya. Dia meninggalkan tugasnya dengan duduk di tepi ranjang Margaret.

"Aku benci ayah. Dia lebih cinta pada selingkuhannya daripada ibu," lirih Margaret dengan suara yang teredam bantal.

Morgan elus rambut panjang adiknya dengan sayang. Lalu Margaret menoleh padanya sambil berkata. "Apa kau membenci ayah juga?" Matanya tidak menangis, tapi menyiratkan perasaan sekarang.

"Aku tidak mendukung tindakan ayah seperti itu. Semua orang di rumah ini kecewa pada ayah. Tapi kita tidak punya kuasa apapun untuk ikut campur urusan mereka. Cukup tahu saja dan lihat bagaimana sikap ayah ke depannya pada ibu nanti," kata Morgan.

"Aku sudah curiga saat menemukan lipstik merah di mobil pada hari itu, tapi kuhilangkan rasa curigaku dengan berpikir positif saja. Namun ternyata kecurigaanku benar." Margaret bangkit untuk duduk, dia peluk bantalnya di pangkuan. "Menurutmu kenapa ayah bisa selingkuh, dan sejak kapan?"

"Aku tidak tahu apapun yang dilakukan ayah di belakang kita. Jadi aku tidak ingin berasumsi yang tidak benar," ucap Morgan.

"Aku pernah melihatnya bersama wanita lain di karaoke malam itu."

"Apa kau melihat wajahnya?" tanya Morgan.

Margaret merenung sejenak, mencoba mengingat-ingat kembali adegan yang dia saksikan dengan mata kepala sendiri. Terbayang seorang wanita berpakaian sexy duduk mengangkang di pangkuan ayah. Penampilan dari belakangnya terlihat seperti wanita sosialita. Ada gelang dan kalung yang berkilau di tubuh wanita itu.

Margaret tidak tahu pasti apa yang sedang mereka lakukan dengan posisi itu. Tetapi pikirannya sudah pasti mengarah pada aktivitas seksual antara lawan jenis. Bahkan siapapun akan berpikir demikian. Margaret menghela napas menyerah.

"Aku tidak tahu." Margaret topang dagunya dengan tangan. "Dia tampaknya bukan sembarang wanita. Karena memiliki banyak aksesoris mahal yang dipakainya. Apakah itu rekan kerja ayah?" tebaknya.

"Kemungkinan besar seperti itu. Mengapa kita tidak mencari tahunya lalu memberi dia pelajaran?" Ide Morgan membuat Margaret tercengang karena tak terpikirkan olehnya.

"Bagus! Tapi, bagaimana caranya? Kita akan sibuk sekolah," kata Margaret.

"Kita tidak perlu membuntuti kegiatan ayah. Ayah sudah pasti memiliki kontak rahasia dengan wanita itu. Kita hanya perlu tahu nomornya, identitasnya, maka semua akan jauh lebih mudah."

***

Tengah malam itu di kamar yang gelap, Morgan mencari tahu sendiri identitas selingkuhan ayahnya di laptop. Bermodalkan nomor telepon yang berhasil dicuri diam-diam dari ponsel ayah, dengan skill peretas yang sedikit dia pelajari, dalam waktu singkat pun berhasil menemukan identitas wanita itu beserta latar belakangnya.

Morgan terdiam mematung menatap layar laptop itu. Sementara Margaret terlihat sudah tidur sejak tadi. Banyak informasi yang Morgan dapatkan, namun setelah tahu siapa selingkuhan ayah, membuat dia merasa bingung.

"Dia seorang pebisnis sukses yang sudah punya segalanya. Bahkan lebih kaya dari kami. Tapi kenapa mengincar pria baya yang sudah beristri?" gumam Morgan, berpikir.

"Wajah wanita ini... Terasa mirip dengan seseorang."

Tiba-tiba dia mendengar suara pintu terbuka di luar. Morgan penasaran siapa yang keluar rumah malam-malam begini. Lantas dia mengintip dari jendela kamar, dan melihat ayahnya keluar rumah, tampak menemui seseorang di dalam mobil yang berhenti di depan pagar rumah.

Morgan menaruh curiga. Lalu mengikuti ayahnya keluar. Morgan berusaha menyembunyikan diri di bayang-bayang gelap agar tidak ketahuan. Dia melihat ayahnya masuk ke dalam mobil.

Tapi mobil sedan itu tidak pergi. Hanya terparkir di depan rumah dengan kaca jendela yang gelap. Hingga keanehan menguatkan kecurigaan batin Morgan, ketika melihat mobil mewah itu bergoyang-goyang. Morgan mengepalkan tangan. Tanpa perlu melihat ke dalam pun Morgan tahu.

Dia langsung mengetuk kaca jendela mobil.

***

Ayah kaget dengan kedatangan mobil sedan mewah itu di depan rumahnya. Dia masuk ke dalam mobil dan memarahi seorang wanita yang duduk di kemudi stir. "Kenapa kau ke sini? Bahkan di depan rumahku!" geram ayah, merasa cemas. Sungguh tindakan wanita itu sangat berani.

"Aku rindu dirimu. Kenapa belakangan ini kau tidak mengabariku?" kata wanita itu. Dia terlihat masih cantik karena perawatan mahal di wajahnya, yang membuat dia kelihatan muda meski usianya seumuran. "Tidakkah kau merindukan aku juga?"

"Istriku sudah tahu aku selingkuh. Aku ingin berhenti. Jadi, tolong jangan temui aku sampai kapan pun lagi," pinta pria baya ini memohon.

"Aku tidak bisa janji. Aku mencintaimu, sayang." Dia belai wajah prianya dengan sayang. Namun matanya menyiratkan sesuatu, dan kemudian dia langsung mencium pria itu lebih dulu. Mereka pun terperosok dalam kehangatan bersama. Sama-sama terlena dengan balutan napsu.

Belum selesai, mereka dikejutkan dengan ketukan di jendela mereka. Mereka panik, terutama pria baya itu yang kaget mengetahui Morgan ada di luar. Apa yang harus dia lakukan?

"Itu puteramu? Dia tampan seperti ayahnya," puji wanita itu.

"Bodoh! Aku bisa berakhir kalau dia tahu aku di sini! Ini gawat!" cemas pria baya itu.

Wanita di sampingnya tersenyum. Tiba-tiba dia tancap gas. Mobil pun pergi melaju dengan cepat. Sementara Morgan mematung menatap mobil itu.

"Ini salahmu, ayah. Kau tidak akan mendapatkan respek lagi dariku selamanya," gumam Morgan, memantapkan hati, membenci ayahnya.

***

#cerita ini masih lama endingnya ya ges yaaa. Kalo lelah, angkat jempolnya wkwkwkwk.
#di bab 50 author kasih visual dan biodata mereka.

Cinta Tabu Si KembarWhere stories live. Discover now