54- jam sebelas malam

2.3K 121 1
                                    

"ini bagus gak?" tanya Renanda dengan tangan yang membawa baju berwarna biru.

Sean mengangguk lalu setelah itu gadisnya tersenyum dan pergi berkeliling lagi mencari baju yang ingin dibelinya, baru saja Sean ikut berjalan mengikutinya ternyata ia langsung berbalik dengan baju yang berbeda. "Kalo yang ini gimana? Bagusan yang mana?" tanyanya lagi

"Dua duanya bagus,"

"Ih pilih kek yang paling bagus yang mana?"

"Coba aku liat dulu,"

Ia lalu bergerak mendekati Sean menyodorkan dua baju yang sudah dipilihnya, "Gimana?" tanya Renanda dengan nada tidak sabar.

"Bagus,"

"Ih pilihin,"

"Bagus yang biru,"

"Tapi ini yang merah lucu kan?"

"Iya."

"Jadi yang mana dong?"

Sean membalikan tubuhnya dan sempat mengucapkan kata kata untuk menunjukan betapa ia merasakan kesal kali ini kepada Renanda, namun tentu saja kata kata yang ia ucapkan tidak terdengar oleh Renanda karena lelaki itu mengucapkannya dengan pelan. Sean lalu kembali melihat gadisnya yang masih sibuk melihat kedua baju yang berada ditangannya, "Kamu mau pilih yang mana Re?"

"Pilihin,"

"yang biru aja gimana?"

"Yang merah jelek?"

"Nggak, kamu suka yang merah? Beli aja."

"Tapi kayaknya yang biru juga bagus."

"Kan tadi aku bilang dua duanya bagus."

"Ko kamu ngomongnya jadi kesel gitu sih?"

"Loh?"

"Yaudahlah, aku gak mood. Gak usah beli."

"jangan gitu dong Re, kan kita udah disini terus udah pilih baju juga ya masa gak beli?"

"Kamu kan kesel sama aku karena aku banyak nanya."

"Gak ko, gak kesel" padahal iya.

"Yaudah jadi gimana? Yang biru atau yang merah?"

"Beli aja dua duanya kalo kamu suka."

"iya ya? Yaudah yuk bayar."

Sean menarik tangan Renanda ketika gadis itu melangkah pergi dari posisinya tadi, "Udah.. kamu duduk aja atau mau ikut aku?"

"Aku duduk aja deh, bentar ya aku ambil dompet dulu." Suara Renanda saat ia seperti meminta izin untuk melepaskan tangan, dan meraih dompetnya terlebih dahulu .

Merasa tangannya dilepas, Sean tidak perlu bingung untuk memikirkan bagaimana cara agar ia bisa membayar baju yang akan dibeli oleh Renanda. Begitu tangan Renanda menyodorkan dompetnya, ia mengerutkan keningnya bingung karena tidak menemukan Sean dihadapannya. Posisi kepalanya bergerak kekanan dan kekiri mencari dimana sosok Sean berada, namun tidak lama ternyata sosok itu datang menghampirinya dengan senyum yang selalu menyenangkan ketika ia lihat.

"Nyari siapa?" tanya Sean pertama kali saat ia berhadapan dengan Renanda

"Nyari kamu,"

"Nyari aku?"

"Iya, bajunya berapa?"

"Dua"

"Ih, makasud aku harganya."

"Lupa."

"Sean, biar aku bayar sekarang."

"Iya iya, nanti kalo inget aku kasih tau."

D R E A M [Completed]Where stories live. Discover now