Bab 33 - Tidak Boleh!

231 24 2
                                    

"Apa yang kau lakukan di sini? Apa kau tahu tadi bahaya sekali?" Morgan menyerocos khawatir setelah menurunkan tubuh Margaret.

Margaret diam, tapi manyun. "Kau sendiri kenapa ada di sini?" balasnya dengan tanya, sementara kucingnya telah melompat pergi dari tadi.

"Mencarimu. Kau kabur begitu saja meninggalkan makanan di meja," jawab Morgan.

Margaret menunduk. Dia melangkah pergi, diikuti Morgan. Lalu menghempaskan diri ke kursi taman yang kosong. Margaret menghela napas sembari melihat sekitar.

"Aku khawatir sekali kau terluka tadi. Lain kali jangan sembrono lagi," ujar Morgan seraya meraih tangan Margaret lalu membawanya ke pipi.

Margaret hanya melihat apa yang dilakukan lelaki ini pada tangannya. Kemudian dia merasa aneh. Mengapa kakaknya terlihat biasa saja setelah kepergok tadi? Sedangkan di dalam diri Margaret berusaha melupakan apa yang dia lihat.

"Apa kau tidak malu padaku?" tanya Margaret terheran.

"Huh? Malu apa yang kau maksud?" Morgan menatapnya bingung, tanpa melepaskan tangan Margaret dari pipi.

"Itu... Di kamar mandi... Aku... Tidak sengaja, aku tidak tahu dan melihat semuanya." Margaret tak berani membalas tatapan Morgan saat ini. Dirinya merasa sangat malu sampai harus menunduk, tapi telinganya yang memerah tidak dapat disembunyikan dari pandangan Morgan.

Justru Morgan tersenyum. "Aku hanya terkejut saat kukira kau hantu. Hahaha!" Morgan tertawa sejenak. "Tapi aku tidak keberatan jika kau melihat seluruh tubuhku yang telanjang," ungkapnya mengejutkan.

"Apa?" Margaret mendelik kaget. Apa dia tidak salah dengar?

"Ya. Bahkan jika kau meminta aku untuk telanjang di hadapanmu, akan aku lakukan selama itu hanya ada kita berdua," tambah Morgan, semakin mencengangkan mulut Margaret.

"Kenapa kau jadi gila begini?"

"Bukankah kita terlahir sama? Yang berbeda dari kita hanya jenis kelamin," kata Morgan.

"Tapi tetap saja! Kita sudah dewasa!" Margaret menarik tangannya sendiri dari pipi Morgan, lalu beranjak pergi. Lagi-lagi Morgan mengekori setiap langkahnya berjalan.

Tiba-tiba saja Margaret ditarik kerah bajunya dari belakang oleh Morgan. Margaret mundur lalu mendongak menatap kakaknya.

"Kau jalan sambil memikirkan apa? Sampai tidak sadar lampu sedang hijau," kata Morgan dengan sorot cemasnya. Saat itu juga kendaraan sedang melintasi jalanan dengan cepat.

Margaret tersadar kalau saja dia tak ditarik Morgan, mungkin sekarang tubuhnya sudah terhempas ke aspal jauh lebih sakit daripada jatuh ke tanah dari pohon. Margaret menghela napas dan merilekskan diri.

Tidak lama kemudian mereka mulai menyebrang bersama pejalan kaki lain. Saat itu, Margaret merasakan tangannya digenggam. Morgan menyematkan jemari mereka dengan erat. Sehingga ketika Margaret ingin melepaskannya, tangannya telah terkunci kuat oleh tangan Morgan yang tak mau melepaskan.

Margaret menyerah. Mereka berjalan kaki menuju rumah tanpa ada percakapan.

***

Ketika makan malam bersama di meja makan, ayah memberitahu kalau besok dia harus pergi ke luar kota untuk perjalanan bisnis. Lalu ibu menimpali dan meminta ikut, tapi ayah menolak dengan halus karena alasan kesehatan.

"Bukankah biasanya ibu selalu menemani ayah ke luar kota? Biarkan ibu pergi bersama ayah kali ini agar ibu tidak kesepian di rumah, sementara masa cuti kerja ibu masih lama," sahut Margaret, seakan mendukung keinginan ibu, dan menyudutkan ayah yang berusaha menolak.

Cinta Tabu Si KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang