2- si pencinta lukisan dan sketsa wajah.

5.8K 259 4
                                    

Renanda melempar spidolnya ke papan tulis, ia melangkah duduk ke bangkunya. Sebelum itu ia memberi instruksi kepada wakil sekertaris untuk melanjutkan tugasnya, dengan tangan yang masih kotor karena spidol dirinya berusaha untuk menggapai tasnya namun Angkasa menahannya.

"Cuci dulu, nanti tas lo kotor" ucap Angkasa

"Perhatian banget sih Angkasa kuuuuu" ucap Renanda lalu keluar kelasnya dan berjalan menuju toilet

Sesampainya di toilet, Renanda mencuci bersih tangannya. Setelah dirasa bersih, Renanda kembali ke kelasnya dan mulai duduk di bangku.

"Sekarang boleh kan?" Tanya Renanda kepada Angkasa yang kini masih menulis tugas

"Boleh lah, ngapain minta izin segala" ucap Angkasa

"Kan tadi gaboleh, nah sekarang minta izin dulu" ucap Renanda

"Hmm"

Bukannya mengeluarkan buku beserta alat tulis, Renanda malah mengeluarkan laptopnya.

"Re, tulis dulu tugasnya" ucap Angkasa

"Ngga ah nanti aja di rumah, rere lagi pengen nulis imajinasi Rere sendiri" ucap Renanda

"Tapikan ini penting, harus dikumpulin nanti" ucap Angkasa

"Ini juga penting ko" ucap Renanda

"Terserah" ucap Angkasa setelah ingat gadis ini bisa berbuat apa saja untuk dirinya di sekolah milik orang tuanya.

Renanda tersenyum begitu mendapatkan ide yang terlintas tiba tiba, jarinya sibuk mengetik rangkaian kata hingga menjadi sebuah kalimat lalu menjadi sebuah paragraf.

"Angkasa!" Panggil Renanda degan senyumnya

"Apa?" Jawab Angkasa malas

"Kalo Angkasa lagi tawuran, pilih belati atau pisau?" Tanya Renanda

"Pilih lari karena gue gamau ikutan tawuran" jawab Angkasa lalu kembali menulis tugas yang ditulis sekertaris dipapan tulis

"Ih ngga asik nih, pilih doang ko! Apa susahnya" ucap Renanda

"Pilih belati" ucap Angkasa

"Oooh belati ya?" Tanya Renanda lagi

"Iya, tadi gue jawab belati terus Lo ulang lagi. Budek apa gimana?" Tanya Angkasa

"Seneng deh" ucap Renanda tiba tiba menoleh kepada Angkasa sambil tersenyum

"Lo seneng dikatain budek?" Tanya Angkasa

"Bukan, seneng kalo sekarang Angkasa ga marah marah lagi ngomong sama Rere" ucap Renanda dengan senyumnya

"Oh"

Renanda masih tersenyum lalu kembali mengetik lagi di laptopnya, kini dilayar laptop itu penuh dengan kata kata yang tersusun menjadi paragraf.

"Assalamualaikum, ada Angkasa?" Tanya seseorang bersuara lembut

Renanda menoleh begitu mendengar suara familiar di telinganya, dan benar seperti dugaannya. Itu adalah Haifa Naumi Tasyifa, perempuan penyuka lukisan dan sketsa wajah.

Angkasa beranjak dengan senyum yang selalu Renanda lihat ketika bersama Haifa, dirinya benar benar tidak pernah menemukan orang yang bisa membuat Angkasa tersenyum, tertawa terkecuali gadis cantik bernama Haifa.

Kembali Renanda ke layar laptopnya, mencoba untuk memfokuskan diri terhadap apa yang sedang menjadi kebiasaan disaat badmood nya. Namun lagi lagi suara tawa dari Angkasa membuat ide dan juga jari jarinya berhenti menghasilkan sebuah paragraf.

D R E A M [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang