43- Primadona futsal, Yuda.

2.6K 139 0
                                    

Setelah memakan waktu yang cukup lama akhirnya seluruh siswa sudah berada di dalam mobil begitupun juga guru guru nya, dua bis sudah siap berangkat begitu juga dengan tiga mobil pribadi yang salah satunya di tempati oleh Renanda dan juga Sean. Begitu mobil mulai bergerak, tangan Renanda bergerak ke kanan dan ke kiri untuk melambai yang berisyarat bahwa ia akan pergi. Janji yang kini kakeknya tepati untuk datang terlebih dahulu sebelum Renanda pulang ternyata di tepati, namun bukan berarti hanya sekali tetapi kakeknya itu bahkan selalu menepati janjinya dan juga keinginannya yang kadang bahkan tidak masuk akal.

Renanda akan selalu senang untuk pergi ke Bandung, banyak dari mereka yang berkata bahwa berdiam di kota ini sama saja seperti cinta pandangan pertama, yaitu akan sulit dilupakan. Orang orang yang ramah, keunikan yang patut diacungi jempol dan juga rasa cinta mereka terhadap kotanya itu benar benar sangatlah terasa sampai seseorang yang baru saja datang kesana akan merasakan hal itu. Yang teristimewa disini adalah orang orang tersayangnya terlahir disini, tidak terkecuali dirinya dan juga Bunda Tasya tentunya. Ah rasanya Renanda masih ingin naik motor dan merasakan ramainya alun alun atau mungkin jalan Asia Afrika dan yang paling menyenangkan adalah makan nasi goreng di jalan Bubat atau yang artinya dalah Buah batu. Renanda bertekad untuk sering sering ke kota Bandung dan menelusuri sampai ke sudutnya yang ia yakini akan selalu indah dan juga unik, tak henti hentinya ia bersyukur bisa datang kembali ke kotayang indah ini.

“mikirin apa sampe senyum senyum?” Tanya Sean.

“hah? Engga ko hehe ini gue cuma-“ ucap Renanda

“Cuma apa?” Tanya Sean

“seneng aja bisa dateng ke sini lagi,” ucap Renanda

“emangnya terakhir kesini kapan?” Tanya Sean

“tiap lebaran,” ucap Renanda

“oh… Berarti satu tahun sekali?” Tanya Sean

“iya,” ucap Renanda

Sean lalu tersenyum saat Renanda menoleh kepadanya, “ko senyum?” Tanya Renanda

“lagi berdo’a sama Allah,” ucap Sean

“do’a? tadi pas berangkat lupa do’a?” Tanya Renanda

“bukan,” ucap Sean

“terus apa dong?” Tanya Renanda

“berdoa semoga lo ke Bandung nya gak setaun sekali tapi tiap hari,” ucap Sean

“hah? Ko tiap hari?” Tanya Renanda

“iya, soalnya kalo gue kangen sama lo, gue kan tinggal ketemu.” Ucap Sean

“jauh soalnya kalo harus ke Bogor, terus kesel juga kan perginya hari sabtu doang” lanjut Sean

“kenapa kesel?” Tanya Renanda dengan senyum yang sudah tak tertahan mendengar kata kata dari Sean yang mampu membuat pipinya memanas namun bukan karena matahari.

Sean kembali menoleh dan tersenyum kembali kepada Renanda, “kesel aja, ngerasa kangennya tiap hari tapi ketemunya Cuma sekali.” Ucap Sean

Renanda lagi lagi tersenyum karena kata kata yang keluar dari bibir Sean, berbeda dengan seseorang yang berada di bis. Seseorang itu terlihat kesla bahkan sampai mengepalkan tangannya karena melihat mobil dengan bagian atas yang terbuka itu, ah bukan bukan karena mobilnya yang bagus namun seseorang yang disana tengah tersenyum dan perempuannya kini mencubit cubit gemas kepada laki laki yang menyetir. Siapa lagi jika bukan Renanda dan juga Sean? Apa yang dilakukan mereka sedari tadi terus saja ia lihat karena posisinya yang berada di dekat jendela dan juga mobil Sean yang selalu tepat di sisi mobil busnya membuatnya bisa dengan jelas melihat mereka.

Bangku di sebelahnya kosong karena Rama kini sebangku dengan Rima, lengkap sudah perasaan berkecamuk di hatinya itu melihat temannya berpacaran namun ia sendiri disini malah sedang merasakan sakit hat karena tidak dapat melakukan hal yang sama. Lelaki bernama Angkasa itu kini hanya memilih untuk mendengarkan lagu dari handphone nya mencoba untuk tidak peduli dengan hatinya dan juga dirinya yang benar terlihat mirisnya.

Bus berhenti karena keadaan jalan tol yang macet, ini memang bukan hari libur namun entah mengapa tetap sama sama macetnya. Keadaan rebut di belakangnya terdengar walaupun ia sedang memakai earphone, itu membuatnya menoleh ke arah belakang dan melepas earphonenya. Semua yang berada disana menoleh ke arah sebelah kanan, mereka ternyata meributkan posisi mobil Sean yang berada di jalur puncak yang tentu berbeda dengan jalan yang seharusnya mereka semua tuju. Memang perjalanan sudah memakan waktu dua jam sehingga mereka juga sudah dekat dengan kota Bogor, namun yang membingungkan adalah mengapa jika jalanan kembali lancar Sean terlihat tidak cemas karena ia salah jalan malah terlihat keduanya senang dan juga tertawa dengan tangan yang salah satunya berada di pundak Renanda.

“sialan!” ucap Angkasa

“rim, si rere bilang mau ke puncak tadi?” Tanya Rama

“iya katanya, mau main dulu sama Sean nanti paling pulangnya malem.” Ucap Rima

“mereka emang deket dari dulu?” tanya Rama

Lalu setelahnya suara Rima tidak terdengar karena yang Angkasa tu gadis itu tengah berbisik karena mungkin takut takut jika nanti perkataannya terdengar oleh Angkasa, bukan hanyatakut terdengar namun juga akan memukul telak dengan apa yang lelaki itu rasakan sekarang dibandingkan dengan Sean rasakan dulu.

“jadi gitu,” ucap Rima

“ini emang yaaa kalo dibandingin si Sean pasti menang,” ucap Rama

“kamu jangan bilang bilang sama itu ya,” ucap Rima setengah berbisik

“iyaa, ngga.” Ucap Rama

“bagus,” ucap Rima

Baru saja Rima akan mengatakan sesuatu kepada Rama, Handphone lelaki itu bergetar dan juga berbunyi sekejap yang berarti ada pesan masuk ke dalamnya.

“hape nya bunyi tuh,” ucap Rima

“biasanya kalo di relationship itu cowonya nyuruh bacain biar cewenya gak mikir macem macem, jadi lo aja yang baca gih. Palingan itu si mamah yang nanyain gue masih dimana,” ucap Rama sambil menyodorkan Handphonenya.

Rima mengangguk lalu mengambilnya, setelah itu ia membuka layar yang kebetulan tidak di kunci olehnya. Setelah itu Rima langsung menajamkan penglihatannya begitu nama nama perempuan tertera disana yang lebih menyebalkannya lagi adalah di nama terakhir ada tulisan Bramata, itu artinya perempuan perempuan yang mengirim pesan itu adalah perempuan dari Bramata. Jumlahnya ada enam perempuan dan perempuan perempuan yang belum di kirimi pesan oleh Rama, dia benar benar mengambil kesempatan dalam kesempitan. Rima kesal, bukannya baru saja malam kemarin dan juga pagi kemarin dirinya marah? Tapi kenapa lelaki itu berulah lagi.

“nih, iya mamah katanya nanyain kamu lagi dimana. Udah aku jawab ko,” ucap Rima

“makasih,” ucap Rama yang tetap mendiamkan Handphonenya di saku jaket setelah tadi Rima menyodorkan padanya.

Karena menyadari bahwa semua yang berada di bis ini adalah laki laki maka Rima memilih langsung menjalankan niatnya, ia tau bahwa di ekskul futsal ini primadona nya adalah Yuda maka dari itu ia langsung berdiri dan berjalan menghampiri Yuda yang tempat duduknya tepat di belakang bangku yang di dudukinya tadi. Setelah bernegosiasi dengan teman sebangu dari Yuda dan juga Yudanya sendiri akhirnya Rima bisa duduk bersebelahan dengan Yuda. Suara berkeberatan atas dirinya duduk dengan Yuda belum terdengar karena ia tadi melihat Rama tengah memejamkan matanya sambil memegangi tangan Rima yang setelahnya langsung di lepaskan, Rima masih berada di posisinya dengan keadaan bersiap karena tau lelaki itu belum sepenuhnya tidur.

D R E A M [Completed]Where stories live. Discover now