41- Hati, fisik, dan harga diri.

2.7K 157 1
                                    

Lalu dua orang yang posisinya hanya satu meter di depan pintu terpaksa berhenti dan menoleh ke dalam kamar Renanda, salah satu diantaranya langsung masuk dengan cepat tanpa peduli dengan tujuan keduanya. Renanda dan juga Sean hanya diam dan memilih untuk menunggu apa yang akan terjadi setelah ini, tubuh jangkung itu lalu berhenti tidak jauh dari keduanya.

Angkasa menolehkan kepalanya ke arah lain dan terkekeh sinis, "Ngapain lo disini?"

"Menurut lo?"

Sean malah mencoba untuk memperkeruh suasana diantara mereka, Renanda sampai memandang was was kearah Sean.

"Gak baik cowo ada di kamar yang ditempati cewe."

Sean tersenyum sinis namun masih terlihat manis, "Dan gak baik juga ngejudge seseorang tanpa pikir panjang."

"Ngejudge? Buktinya lo berduaan disini, posisi kalian juga gak jauh. Emang gak bakal nimbulin fitnah?"

"Kalo gue niat macem macem gue gak bakal biarin pintu itu kebuka, yang bisa bikin orang lain liat kemacem maceman gue. Termasuk lo."

"Pikiran lo itu dangkal sa, lo emang gak akan tau sebesar apa rasa sayang gue sama dia-"

Sean menoleh ke arah Renanda, sedetik kemudian kembali menoleh kearah Sean.

"Tapi yang harus lo tau, gue gak akan mau ngelukain dia kaya lo. Mau itu hati, fisik, atau-"

"Harga diri," ucap Sean pada akhirnya.

"Alibi, tetep aja lo salah karena lo ada ditempat dimana ada perempuan didalamnya."

"Oke, jadi mau lo apa?"

"Keluar, gak pantes cowo ada disini."

Sean mendengar nafas Renanda memburu, ia tau gadis itu pasti marah dengan perkataan Angkasa yang seakan akan dirinyalah yang benar dan Sean yang salah. Namun sebelum membalas perkataan Angkasa, Sean terlebih dahulu mengusap tangan Renanda semoga saja itu dapat menetralisir rasa marahnya. Kembali Sean menoleh ke arah Angkasa.

"Dan biarin lo, orang yang nyakitin ketiga hal yang gue sebutin tadi?"

"Lo jangan sok tau!"

Karena keadaan yang mulai memanas, Rama yang sedang berada di luar kamar pun masuk dan berjaga jaga jika ada sesuatu terjadi kepada Angkasa. Namun ketika ia menoleh kepada seseorang yang tengah tertidur dengan damai di kasur membuatnya mengurungkan niat dan lebih memilih untuk duduk di sisi kasur, menjaga keduanya dari sana.

"Sean tau."

Renanda membuat ketiganya menoleh, akhirnya Renanda mengutarakan emosinya setelah memilih untuk diam.

"Lo ngelukain hati gue, dengan cara nolak gue berkali kali dan pilih Haifa setelahnya."

Renanda membuka poninya dan menunjuk luka yang dijahit disana

"Lo ngelukain fisik gue, dengan cara ngedorong gue sewaktu gue nolong Haifa. Yang setelahnya lo bilang, gue dengan sengaja ngunci Haifa di toilet."

"Terakhir, lo ngelukain harga diri gue dengan cara terang-terangan bilang di depan perempuan yang gue benci, Haifa. Lo dengan cepatnya bilang kesalahan gue yang sama sekali gak gue perbuat dan nyuruh gue buat jauhin lo. DI DEPAN HAIFA SA! Setelah apa yang lo tuduh sama gue! Lo masih mau mempermalukan gue di depan Haifa? Gak ada sekitpun lo dengerin gue, sekali aja. Hah! Lo lebih milih dengerin dia, orang yang lo cinta! Bukan orang yang cinta sama lo!" lanjut Renanda

Angkasa menurunkan tangannya dan bertanya, "kenapa gue harus dengerin orang yang cinta sama gue? Itu bisa aja cuma cara dia buat bikin-"

"Orang yang lo cinta belum tentu mikirin lo Sa, tapi orang yang cinta sama lo itu udah pasti mikirin lo. Mikirin gimana caranya biar lo terus bahagia, dan sekarang! Lo percaya dan lebih ngedengerin orang yang nggak sama sekali mikirin lo? Egois banget sih Sa, sekalipun lo jatuh karena dia, gue yang cinta sama lo bakal ada. Selalu ada buat lo, karena gue-"

"Gue orang yang cinta sama lo, yang mikirin lo dan peduli sama lo." lanjut Renanda

Angaksa malah terkekeh dan menoleh ke arah Sean, "Lo gak denger? Dia bilang apa? Perjuangan lo itu sia sia Sean, lebih baik buat pulang sebelum lebih sakit hati lagi daripada ini."

Renanda menggeleng jengah, "nggak dengan hari ini Sa, gue berhenti! Sesuai dengan apa yang lo bilang tentang gue harus jauhin lo. Gue bakal penuhin dan selamat karena setelah ini lo tenang tanpa gangguan gue."

"Gue dan Sean diposisi yang sama-sama sama sia sia setelah berjuang, dan sekarang gue pikir kita bakal cocok buat deket. Karena dengan pengalaman yang gagal buat berjuang untuk seseorang bakal terbayar. Hari ini juga, sekarang gue minta lo keluar Angkasa." lanjut Renanda

"Tapi-"

"Sebelum gue panggil suruhan ayah dan ngeluarin lo dari sekolah, gue mau lo keluar. Sekarang Angkasa."

Angkasa menghela nafasnya dan menoleh terlebih dahulu ke arah Renanda memintanya untuk memikirkan kembali apa yang telah dikatakannya, namun tidak ada perubahan di matanya, ia tetap memberikan sorot mata penuh kebencian. Dengan langkah ragu Angkasa lalu membalikan tubuhnya dan pergi begitu saja, disusul oleh Rama.

Sofa yang diduduki Renanda bergeser, ia lalu menangis dan dipeluk oleh Sean. Terlalu sakit untuk dirasakannya sendirian, bukan membagi, hanya saja Renanda hendak mengutarakan apa yang ada dihatinya kali ini.

"Re, lo gak perlu maksain hari ini buat nerima gue buat ada di hidup lo. Gue tau lo belum ada perasaan apapun-"

"Sean, gue sekarang tau apa yang lo rasain. Gue tau rasanya gimana ketika orang yang lo cinta itu lebih milih orang lain, dan gue gak mau itu terus terusan terjadi. Gue mau berhenti buat berjuang buat Angkasa dan mulai semuanya sama lo, biar gue berhenti terluka dan lo juga berhenti buat rela ngelakuin apa aja asalkan gue bahagia."

"Gue gak mau ada paksaan Renanda, lo emosi doang dan gue gak mau setelah ini hubungan kita itu gak lebih dari kasihan dan paksaan."

"Yaudah, mulai hari ini bikin gue suka Sean bikin gue jatuh cinta."

"Re, dengerin gue. Lo gak akan pernah jatuh cinta dan ngerasain suka sama gue kalo lo sendiri masih ada perasaan sama dia, lo ngerti kan apa yang gue maksud?"

"Tapi Sean gue-"

"Sekarang lo siap siap, biar gue tidur disini dulu sebentar. Kalau butuh apa apa, lo tinggal bangunin gue. Gue masih pusing, jangan bikin gue tambah pusing dan mikir macem macem tentang lo yang tiba tiba nerima gue di hidup lo."

"Lo-"

"Shhhh... Udah ya cantik, sekarang waktunya buat siap siap."

Sean langsung tersenyum dan mengacak ngacak rambut Renanda gemas karena ekspresi wajahnya.

D R E A M [Completed]Where stories live. Discover now