32- Untuk apa?

3K 159 0
                                    

Suara peluit terdengar dari wasit berbaju hijau tua itu, tim masing masing sudah berada di posisinya. Renanda tersenyum senang karena tidak sabar dengan hasil akhirnya, "menurut kamu? Siapa yang menang?" Tanya Renanda

"Aku pegang tim Bramata" ucap Rima dengan wajah meyakinkannya

"Ko? Bukannya Rama?"

"Liat aja tuh Re, cara main Bramata itu bagus banget." ucap Rima membuat Renanda menoleh dan mengangguk setuju walaupun ia tidak tahu bagus yang dimaksudkan Rima itu apa.

"Dan kamu mau gak mau harus pegang Ananta." lanjut

Renanda mengangguk mengiyakan saja, setelah itu ia kembali melihat pertandingan namun kini pandangannya malah teralihkan kepada ketiga orang suruhan ayahnya yang kini masuk kedalam lapangan dan menghampirinya. "Maaf non, saya di suruh untuk menjaga disini." ucapnya seperti meminta izin

Renanda hanya mengangguk lalu mereka berada tepat di belakangnya, kembali Renanda melihat pertandingan yang mulai memanas apalagi dengan sorakan dari perempuan yang menyemangati Bramata tentunya.

"Gol!" Teriak Rima keras membuat Renanda meringis sesaat, sorakan tambah terjadi lagi dan kini di dominasi oleh tim cheers.

"Itu Bramata yang masukin Rim?" Tanya Renanda

"Iya lah, kamu gak lihat bola nya masuk gawang Ananta?" Tanya Rima

"Aku ngga ngerti olahraga Rima, apalagi yang berhubungan sama sepakbola" ucap Renanda

"Ya gak ngertinya kamu itu parah banget sumpah deh re, pantesan di rapot kamu nilai olahraga itu paling rendah dari pelajaran yang lainnya." Ucap Rima membuat Renanda mendengus kesal karena bisa bisanya Rima membawa nilai olahraga yang hanya mencoreng nilai sempurna Renanda di dalam rapotnya.

Bayangkan saja ketika ia membaca satu persatu nilainya dari atas yang dominan seratus dan sembilan puluh sembilan atau sembilan puluh delapan harus berhenti seketika di pelajaran olahraga yang nilainya tujuh puluh sembilan!, Jelas Renanda kesal. Bisa saja memang Renanda mengancam kepada gurunya agar memberikan nilai lebih, tapi ia tidak mau karena tidak ingin membodohi dirinya sendiri dengan nilai palsu.

"Kamu ngambek re?" Tanya Rima setelah sebelumnya melihat Renanda yang diam.

Renanda menggeleng, "ngga ko" ucap Renanda lalu tersenyum

Tiba tiba Rima berdiri dan menatap keributan di tengah lapangan, semua orang juga berseru hal yang sama. Renanda menoleh dan menemukan Angkasa dan juga Sean disana, "loh ko mereka berantem?" Tanya Renanda

Sebelum beberapa orang berniat untuk memisahkan, wasit dan juga pelatih langsung bergerak cepat hingga membuat keduanya menjauh dengan tatapan marahnya. Karena pertandingan yang tidak dapat dilanjutkan lagi, terpaksa pertandingan diakhiri dengan hasil yang sama sama nol walaupun Bramata berhasil mencetak gol.

Renanda berdiri dan dengan cepat ingin menghampiri Angkasa, kakinya semakin cepat untuk bergantian sampai ia berada tepat di depannya namun seketika ingatannya membawanya kembali mengingat tentang Angkasa yang kasar, Angkasa yang jahat, Angkasa yang membencinya, dan pada saat itu Renanda melangkahkan kakinya mundur dan memilih untuk pergi menemui Sean. Jelas tim dari Ananta merasa aneh terhadap sikap Renanda terhadap Angkasa yang biasanya selalu dihampiri ketika sesudah bertanding, kini Renanda juga memberhentikan langkahnya lagi ketika perempuan tim cheers yang datang menghampiri Sean dengan wajah yang cemas.

Renanda bingung, ia harus bagaimana. Salahkah ia berada di posisi ini? Posisi dimana ia mencoba mencintai orang lain namun hatinya masih bertahan pada yang kemarin? Renanda mengangguk, jelas itu salah.

"Renanda, pilih salah satu atau sakiti keduanya" kata hati Renanda.

Pada saat itu juga Renanda memilih untuk pergi dari lapangan dan secara tidak langsung juga memilih untuk menyakiti keduanya. Renanda melangkahkan kakinya cepat karena tidak ada perempuan yang kini menghalanginya, mereka sibuk dengan kekhawatiran mereka terhadap Sean.

Setelah melewati dua koridor dan satu lorong kini Renanda berbelok ke arah kiri dan masuk ke ruangan kakeknya, disana ada aunty dan juga uncle nya yang sedang berbincang bincang. Karena sadar akan kehadiran Renanda, kini mereka diam dan memilih untuk mengalihkan perhatiannya kepada Renanda.

"Ada apa Reta? Bukannya kamu sedang menonton pertandingan futsal?" Tanya kakeknya

Renanda menggeleng, "kakek, aunty, uncle, Rere ingin pulang ke hotel sekarang juga!" Rengek Renanda

"Loh ko tiba tiba sih, kenapa?" Tanya bibinya nya

"Gak mau tau, pokonya mau pulang ke hotel aunty" rengek Renanda semakin menjadi jadi

"Sudahlah, antarkan keponakanmu itu ke hotel" ucap kakek

"Kakek jangan lupa nanti kalau Renanda pulang, kakek harus ketemu dulu ya sama Rere." ucap Renanda

"Pasti Reta, nanti malam kakek ke hotel" ucap kakek

Pamannya berdiri, "yasudah, saya pamit dulu mau mengantarkan Rere" ucap pamannya kepada mertuanya itu

Renanda tersenyum senang lalu mengecup pipi kanan dan kiri kakeknya setelah itu ia melambaikan tangan sambil berucap 'dah, dadah!'. Pintu tertutup, Renanda cepat cepat mengajak pamannya untuk segera ke parkiran bersama tiga suruhan ayahnya yang memang sedari tadi bersamanya. Sesampainya di parkiran, Renanda dan juga ketiga suruhan ayahnya masuk ke dalam mobil yang dikemudikan oleh pamannya.

"Tuan, biar saya yang menyetir."

Pamannya menggeleng seraya berkata, "tidak usah," ucap paman

"Baiklah,"

Setelah itu mobil benar benar pergi menjauhi Bramata, dengan kecepatan sedang kini Renanda berharap cepat cepat berada di dalam hotel karena mood nya tidak baik. Sesuai dugaannya, mobil kini sudah berada di depan hotel hingga Renanda dan juga ketiga suruhan ayahnya turun setelah itu pamannya berpamitan untuk kembali ke Bramata. Renanda mengangguk lalu setelah itu mengingatkan kepada pamannya untuk hati hati, lalu ketika mobil pamannya kini sudah pergi Renanda bersama ketiga orang tersebut kini masuk ke dalam hotel.

"Oh iya!" Ucap Renanda tiba tiba, ia pun berbalik dan menatap ketiganya satu persatu.

"Ada apa non? Ada yang ketinggalan?"

Renanda menggeleng, "tolong beliin ice cream ya, yang besar pokonya! Kalo perlu yang sebesar ember itu, tau kan?" Tanya Renanda

"Kalo gak ada yaudah beli aja yang besar besar, lima!" Lanjut Renanda

"Itu saja non?"

"Susu pisang! Yang kemasan kotak itu lho! Satu kardus!" Ucap Renanda menggebu gebu

"M..maaf non, tapi untuk apa?"

"Kita makan bareng bareng, pokonya cepetan beli sebelum Rere tambah kesel tambah badmood!"

"Baik non, saya akan segera antarkan"

Renanda mengangguk, "beli makanan untuk kalian juga gapapa, yang penting harus cepet sampai" ucap Renanda lalu melangkah pergi kedalam hotel bersama satu suruhan ayahnya, mereka menaiki lift dan melangkah kembali masuk ke dalam kamar Renanda tentu meninggalkan suruhan ayahnya itu di luar.

Renanda pergi menuju lemari dibawa televisi, ingin mencari apakah ada film yang menarik untuk ditonton nya. Lalu kaset dihadapannya membuatnya benar benar berbinar! Bagaimana tidak? Itu adalah kaset drakor atau sering di sebut drama Korea yang filmnya lengkap, mulai dari yang terdahulu sampai yang baru!. Whoaaa! Rasanya Renanda benar benar senang kali ini, mood nya kembali lagi!

D R E A M [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang