72. kau terluka, saya suka.

3.8K 108 5
                                    

“Papa kan nganterin Renanda dulu,kamu gimana? Gapapa sendiri? Atau mau ditemenin suster?” Tanya Raynald kepada Sean.

Sean tersenyum jahil, ia melirik Renanda seraya berkata “Susternya gimana dulu nih? Cewe apa cowo pah?”

Raynald yang mengerti apa maksud dari Seann, ia langsung menanggapinya lagi dengan tidak kalah tengilnya. “Biasanya kalo malem malem gini enak sama suster cewe ya? Biar kalo laper nanti tinggal disuapin kan?"

“Yaudah pah ntar pesen suster satu ya Pah, yang cantik jan lupa.”

“Yang magang aja biar umurnya samaan kan, bener gak Re?” Tanya Raynald menggoda Renanda yang sudah memasang wajah cemberut.

“Hah? Iya bener.”

Kemudian Sean beralih melihat kearah Renanda, “Jadi pulang kan Re?”

“Gatau, bingung.”

“Kenapa gak tau?”

“Nanti Sean disini sama siapa?”

“Kan sama suster cantik.”

“Gaboleh!.... Eh.”

Renanda langsung menutup bibirnya karena malu, seketika hal itu membuat Raynald dan juga Sean tertawa.  Misi Sean ternyata berhasil, gadis itu lebih peka dari biasanya. Sean tersenyum senang, dimatanya Renanda saat ini menggemaskan. Gadis itu selalu terlihat menggemaskan kala ia malu malu, pipinya yang merah dan juga senyum nya yang membuat Sean melayang.

“Becanda doang Re, kamu ko serius banget sih?” Tanya Sean dengan kekehan yang membuat Renanda tambah kesal.

“Ya abisnya nyebelin banget.”

“Itu tadi Cuma becandaan. Yaudah gih, keburu malem.”

Renanda mengangguk lalu menghampiri Raynald, lalu Raynald membuka pintu ruangan setelah itu menunggu Renanda di luar. Sebelum menutup pintu, Renanda tersenyum sambil mengatakan “Aku pulang dulu ya,” kepada Sean

Sean membalas senyuman Renanda, “Iya, hati hati.”

Renanda lalu menutup pintu ruangan, kemudian ia menghampiri Raynald. Setelah itu keduanya berjalan beriringan menuju arah dimana lift berada, namun sebelum sampai disana langkah Renanda tiba tiba berhenti. Hal itu membuat Raynald bingung dan ikut menghentikan langkahnya, ia kemudian menoleh dan bertanya “Kenapa? Ada yang ketinggalan?”.

Renanda ragu untuk mengangguk, namun beberapa detik kemudian ia mengangguk. “Papa bisa langsung ke parkiran aja, Rere Cuma sebentar ko ngga akan lama.”

“Yasudah kalau begitu, papa duluan ya Re.”

“Iya pa…”

Kemudian Renanda berbalik setelah Raynald sudah memasuki lift, ia lalu melangkah menuju ruangan Sean. Ketika ia membuka pintu, Renanda tersenyum karena sepertinya Sean menghargai keberadaan Sean sehingga ia menunda waktu istirahatnya. Sebenarnya tidak ada barang yang tertinggal, hanya saja entah mengapa rasanya Renanda betah untuk berada di dekat Sean saat ini dan tidak ingin untuk pulang terlebih dahulu. Namun apalah daya, takdir dan waktu menyuruhnya untuk segera pulang dan beristirahat layaknya Sean sekarang agar ia tidak sakit dikemudian hari, Renanda memang seharusnya keluar ruangan sebelum Sean sadar dan memaksakan takdir dan waktuNya yang sudah direncanakan.

Renanda kemudian berjalan kearah Sean dan tersenyum melihat wajah Sean yang damai, “Aku bersyukur banget masih liat kamu hari ini, aku kira tuhan gak ngasih aku kesempatan buat ketemu lagi. Kalaupun ini yang terakhir, aku tetep seneng karena aku bisa liat kamu. Aku gak mau jauh dari kamu tapi aku juga takut kalau aku adalah satu satunya orang yang ngebuat kamu terluka, Sean makasih banyak buat semuanya buat semua pengorbanan dan apa yang kamu kasih ke aku. Jujur aku gak bisa bales satu satu, tapi aku janji aku bakal berusaha jadi orang yang kamu mau, orang yang kamu minta.”

D R E A M [Completed]Where stories live. Discover now