23-Kesiapan lomba.

3.2K 168 1
                                    


"Waaah makasih Re, ini mau gue yang ngasih aja ke Angkasa?" Tanya Rama setelah menerima keresek yang disodorkan oleh Renanda

Renanda menaikan alisnya sebelah, "iya lah" ucap Renanda lalu memakan kebabnya

Rama mengangguk, "yaudah kalo gitu gue kasih ke mereka dulu. Rim, ikut yuk?" Ajak  Rama

Rima menggelengkan kepalanya, "engga ah, kamu aja aku mau disini nemenin Rere" ucap Rima

"Oh yaudah, jangan lupa cek hp ya" ucap Rama

Sepeninggalan Rama, keduanya kini sedang berbincang bincang tentang bagaimana lomba esok hari. Sesekali Renanda memfokuskan diri terhadap laptopnya, sedangkan Rima kini sudah mulai menutup matanya karena kantuk yang menghampirinya. Semilir angin dari arah balkon membuat Renanda tergoda, ia langsung beranjak dari kasur dan melangkahkan kakinya ke arah balkon. Sesampainya disana Renanda tersenyum dan menghirup udara malam, untung saja ia memakai jaket Minions nya sehingga angin malam tidak terlalu terasa. Ia lalu duduk di kursi yang disediakan disana, kembali Renanda mengetik kata perkata di dalam pikirannya sambil tersenyum geli karena kalimat yang dibuatnya sesekali terasa romantis. Namun khayalan Renanda seketika buyar ketika seseorang melemparinya sebuah kacang polong, Renanda mendongak dan tuk! Kacang polong itu tepat mengenai dahi Renanda membuatnya beranjak untuk mencari siapa pelaku yang telah mengganggunya.

Terlihat disana seseorang memakai jaket hitam dengan celana pendek yang dipakainya saat menemukan Renanda di taman hotel, ia tau itu Angkasa. Rasa kesalnya mengudara sampai sampai Angkasa mengetahui bahwa ia kini tengah merasa kesal, bukannya urung Angkasa malah melakukannya kembali. Renanda yang kesal langsung berteriak, "Angkasa diem ih!!" Teriak Renanda membuat Angkasa terdiam dan mencoba untuk mengatakan sesuatu.

Keduanya sama sama tidak mengerti, hingga akhirnya Renanda mengambil handphonenya dan mulai memencet tombol hijau untuk menyambungkan telpon. Dilihatnya Angkasa meraih handphonenya dan menempelkannya di daun telinga, "Lo tuh apa apaan sih kaya anak kecil tau gak! Lempar lempar kacang segala!" Ucap Renanda sambil menaruh tangan dikedua pinggangnya.

Angkasa terkekeh dan memakan kembali kacang polongnya, "mau bilang makasih buat kebabnya" ucap Angkasa lalu kembali memakan kacang polongnya menatap Renanda yang berdiri bersebrangan dengannya

"Ya engga kaya gitu juga! Lo udah ngancurin fantasi gue" ucap Renanda sambil menatap Angkasa dihadapannya

"Apa sih yang bikin lo gamau keganggu dari fantasi itu? Itu cuma sekedar fantasi re, bukan kenyataan yang selama ini lo bayangkan" ucap Angkasa lalu terkekeh dan menggelengkan kepalanya tidak mengerti

"Gue tau, faham, bahkan sangat ngerti"

"Tapi fantasi yang lo maksud itu gak sama sekali sama——sama fantasi gue. Jadi, lo jangan so tau. Gue gaakan lagi, gaakan pernah lagi mau terlalu nyaman sama fantasi yang lo maksud. Karena apa? Itu bikin gue sakit hati dan bikin gue gak nyadar diri" ucap Renanda membuat Angkasa terdiam dan menatapnya penuh arti, ia seperti sedang memahami apa yang dikatakan oleh Renanda barusan.

Angkasa masih saja terdiam menatap Renanda yang kini juga sedang menatapnya, kemudian tangan Renanda terlihat bergerak sejajar dengan wajahnya, "Angkasa" ucap Renanda

"Hmm"

"Sebelum tidur jangan lupa berdoa" ucap Renanda lalu menggerakkan jempolnya seperti mengusap ngusap pipi Angkasa dari kejauhan

"Lo ngusap pipi gue re?" Tanya Angkasa memastikan

Terlihat disana Renanda mengangguk dan mematikan sambungan telponnya, ia tersenyum lalu melangkah pergi dengan laptopnya yang masih menyala. Disisi lain Angkasa juga menurunkan handphone dari telinganya, menatap tempat dimana Renanda yang baru saja terdiam disana. Ia cukup mengerti dengan apa yang Renanda katakan beberapa menit yang lalu, namun Angkasa tidak cukup menerima dengan kenyataan bahwa Renanda sudah tidak ingin berada di dalam fantasi itu dimana diyakini Angkasa itu adalah tempat khayalan dirinya dan juga Renanda. Ia faham, Renanda kini tengah menyerah untuknya namun bukannya merasa senang, Angkasa menganggapnya itu sebagai keresahan yang akan terus terasa selama gadis itu menyerah.

Angkasa menggelengkan kepalanya menghilangkan anggapan dan juga harapan yang menggebu gebu di dalam hati dan juga pikirannya, ia lalu masuk kedalam kamar menyemogakan tidur adalah kesempatannya untuk menghilangkan semua itu.

Berbeda dengan Renanda, ia yakin tidur bukanlah satu satunya hal yang harus ia lakukan ketika ia ingin melupakan. Renanda mempunyai caranya tersendiri, ia lebih memilih menulis tentang fantasinya kedalam laptop sehingga ia lupa akan apa yang sedang terjadi dengan dirinya dan juga perasaannya. Cahaya laptop memang membuat matanya menjadi lelah, itu jelas karena Renanda senang akan hal itu. Jadi dirinya tidak perlu tiduran sambil menunggu ketidak sadaran nya datang, karena menurutnya jika mata nya sudah lelah itu memudahkannya untuk langsung tertidur tanpa harus berkecamuk terlebih dahulu dengan pikiran pikiran yang melayang.

Apa yang dikatakan oleh Renanda memanglah benar, kini dirinya sudah tertidur dengan pulas. Berbeda dengan Angkasa yang memejamkan matanya namun tetap berada dalam kesadaran karena pikiran pikiran yang seakan akan enggan hilang. Sudah beberapa kali Angkasa merubah posisinya, ia gusar. Namun entah keajaiban dari mana, selama beberapa menit kemudian Angkasa tertidur dan melupakan sejenak pikiran yang membuatnya tidak bisa dilupakannya itu.

Sekitar pukul lima subuh, beberapa orang sudah terbangun dan bersiap untuk lomba. Termasuk Renanda yang sudah terbangun sedari tadi, ia kini tengah berada di depan kaca untuk merias wajahnya juga dibantu oleh Rima yang telah selesai merias wajahnya. Setelah selesai merias wajah, Rima mengajak Renanda untuk mengabadikan momen yang hanya akan ada satu tahun sekali ini.

"Kamu diem di balkon dong re, aku foto dari sini. Bagus deh kayanya" ucap Rima sambil bersiap dengan kameranya, sedangkan Renanda kini tengah melangkah menuju balkon dan membenarkan sepatu pentopel nya yang agak miring.

"Langitnya masih gelap re, udah masuk lagi. Nanti aja pas sunrise, kalo sekarang kita selfie aja" ucap Rima membuat Renanda menggelengkan kepalanya lalu terkekeh.

Masih sekitar satu jam lagi mereka tampil, namun tetap saja persiapan menurut Renanda memang harus dilakukan sebelum sebelumnya agar tidak kacau karena dilakukan secara mendadak.

Rima kini tengah ber-selfie ria dengan latar tembok berwarna coklat tua itu, sedangkan Renanda kini hanya berdiam diri sambil sesekali menoleh ke arah televisi yang menyala yang kini menayangkan berita tentang hujan yang akan mengguyur di sekitar kota Bandung dan sekitarnya. Renanda menunduk dan berdoa semoga lomba nanti akan lancar walaupun perkiraan cuaca membuatnya resah, hujan bulan Desember.

Masih dengan posisi di balkon, Renanda menatap awan yang membentuk gelombang gelombang panjang yang membuatnya tersenyum karena keindahan tersebut. Awan kini juga terlihat berwarna oren dengan sebagian langit yang masih gelap, Renanda mendongak dan menatap beberapa burung juga mulai bersiul bersama dengan teman temannya pergi mengarah ke sebelah Utara membuatnya tersenyum karena mendengarkannya saja sudah membuatnya tenang.

Dan pip!, Satu foto berhasil Rima ambil dari sosok Renanda yang terlihat anggun dengan posisi dimana ia berada di balkon dengan latar sunrise. Kepala yang ia dongakkan dan juga senyum yang mengembang benar benar membuat Renanda terlihat lebih anggun lagi.

D R E A M [Completed]Where stories live. Discover now