Bab 49 - Tengah Malam

240 19 5
                                    

"Ini apa maksudnya?" Ayah menunjukkan dokumen pada istrinya yang sedang berdandan di depan cermin rias.

"Kau bisa membacanya kan? Kenapa masih bertanya?" sahut ibu acuh, seraya memakai maskara di bulu matanya.

"Surat cerai." Ayah mengerti. "Aku tidak mau menandatanganinya sampai kapan pun!" tegas pria tua itu mantap.

"Aoa untungnya untuk dirimu? Kalau kau menceraikanku, kau bisa dengan bebas bertemu dengan selingkuhanmu, bebas pulang larut malam bahkan tak pulang sekali pun!" Kata-katanya menyindir. Beberapa hari lalu ayah sempat menghilang dari rumah saat pagi hari, tanpa ibu ketahui, bahwa suaminya diculik selingkuhan pada tengah malam gara-gara hampir dipergoki Morgan kala itu.

"Sayang, aku masih mencintaimu. Awalnya aku tidak mau melakukan hal ini. Tapi aku lakukan demi dirimu yang sedang koma saat itu," ucap ayah, mulai mengungkap alasan.

"Apa maksudmu? Kau selingkuh karena diriku?" ulang ibu bernada heran. "Ooh apakah kau selingkuh karena aku kelamaan koma, sehingga kau tidak punya teman untuk bersenggama lagi lalu kau mencari wanita lain untuk memuaskan dirimu, begitu?" Kesimpulan yang masuk akal.

"Tidak, kau salah seratus persen!" sanggah ayah bersikeras. "Dengarkan." Ayah berhenti sejenak menyiapkan kata-kata. "Aku mengalami kesulitan untuk membayar biaya rumah sakit kita. Aku stress. Lalu dia datang menawarkan bantuan padaku tanpa hutang. Dengan syarat, aku harus tidur dengannya."

"Namun dia melanggar kesepakatan di awal, di mana kami akan berpisah setelah kau bangun dan sehat kembali. Aku sudah berusaha untuk meninggalkannya, tapi dia selalu datang kepadaku lagi. Membuatku berada di posisi yang sulit," jelas ayah.

"Kau..." Ibu merasa tercengang. Dia tidak bisa memaklumi usaha suaminya dalam menyelesaikan masalah keuangan keluarga. Cara seperti itu tidak bisa ibu maafkan.

"Apa tidak ada cara lain selain meniduri wanita lain hah? Kau bisa bekerja dua kali lipat, atau menggadaikan rumah kita!" Tidak ada lagi rasa empati pada upaya keras suaminya. Hati wanita baya ini tidak bisa menerima alasan apapun jika itu adalah perselingkuhan.

"Maaf, aku tidak bisa menggadaikan rumah. Dikhawatirkan jika gagal bayar, kasihan anak-anak kita nanti. Aku memikirkan masa depan mereka. Usahaku tidak hanya bisa melunasi hutang ke rumah sakit, tapi juga biaya sekolah dan pendidikan anak-anak kita. Tolong mengertilah," mohon ayah memelas.

Ibu mendengus keras. "Lalu kenapa sampai sekarang kau masih berhubungan dengan selingkuhanmu? Apa kau sebenarnya sudah terlena olehnya?" tuduh wanita baya ini menatap curiga.

Ayah meneguk ludahnya sendiri. Punggungnya mendadak keringat dingin. Tidak dipungkiri bahwa tuduhan sang istri adalah benar, mengingat aktivitas seks dengan wanita simpanannya terasa membangkitkan jiwa mudanya. Namun benak tidak ingin mengakui. "Tidak. Aku akan menegaskannya sekali lagi. Kali ini pasti akan berakhir," janji ayah, tapi hatinya ragu.

"Aku tidak percaya. Tapi, aku beri waktu tiga hari untuk mengakhiri hubungan kalian. Jika lebih dari itu, kau harus menandatangani surat cerai kita!" tegas ibu, kemudian melenggang keluar kamar dengan penampilan cantiknya yang anggun.

***

Hasil ujian telah keluar. Mereka bersorak gembira karena mendapat nilai bagus. Begitu juga dengan Margaret yang membekap mulutnya sendiri menatap haru pada nilai ujian akhir miliknya.

"Aku tidak menyangka. Aku dapat banyak nilai A?" Margaret sangat senang hari ini. Dia menunjukkannya pada Morgan sebagai orang pertama dari keluarganya yang mengetahui nilai ujian akhir semester.

"Selamat, kau memang adik Morgan yang pintar," ujar Morgan mengusap kepala Margaret.

"Ayo beritahu ayah dan ibu di rumah. Mereka pasti senang juga," kata Morgan. Sehingga ketika mereka pulang dari sekolah, Margaret mencari kedua orang tuanya di dalam rumah.

Cinta Tabu Si KembarWhere stories live. Discover now