22- Rima & Rama

3.2K 162 1
                                    


Renanda melangkah menyusuri lorong setelah beberapa detik yang lalu ia keluar dari lift, matanya terus menatap lurus tanpa berniat melirik orang orang yang dengan cerianya bercanda gurau atau banyak dari mereka memilih mengabadikan momen yang hanya dilakukan selama setahun sekali. Pintu kamar hotel yang ada di hadapannya langsung ia buka dan tepat dugaan, mereka tidak berbuat apa apa. Keduanya malah terlihat seperti tom and Jerry, tidak bisa akur. Lihat saja, Rima kini sedang mencubit pipi Rama dengan kerasnya karena sebelumnya Renanda mendengar bahwa Rama mengatai Rima tentang bentuk matanya, memang Rima ini mempunyai mata yang sipit hingga membuat Rama selalu saja mengatainya dengan kata 'buka mata Lo sipit!"

"Iya ampun ampun" ucap Rama sambil memegang tangan Rima yang masih mencubit pipinya dengan rasa gregetan

"Gamau! Kamu pasti terus terusan ngatain aku kaya gitu."

"Ya kan emang kamu si–– aduuuuh"

Rama lalu berhenti mencubiti pipi Rima ketika rambutnya ditarik oleh gadis itu, keadaan seperti ini membuatnya meringis sesaat.

"Bilang sekali lagi."

"Iya iya ampun engga lagi lagi deh" ucap Rama lalu berusaha melepas tangan Rima yang menggenggam rambutnya dan dengan hati Rima yang merasa kasihan akhirnya ia melepaskan rambut Rama

"Gitu aja udah ngaduh ngaduh kesakitan,"

Rima lalu melipat tangannya didepan dada pertanda bahwa ia kesal.

"Ini tuh kekerasan dalam rumah tangga atau disingkat kdrt, Lo mau gue talak? talak tiga?" Tanya Rama sosoan seperti seseorang yang sudah berumah tangga.

"Putus maksud kamu?" Ucap Rima lalu menurunkan tangan yang sebelumnya ia lipat, matanya menatap Rama tanpa bibir yang menyunggingkan senyuman.

"Loh ko putus?"

"Tadi kan talak tiga, kalo udah talak tiga itu artinya cerai. Kita kan belum rumah tangga, ya kalo gitu putus dong?"

"Gue becanda anjir" ucap Rama lalu mendekat kepada Rima, ia lupa jika Rima itu tipe orang yang tidak suka di permainkan dalam batas yang tidak wajar.

"Enggak lucu." TUHKAN!

"Ish udah deh jangan marahan gitu, kalian kan baru aja pacaran masa udah marahan udah ada masalah? Harusnya tuh kalian sekarang lagi gila gilanya orang yang jatuh cinta" ucap Renanda jengah menatap keduanya yang sedari tadi menampilkan mimik wajah yang sedikit serius.

"Iya nih lagian gue cuma becanda, sayang."

"Ikut aku"

Rima beranjak dan melangkah menuju balkon, lalu Rama ikut melangkah mengikuti Rima.

"Bentar ya Re,"

"Hmm, lama juga gapapa" ucap Renanda sibuk dengan laptop dan apel ditangannya

Rima menyimpan tangannya di atas bangku yang ia duduki, matanya menatap arah lain menunggu Rama menghampirinya dan akhirnya yang ditunggu-tunggu juga datang. Rama tidak duduk, ia malah berdiri dan menatap Rima dengan datar seolah olah ini bukan saat dirinya untuk bercanda. Rima membenarkan posisinya menghadap Rama,

"Duduk?" Tawar Rima sambil melirik bangku yang masih kosong disebelah kirinya

Rama menggeleng, "kenapa sayang?"

Rima berdehem dulu dan menyemogakan dalam hatinya bahwa apa yang dikatakannya adalah benar.

"kita kan emang dulunya bisa dibilang musuh, kamu selalu aja ngatain aku dan itu engga masalah, karena aku cuma ngerasa kesel aja bukan benci. Kamu tau kan aku gasuka sama hal hal yang ngelewatin batas wajar? Kita itu dulunya musuh, aku mohon jangan becanda sampe kelewatan batas gini apalagi hal yang gamungkin kaya musuh yang tiba tiba jadi pacar." ucap Rima membuat Rama mengangguk mengerti kemana arah pembicaraan yang Rima tuju.

"Yang pertama, gue minta maaf kalo gue keseringan bercanda sampe bikin lo kesel, tapi gaada yang bisa gue lakuin lagi buat narik perhatian lo selain itu. Yang kedua, gue tau lo gasuka hal yang ngelewatin batas wajar, beribu ribu kali kata itu lo lontarin, dan gue gabecanda rim, lo pikir gue nembak lo karena gue pengen jailin lo doang? Kan elo sendiri yang bilang kalo lo gasuka apapun yang ngelewatin batas. gue ngga sejahat itu ko, ngebecandain lo dengan ngelibatin perasaan. Dan yang terakhir, gue gamau lo mikir gini lagi, gue tulus, gue gabecanda rim" ucap Rama lalu mendekat dan berjongkok didepan Rima, meraih tangan Rima dan menggenggamnya dengan erat.

"Percaya kan?" lanjutnya.

Rima mengangguk dan tersenyum, "kamu lucu,"

"Heh, jadi yang tadi itu becanda?"

"Aku engga becanda soal tadi Rama, itu beneran." ucap Rima sambil tersenyum geli melihat perubahan wajah Rama yang terlihat kesal

"Jadi gimana?"

"Iyaaa aku percaya."

"Kalo misalkan aku nembak kamu itu cuma karena pengen becanda aja gimana?" Tanya Rama membuat Rima membulatkan matanya dan memukul bahu Rama kuat kuat.

"Jadi beneran cuma jailin aku doang?!"

Rama memejamkan matanya begitu ia akan menghadapi seorang perempuan yang akan sensitif tentang perasaan yang selalu mereka utamakan, "engga sayang" ucap Rama sambil menggelengkan kepalanya

"Kan tadi gue bilang misalkan" lanjut Rama.

"Ya paling aku gamau maafin kamu walaupun kamu kayanya gabakal minta maaf– terus aku bakal benci dan bener bener ngga peduli lagi. Kalo perlu aku bunuh kamu sekalian."

"Pacar gue sangar ternyata" Rama lalu menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan apa yang dikatakan Rima.

"Darimana aja? Ko baru tau?"

"Gue terlalu sibuk gimana caranya ngedapetin lo, bukan sibuk nyari tau lo kaya gimana karena itu ngga penting buat gue. Gue Nerima Lo apa adanya, lo gitu juga ngga?"

"Sekarang sih iya"

Rama hanya tersenyum mengerti bahwa seorang perempuan tidak akan tiba tiba mengatur ini dan itu sesuka hatinya, ia pasti menginginkan apapun yang terbaik untuk orang yang ia sayangi dan bukan berarti Rima tidak menerima apa adanya.

"Itu yang pacaran, jangan lama lama diluar nanti masuk angin" ucap Renanda masih dengan laptopnya setelah sebelumnya orang suruhan ayah membawakan pesanannya.

"Itu yang lagi jomblo, janga–"

Rima memukul pundak Rama yang akan melontarkan candaannya kepada Renanda yang jelas jelas orang yang baru dihidup Rima, ia hanya tidak tau apakah orang seperti Renanda tidak peduli akan candaan atau malah sebaliknya?

"Kamu mau dikeluarin?"

"Ya kalo keluar, tinggal di masukin lagi"

"Ih" ucap Rima lalu beranjak dan pergi meninggalkan Rama yang masih terkekeh geli melihat perubahan raut wajah Rima.

Rama berdiri dan melangkah masuk kedalam menyusul Rima yang kini sudah berada di sisi Renanda dengan bungkus makanan yang ia yakini itu adalah kebab.

"Rama, ini kebab punya kamu, punya Angkasa, punya tiga orang yang lainya yang ada di kamar kamu. Oh iya ini juga minumnya" ucap Renanda lalu memberikan sekantung keresek berwarna putih itu.

D R E A M [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang