Bab 21 - Harmoni

237 22 8
                                    

Margaret menaruh buku di rak perpustakaan dan tak sengaja melihat Morgan duduk di sebelah sana. Saat ia ingin menghampiri, langkahnya terhenti ketika ia melihat seseorang lain yang menemani Morgan, membuatnya terkejut. "Jessica?" Gumamnya. Pada akhirnya ia menghampiri mereka dengan ceria.

"Apa kursi di sini kosong?" Margaret menyapa mereka, lalu langsung duduk di samping Morgan meski belum dijawab.

"Kau dengan siapa ke sini?" tanya Morgan pada adiknya.

"Aku ke sini sendirian dan hanya mengembalikan buku yang kupinjam," jawab Margaret. "Aku tidak tahu kalau kau rajin sekali. Pantas saja aku tidak melihatmu di kelas saat jam istirahat," ucapnya pada Jessica yang duduk berhadapan dengan Morgan.

"Ya, aku semakin sibuk belajar karena mengikuti kompetisi sekolah. Kebetulan kami berdua sekelas, jadi kami lebih sering bertemu untuk berdiskusi," kata Jessica menjelaskan sambil melirik ke Morgan. Lirikan mata yang membuat Margaret langsung paham dengan artinya.

"Ah iya, aku punya sesuatu untukmu." Jessica menyodorkan sebungkus permen ke atas buku Morgan. Morgan mengangkat wajahnya dan menatap gadis itu penuh tanya. "Kupikir permen bisa menambah tingkat fokus," kata Jessica.

"Apa kau tidak memberikan satu untukku?" sambung Margaret.

Jessica kemudian merogoh sakunya, tapi kemudian ia meringis dan berkata, "sepertinya itu permen terakhir yang aku miliki. Maaf, lain kali aku akan memberimu permen."

Mata Margaret mendelik ke atas dengan jengah. Paham gelagat Jessica saat ini, bahwa gadis itu hanya memberikan permen secara khusus pada Morgan.

"Untukmu, aku tidak makan permen," kata Morgan dingin, mengoper permen itu ke adiknya di samping. Secara langsung pula menandakan ia menolak pemberian Jessica tepat di depan matanya.

Jessica tampak canggung, sementara Margaret bingung harus menerimanya atau tidak. Tapi tiba-tiba Morgan beranjak bangun, membawa bukunya ke rak buku dan mengambil buku lain. Margaret mengikutinya, kecuali Jessica yang diam di tempat karena merasa tidak enak atas sikap lelaki itu barusan.

"Apa kau sudah makan siang?" tanya Margaret.

"Sudah."

"Aku pikir kau suka permen. Kenapa memberikannya kepadaku?" tanya gadis itu lagi dengan polos, sambil membuka bungkus permen lalu memakannya.

Morgan berbalik badan. "Aku tidak suka permen, kecuali darimu."

"Nanti aku beli permen untuk dibagi denganmu," ujar Margaret, lalu tangan Morgan menempel di bibirnya, mengelus bagian bibir itu dengan gerakan ibu jari yang lembut.

"Kau punya permen, kenapa tidak dibagi untukku sekarang?" Suaranya berubah rendah, nyaris berbisik, dengan deep voicenya yang serak.

Margaret kaget. "Aku hanya punya satu, itu pun dari Jessica tadi. Dan sekarang sudah aku makan," kata Margaret.

Morgan mendekat dan mendorong Margaret hingga terjepit di antara rak buku. Tanpa sepatah kata lagi, ia menundukkan kepala dan menciumnya, mengambil permen dari mulutnya dengan cepat sebelum melepaskan bibir Margaret yang basah. Lelaki itu mengusap bibir Margaret, dan tatapannya mencerminkan hasrat terlarang.

Sementara itu, Margaret membeku seperti manekin tanpa nyawa sejak tadi. Jiwanya seolah melayang entah ke mana saat Morgan melakukan semua itu, hanya bisa memandang bingung dengan pikiran yang kosong. Namun, dia masih merasakan denyut jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya dan tubuhnya tiba-tiba terasa panas seperti berdiri di atas kuali besar yang mendidih.

"Kenapa kau lakukan itu di sekolah?" ucap Margaret setelah mendapatkan kembali kesadarannya. "Bagaimana kalau ada yang melihat kita?" bisiknya melirik sekitar dengan cemas.

Cinta Tabu Si KembarWhere stories live. Discover now