42. Sean si cenayang

2.8K 145 1
                                    

Setelah menuruti apa yang dikatakan Sean, kini Renanda sudah keluar dari kamar mandi lengkap dengan baju yang akan di pakaiannya untuk pulang. Kini Renanda sedang menyisir rambutnya yang tadi ia ikat terlebih dahulu sebelum masuk ke kamar mandi, lima menit sudah cukup untuk membuat rambutnya kembali rapih. Sisirnya ia masukan kembali ke dalam tas khusus make up nya, ia lalu mengambil bedak dan memolesnya tipis juga dengan lipblam agar bibirnya tidak kering. Renanda lalu melihat pantulan di cermin sebelah kanannya melihat disana seseorang tengah tertidur dengan damai, menurutnya memang tidak heran jika lelaki itu akan tertidur sangat pulas karena menurutnya itu pantas untuk di dapatkannya karena seharian penuh ia terus beraktivitas layaknya robot yang tak butuh istirahat.

Renanda beranjak lalu mengambil tas berisikan laptopnya membawanya menuju sofa di hadapan Sean, setelah dirinya sudah duduk di sofa, ia langsung  membuka laptopnya dan menyalakannya. Kalimat yang ia dapat di pikirannya langsung membuatnya mengetik banyak paragraph di layar itu, bahkan hanya  lima belas menit dirinya sudah berhasil mengetik lima ratus lebih kata dan menurutnya itu bukan suatu kebanggaan karena kata kata nya juga tidak ada yang benar benar bagus juga special seperti penulis handal yang ada di luaran sana. Ia sudah cukup bersyukur karena bisa membuat cerita fantasi yang abal abal ini, keinginan terbesarnya adalah ia ingin seperti penulis lain  karena dapat membuat cerita dengan melahirkan kata kata yang bisa diingat pembacanya juga dapat menjadikan kata didalamnya menjadi quotes yang pas di hidup para pembacanya.

“Re,” panggil seseorang untuk kesekian kalinya

“huh?”

“ngelamunin apa? Di panggilin dari tadi gak nyaut,” ucapnya

“nggak ko Rim, lagi mikir aja ini cerita kedepannya mau gimana. Oh iya, ada apa?”

“aku cuma mau nanya aja, itu Sean ko ada disini?”

“Dia mau anterin aku pulang."

“Ke bogor? Ya kali Re, emangnya bandung bogor itu deket apa?”

“Gapapa, apa sih yang nggak buat dia?” Tanya seseorsng dengan suara cukup berat.

“Sean?!” ucap Rima kaget.

Sean terlihat tersenyum lalu mengubah posisinya menjadi duduk menghadap ke kedua perempuan disana.

“Rim, lo mau ke kamar mandi duluan?”

“Hah? Iya, kenapa?”

Sean menggeleng, “Gue mau cuci muka dulu, sebentaran ko.”

“Oh yaudah sana."

Sean beranjak dari sofa.

“Kemana?” Tanya Renanda yang sedari tadi asyik dengan cerita fiksinya.

“Ke kamar mandi, gak lama ko.”

“Ih terus kalo lama masalah gitu buat gue?”

“Kan tar kalo lama lama takutnya lo kangen."

“iih Sean, apa sih?”

“udah sana Sean katanya mau ke kamar mandi, jangan digodain terus Renandanya.” Ucap Rima yang lalu di turuti oleh Sean, kini lelaki itu terlihat pergi menuju kamarmandi dan masuk kesana.

“Sumpah ya re. Sean itu bener bener argggh!” ucap Rima tiba tiba

“Kamu kenapa Rim?”

“Aku yakin kamu pasti bahagia deh kalo sama Sean,”

“Iya aku juga sempet mikir gitu ko."

“terus kenapa ngga juga?”

“Semuanya butuh kepastian rim, aku gak mau kalau nanti Sean sakit hati lagi karena aku yang kekeuh sama Angkasa.”

“Lebih sakit mana pas hati kamu udah nerima Sean tapi ternyata dia udah berhenti buat nunggu kamu. Jangan sampe nyesel Re,”

“iya rim, aku tau aku juga udah mulai suka kok dan kata penyesalan itu gak bakal terjadi.”

Obrolan itu tiba tiba berhenti saat suara pintu yang lebih mendominasni, lelaki yang dibicarakan sudah keluar dari kamar mandi dan memilih untuk  menghampiri Renanda. Setelah itu Renanda menyuruh Rima untuk segera siap siap, Sean yang kini malah duduk di sebelahnya membuat jantung Renanda berdetak lebih cepat, bersama Angkasa-Renanda tidak merasakan perasaan semacam ini.

Bukannya kembali mengetik Renanda malah mengalihkan pandangannya ke arah lain dan itu justru membuat Sean bingung. “re,” panggil Sean membuat tubuh gadis itu terperanjat kecil.

“Gitu aja kaget, lagi ngelamunin apa?”

“Ah engga ko,”

Sean mengangguk, ia kemuadian menoleh kearah laptop Renanda.

“Ini apa?”

“Cerita fiksi, gue bikin sendiri.” 

“Boleh gue baca?”

“Jangan, ini cuma cerita abal abal aja ko. Yang ada nanti lo ketawa bacanya."

Mendengar ucapan Renanda itu malah membuat Sean terkekeh, “Gue gak gitu orangnya Re, gue gak akan mungkin ngetawain seseorang yang punya kemampuan.”

“Ya tapikan gue malu."

“Iya gapapa, gue gak maksa.” Ucap Sean.

Renanda menoleh begitu Sean mengatakan hal yang baru saja didengarnya.

“Gue cuma takut di ketawain lagi,”

“Lagi? Berarti sebelumnya ada yang ngetawai karya lo?”

Renanda memejamkan matanya merutuki apa yang dikatakannya tadi, seharusnya kalimat itu diubah menjadi ‘gue Cuma takut di ketawain’ tanpa ada tambahan kata ‘lagi’. Memang dasar ceroboh pekiknya dlam hati, “siapa orangnya re?” Tanya Sean.

“Angkasa,” ucap Renanda pelan namun tetap bisa di dengar oleh Sean.

Sean berdehem terlebih dahulu mencoba agar membuat dirinya sesantai mungkin, “dia bilang apa?”  Tanya Sean.

“katanya yang bikin cerita fiksi kaya gini itu pembohong,  karena isinya pasti hal hal yang gak masuk akal. Terus juga katanya Cuma bikin kalangan remaja baperan dan berandai andai kalo pacarnya atau hidupnya kaya si tokoh yang dibaca.” Ucap Renanda

“pas dia baca cerita pertama gue dia ketawa katanya isinya semua gak mungkin karena tokoh yang aku tulis itu punya kemampuan buat liat hal yang semacam cenayang mungkin,” ucap Renanda membuat tubuh Sean menegang.

“hal semacam itu emang ada,” ucap Sean.

“huh?”

“gue re, gue bahkan tau kalau nanti pagi sekitar jam Sembilan bakalan turun hujan” ucap Sean

“be…beneran?” Tanya Renanda.

“iya, beneran.” Ucap Sean

“jadi bukan bonyok  yang kerja di bmkg?” tanya Renanda jelas membuat Sean tertawa kecil.

“ngga, makanya kalo nanti gue maksa lo buat ngelakuin sesuatu, lo nurut ya?” ucap Sean

“iya, gue bakal nurut.” Ucap Renanda

“bagus,” ucap Sean lalu mengusap ngusap kepala Renanda.

Setelah itu Renanda dan juga Sean membereskan apa saja  yang akan dibawa pulang, Sean membantu Renanda agar cepat selesai karena waktu sudah menunjukan pukul 5.12. Tidak hanya miliknya, Renanda juga membereskan milik Rima agar nanti tidak akan ada yang ketinggalan juga tidak akan membuat Rima kerepotan karena dirinya sudah telat.

D R E A M [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang