Bab 61 - Rumah Masa Depan

237 21 4
                                    

Di bawah cahaya lampu kamar, Margaret merasakan keheranan dalam dirinya saat kakaknya, Morgan, memegang bahunya dengan erat. Meskipun mencoba melepaskan diri, cengkeraman Morgan terasa kuat, memikatnya dalam belaian hangat kehangatan. "Apa yang kau inginkan?" bisik Margaret, suaranya gemetar dalam kebingungan.

"Dirimu," jawab Morgan dengan penuh keyakinan, suaranya lembut seperti melodi malam yang merayu.

"Apa maksudmu?" tanya Margaret, matanya memancarkan ketidakpercayaan.

"Aku merindukanmu setiap detik. Ketidakhadiranmu meninggalkan kekosongan yang tak terisi dalam hatiku. Sekarang, aku menemukanmu, dan aku takkan melepaskanmu, tak peduli alasan apapun," ucap Morgan dengan suara penuh kepastian, mengungkapkan perasaannya yang terpendam. "Tidakkah kau merindukanku?" lanjutnya dengan lembut, matanya bersinar penuh harapan.

"Kenapa aku harus merindukan suami orang?" balas Margaret dengan lirih, namun kata-katanya menusuk tajam hati Morgan. Terkesiap, namun Morgan kemudian memahami alasan di balik kata-kata adiknya.

Morgan menghela napas panjang, melepaskan cengkeramannya dari Margaret. Langkahnya menuju meja bundar terlihat tenang, di mana ia menuangkan anggur merah ke dalam gelas kaca dengan gerakan yang penuh makna.

Sementara itu, Margaret hanya bisa menatap dengan kebingungan yang tak tertahankan. "Apa yang kau bicarakan?" tanyanya, suaranya penuh penasaran.

"Duduklah," ujar Morgan dengan tenang.

Meskipun ragu, Margaret akhirnya melangkah mendekati Morgan dan duduk di hadapannya. Mereka saling menatap, dan dalam tatapan mereka, terdapat segala rahasia dan keinginan yang terpendam dari sorot mata Morgan.

"Ini semua karena kondisi keuangan waktu itu." Morgan mengawali ceritanya. Dia mulai menceritakan semua yang tidak diketahui Margaret malam ini.

Margaret syok dan kehilangan kata-kata. Itu semua di luar pikiran dirinya. Margaret hanya bisa terbengong dalam kebingungan.

"Aku hanya ingin dirimu, bukan wanita lain. Meskipun aku sudah menikah, bukan berarti aku mencintainya. Jika kau masih ingin bersamaku, aku akan bercerai," ucap Morgan lugas.

"Bagaimana dengan hutang-hutangmu?" tanya Margaret.

"Aku sudah memiliki pekerjaan dan punya cukup tabungan untuk mengganti semuanya. Tergantung pada dirimu," kata Morgan. Profesinya sebagai dokter telah membuatnya menjadi kaya lebih cepat.

Perasaan Margaret tidak berubah. Hatinya masih menginginkan Morgan seolah-olah kakaknya ini tidak bisa tergantikan oleh pria mana pun meskipun sudah berubah sekeras mungkin.

Melihat Margaret sedang berpikir, Morgan beranjak dari tempat duduk. Baru beberapa langkah, pelukan dari belakang menghentikan Morgan yang bersiap pergi. Terlihat Margaret mendekapnya erat, menempelkan pipinya di punggung lebar sang kakak kandung.

"Aku juga merindukanmu setiap hari. Semua usahaku sia-sia setelah tahu alasan dibalik semua ini," kata Margaret mengakui. Dia mengabaikan harga dirinya demi menjaga cinta yang tak pernah lenyap. "Bawa aku kemana pun kau pergi, kak."

Morgan tersentuh. Dia kemudian berbalik badan, memegang pinggang Margaret dan menatapnya penuh cinta. "Apakah kau serius dengan ucapanmu?" tanya Morgan.

Margaret mengangguk penuh keyakinan.

"Kemasi barang-barangmu," kata Morgan.

"Setelah itu kemana?" tanya Margaret.

"Kau akan tahu. Ayo!" Morgan menarik tangan Margaret. Mereka keluar dari kamar hotel dan kembali ke mobil.

***

Saat Margaret masuk ke apartment Ronald, dia tidak mendapati pria itu. Margaret bergegas memasukkan semua barang-barang miliknya ke dalam koper dengan penuh semangat.

Morgan sudah menunggu di dalam mobil. Dalam waktu singkat mereka meluncur pergi.

Malam semakin larut namun mereka masih dalam perjalanan. Margaret yang penasaran terus bertanya tujuan Morgan membawanya.

"Sebentar lagi kita sampai," kata Morgan. Lima menit setelahnya, dia membelokkan mobil masuk ke pekarangan rumah mewah bergaya Eropa kuno dengan dua lantai.

Mereka turun dari mobil. Margaret melihat dengan kagum pada bangunan tersebut. "Apa ini rumahmu?" tanyanya menebak.

"Ya, aku baru membelinya beberapa minggu lalu. Rumah ini rumah pribadiku, orang lain tidak tahu. Kau adalah orang pertama yang aku ajak ke sini," ungkap Morgan.

"Apakah aku harus merasa tersanjung?"

"Tentu saja," sahut Morgan penuh percaya diri. Dia merengkuh pinggang ramping Margaret dan melanjutkan kata-katanya. "Karena aku membeli rumah ini dengan harapan kau akan kembali padaku."

Mereka masuk ke dalam rumah. Semuanya terlihat mengagumkan di mata Margaret.

"Apa kau suka dengan interiornya?" tanya Morgan. Margaret mengangguk. Kemudian Morgan memeluknya dari belakang. Dia mengecup telinga Margaret.

"Berbalik," perintah Morgan. Margaret lalu memutar badannya menghadap sang kakak, saat itu juga Morgan memeluknya lagi dengan sangat erat. Hingga tiba-tiba pria itu mengangkat tubuh Margaret ala princess.

Morgan menggendongnya melewati ruangan sepi yang remang-remang sebelum membuka pintu kamar. Dia mendudukkan Margaret di tepi kasur, dan saat pria itu hendak bangun, Margaret menahan tengkuknya, dalam sekejap gadis itu menyambar bibir Morgan.

Morgan yang terkejut, segera membalas aksi gadis itu dengan hati senang. Dia mendorongnya berbaring ke kasur, menindih Margaret dalam ciuman panas, mencurahkan segenap hati mereka. Ada senang ada juga sedih, segala rasa bercampur aduk. Kerinduan dan tekanan batin yang dipendam, kini melebur bersama keringat yang jatuh dengan pusaran penuh gairah.

Malam itu Morgan tak memikirkan apapun lagi bahkan tidak berkeinginan untuk pulang ke apartemen. Karena dia larut dalam aktivitas panas dengan Margaret.

"Margaret, aku mencintaimu. Aku mencintaimu," bisik Morgan terbuai di ceruk leher gadis itu. Dia peluk tubuhnya tanpa melepaskan apa yang sedang terjalin di antara mereka.

"Hm, aku tahu. Aku juga mencintaimu, kakakku, priaku," ujar Margaret sambil meremas rambut Morgan, dan punggungnya melengkung merasakan sensasi menyenangkan. Perlahan air matanya jatuh dari sudut mata. Margaret menangis dalam kebahagiaan.

Morgan selingkuh. Ya, dia seakan selingkuh dari istrinya jika dilihat dari sudut pandang orang lain. Namun tak ada yang tahu mengenai hubungan terlarang antara mereka berdua. Mereka menjaga rahasia itu dengan sangat apik sejak bertahun-tahun lamanya.

Kendati demikian, Morgan maupun Margaret tahu kalau rahasia ini suatu saat pasti akan terbongkar juga. Sebelum itu terjadi, mereka telah siap dengan konsekuensinya.

"Tinggallah bersamaku di sini." Suara serak Morgan berbisik lembut sambil membelai wajah Margaret dengan tatapan sayang.



Cinta Tabu Si KembarWhere stories live. Discover now