Bab 9 - Acara

463 33 5
                                    

Margaret tercekat. Dapat ia rasakan secara sadar detak jantungnya bertalu sangat cepat, ditambah dengan jarak wajah Morgan yang terlalu dekat. Margaret sampai sulit untuk sekedar menelan ludah karena gugup.

Wait, mana ada orang yang gugup karena saudaranya sendiri. Tapi Margaret mengalaminya, dan tak sadar warna pipinya telah berubah kemerahan. Margaret tersipu.

Morgan dapat menyadarinya lalu tersenyum samar. "Kenapa wajahmu memerah? Apa kau demam?" Morgan hanya sedikit menggodanya. Dia menempelkan keningnya ke dahi Margaret, lalu menarik diri. "Kau tidak panas," heran Morgan.

"Memang siapa yang bilang aku demam? Aku sehat." Margaret hampir saja tergagap bicara. Sikapnya pura-pura biasa saja, padahal jantungnya bertalu sangat cepat.

"Oh, benarkah?" Morgan belai anak rambut Margaret, diselipkan ke belakang telinga, kemudian memiringkan kepalanya mendekat. Gesturnya seolah akan mencium, sehingga Margaret yang semakin tegang pun memejamkan mata seketika.

Namun yang ia bayangkan tidak terjadi, ketika merasakan sentuhan di bagian lain. Margaret membuka mata, lantas mengetahui ternyata Morgan menundukkan kepalanya ke pundak, dengan wajah yang terbenam di leher seraya menggesekkan hidungnya di sana. Menghirup aroma tubuh Margaret yang selalu ia sukai. Morgan menikmatinya dengan tenang.

"Kakak?" Margaret menelan ludah sejenak. Posisi ini membuat tenggorokannya mendadak kering. "Kau kenapa seperti ini?" Sikap Morgan terasa aneh. Margaret bingung pada kakaknya ini. Harusnya sebagai adik, ia bisa membaca dan memahami saudara sedarah. Tapi Margaret merasa sulit untuk menebak Morgan.

Morgan terbuai, nyaris lupa. Kemudian ia menegakkan tubuhnya. "Aku suka parfummu," kata Morgan, sedikit bumbu kebohongan. Walau sebenarnya yang ia sukai adalah bau tubuh gadis itu. Dia mengulurkan tangannya ke belakang Margaret, mengambil sendok, lalu kembali ke tempat puding diletakkan.

"Kau ingin toping apa?" tanya Morgan. Dia memarut keju di atas puding miliknya. Sementara Margaret bernapas lega, bahunya turun dengan rileks sekarang.

"Samakan saja," jawab Margaret.

"Anak-anak juga harus ikut ke acara ini." Suara orang tuanya terdengar. Mereka baru masuk ke rumah setelah dari kantor, bertemu dengan dua anaknya yang terlihat di dapur.

"Ada apa, ibu? Apa ada acara?" Morgan bertanya. Dia sodorkan satu piring kecil pada adiknya. Dessert sudah siap disantap.

"Ya, hari sabtu malam minggu kita diundang ke acara pernikahan bibi Amy."

"Uwah! Dia akhirnya menikah setelah begitu lama," pukau Margaret senang. "Kalau begitu aku harus menyiapkan gaun yang bagus untuk ke acara itu."

"Ya, pakai lah pakaian yang pantas. Kita akan berangkat bersama ke acaranya nanti," ujar ibu.

***

Margaret memakai gaun pesta. "Kak, bisa tarik resletingnya?" pinta Margaret saat tangannya tak sampai di punggung.

Morgan merapikan jasnya lalu berdiri di belakang gadis itu. Resleting gaun Margaret masih terbuka, membuat Morgan dapat melihat punggungnya yang mulus. Morgan mengagumi itu.

Namun tak ingin tergoda, dia menarik resleting ke atas, menutupnya. Terdengar suara ibu mereka memanggil dari luar kamar. Menyuruh mereka untuk bergegas keluar.

"Apa aku sudah cantik?" tanya Margaret menatap kakaknya, meminta tanggapan.

"Kau selalu cantik." Morgan jawab seraya memakai jam tangannya. "Ayo, mereka sudah menunggu." Morgan membuka pintu dan keluar kamar disusul Margaret.

Keduanya terlihat tampan juga cantik dengan penampilan rapi. Morgan mengenakan jas, sedangkan Margaret gaun selutut tanpa lengan.

Masuk ke dalam mobil yang dikendarai ayah, mereka duduk di jok belakang. Siap menghadiri pesta pernikahan bibi mereka malam ini.

Ramai suasana ballroom. Dekorasi mewah menghiasi setiap sudut, dengan para tamu berpakaian rapi mengisi ruangan. Morgan dan Margaret mengikuti langkah orang tua mereka mencari bibi Amy.

Sang pengantin wanita itu tampak menyambut tamu lain dengan wajah berseri-seri. Lantas mereka menghampirinya, seketika disambut bahagia oleh bibi Amy serta suami.

Ibu cipika-cipiki dengan bibi Amy, sedangkan ayah menyalami suami bibi. Mengucapkan selamat sembari memberikan sebuah paper bag, sebagai hadiah dari keluarga mereka.

"Aduh seharusnya kau tidak perlu repot. Tapi terima kasih ya." Amy mengambil paper bag dari tangan sepupunya-ibu.

"Morgan dan Margaret... Kalian semakin tumbuh besar, ya." Amy menyapa dua ponakannya. Jika dulu dia melihat si kembar itu masih kecil di acara pernikahannya yang pertama, sekarang seperti deja vu namun dengan masa berbeda. Morgan dan Margaret menghadiri pernikahannya lagi dengan sosok yang sudah dewasa.

Orang tua mereka berbasa-basi cukup lama, sampai membuat Margaret jenuh lalu akhirnya pergi diam-diam mencari makanan. Margaret menemukan barisan dessert yang terlihat menggiurkan di atas meja panjang.

Dia mengambil satu cup cake strawberry dengan toping bola-bola coklat, tidak langsung dilahap, melainkan memandanginya terpesona sebelum mulutnya membuka dan suara cempreng di samping bicara padanya.

"Aku mau kue itu!"

Margaret tak jadi memasukkan cup cake ke mulutnya, kemudian melirik ke sebelah kanan dan menemukan seorang anak kecil laki-laki. "Kau... Bukankah kau..." Margaret merasa mengenalnya tapi dia lupa namanya.

"Margaret!" Morgan menyusul. "Oh ternyata kau di sini," ujar Morgan pada anak kecil itu.

"Kak dia--"

"Eldin. Aku ingin bermain sebentar dengannya," jelas Morgan. Bocah laki-laki itu adalah ponakan mereka yang masih kecil. Usianya baru delapan tahun. Anak dari bibi Amy atas pernikahan pertama dulu.

"Oh, Eldin?" Margaret sampai lupa pada ponakan paling kecil ini. "Apa kau mau kue?" tawarnya diangguki Eldin dengan tampak lucu.

Margaret memberikan kue kecil padanya. Tidak lama kemudian babysitter datang, mengambil Eldin untuk pergi.

"Kalian berdua, terima kasih sudah menjaga Eldin."

"Tidak apa-apa," ucap Margaret, menatap Eldin dibawa pergi oleh pengasuhnya lalu berpindah pandangan pada sang kakak.

"Aku ingin ke luar dulu," izin Margaret. Berniat mencari tempat tenang. Morgan mengikutinya tanpa bicara.

***


Cinta Tabu Si KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang