31- Putus?

3.1K 164 1
                                    

Renanda berbalik lalu mengajak Rima pergi untuk ke kantin, bersamaan dengan itu Sean melihatnya dan menajamkan pandangannya. Degup jantung Sean lebih cepat lagi setelah gadis itu lebih jauh lagi dari apa yang dilihatnya sebelumnya, Sean lalu keluar dari lapangan tentu dengan izin pelatihnya. Perempuan perempuan yang berada di luar lapangan benar benar menghalanginya, dengan cepat Sean pergi menghindari. Ia tau Renanda pergi ke kantin sehingga ia juga dengan cepatnya kini melihat Renanda sedang beradu mulut dengan tiga perempuan, sesuai dengan dugaanya perempuan tersebut akan berbuat lebih kepada Renanda.

Sean tidak khawatir jika hanya tiga orang yang menghadap Renanda karena ia yakin gadis itu mampu untuk membuat mereka tidak berkutik bahkan merasakan nyeri di sekujur tubuhnya, namun hanya tinggal itungan menit beberapa perempuan pasti akan menghampiri Renanda dan...

"Ck!" Decak Sean ketika dirinya melihat rombongan perempuan kini sudah mulai memasuki kantin dengan wajah kesalnya karena memang sedari tadi mereka sudah cukup jengah melihat Renanda selalu bersamanya.

Renanda terlihat mundur karena sadar jika kini lawan dihadapannya terlalu banyak, "Renanda." panggil Sean yang kini melangkah ke tengah tengah mereka, ia lalu menghalangi Renanda layaknya kucing yang akan diterkam oleh anjing.

"Ngapain?" Tanya Sean

"Ko ada Sean?"

"Sean ngapain sih?"

"Ih ko Sean?"

"Lah,"

"Bubar" ucap Sean kepada mereka semua, namun ternyata apa yang dikatakan Sean tidak benar benar didengarkan baik oleh mereka sehingga kali ini Sean melangkah mendekati mereka dengan tatapan matanya yang tajam

"Kalian tuli hah?! Gue bilang bubar ya bubar!" Ucap Sean kepada mereka semua, akhirnya satu persatu dari mereka pergi dan menyisakan Renanda, Rima dan juga Sean.

Sean menghela nafasnya lalu berbalik, tatapan matanya yang masih tajam membuat Renanda ragu bahwa apa yang dipikirannya tadi adalah benar. "Lo gak dengerin gue re?" Tanya Sean

Renanda terdiam dan tidak tau harus menjawab apa lagipula dirinya juga memang salah, "lain kali, kalo gue ngomong itu dengerin." Ucap Sean

"Udah jangan nunduk gitu," ucap Sean sambil membuat posisi kepala Renanda menjadi menatapnya

"Maaf" ucap Renanda

"mau beli minuman buat gue kan? Gak usah, udah gue siapin di dalem tas. Ayo," ajak Sean

"Gue nyusul aja sama Rima" ucap Renanda

"Tuhkan, bandel lagi gamau dengerin gue." Ucap Sean kesal

Renanda meringis sesaat lalu setelah itu Rima mengangguk dan melangkah bersama Renanda untuk pergi mengikuti Sean, "nanti masuk ke dalem lapangan aja, duduk sama pelatih gue. Gaakan apa apa," ucap Sean

"Tap—"

"Apa?" Tanya Sean

Renanda menggeleng karena Rima mengingatkannya bahwa kini dirinya hanya harus mendengarkan apa kata Sean, "Jalan duluan, biar kejagain." ucap Sean cukup membuat Renanda mengerti bahwa lelaki ini memang benar benar peduli kepadanya dan juga membuktikan bahwa dirinya memanglah benar menyukai Renanda.

Sesampainya dilapangan, Renanda dan juga Rima bersalaman kepada pelatih Sean. Kemudian Sean pergi memasuki lapangan dan mulai ikut pemanasan bersama teman temannya, namun baru saja beberapa menit keduanya duduk kini Rama menghampiri.

"Ko duduknya disini? Gak disana?" Tanya Rama yang Renanda yakini itu adalah pertanyaan yang ia ajukan untuk Rima.

"Terus kenapa kalo disini?"

"Ya kan lo Ananta, disana baru tempat kita." Ucap Rama sambil menunjuk apa yang ia maksud.

"Lagian lo kan pacar gue Rim, masa iya gak nyemangatin gue? Dan malah duduk disini, itu sama aja elo nyemangatin orang lain." Lanjut Rama

"Kamu butuh kaca apa gimana sih? Aku tadi pagi tampil kamu gak ada tuh nyemangatin aku gak ada tuh panggil panggil nama aku, tapi giliran orang lain? Liat yang bening dikit yang seksi dikit kamu langsung semangatin tepat didepan mata aku." ucap Rima membuat Renanda tersadar bahwa keduanya belum benar benar menyelesaikan masalahnya.

"Kan tadi gue udah minta maaf Rim" lirih Rama

"Ya kamu pikir dong, siapa yang enak dituduh ini itu padahal aku sendiri cuma duduk disini dan gak berbuat apa apa. Emangnya aku teriak teriak sambil siul siul kaya yang kamu lakuin tadi pagi?" Tanya Rima membuat Rama mati kutu tidak bisa menjawabnya.

Rama lalu menarik nafasnya, "maaf, yaudah Rim kalo lo ngga mau" ucap Rama

"Nah kan," ucap Rima tiba tiba membuat Rama menggerutu dalam hatinya 'salah lagi salah lagi'.

"Yaampun kalian tuh ya, semalem berantem sekarang berantem. Ah— dari dulu malah!" Ucap Renanda kesal

"Tuh liat Rim, Rere aja kesel kita berantem terus. Udahan yuk?" Ajak Rama

"Putus?!" Tanya Rima membuat Rama membelakkan matanya cemas

"Bukan gitu! Tapi berantemnya yang udahan bukan kitanya." Ucap Rama dibalas anggukan oleh Rima, setelah itu tiba tiba Rima berdiri dan menoleh kepada Renanda.

"Mau disini aja atau ikut aku?" Tanya Rima, namun bukannya langsung menjawab kini Renanda malah menoleh ke arah Sean yang beruntungnya juga sedang melihatnya.

Sean melirik teman Renanda di sebelahnya, ia tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. "Jangan lupa di bawa minumnya," ucap Sean yang hanya Renanda bisa mengerti oleh gerakan bibirnya bukan dengan suaranya.

Setelah mengambil botol yang berada disisinya, Renanda mengangguk kepada Rima dan ikut dengannya untuk duduk di tempat yang sudah tertera nama Ananta Wijaya. Renanda melihat tas yang ia yakini itu adalah milik Angkasa kini terjatuh, ia langsung berlari kecil dan menempatkannya dengan tas milik teman temannya yang lain.

Cuaca yang memang tidak panas benar benar pas untuk Renanda menonton pertandingan, beralih pada lapangan disini itu di khususkan untuk ekstra kulikuler futsal saja. Bukan itu yang spesial, namun bangunan ini besar sehingga tempat yang kini diduduki oleh Renanda dan Rima itu hampir sepuluh meter jauhnya dari lapangan yang akan dipakai mereka untuk tanding sehingga tidak akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Gedung utama memang digunakan untuk belajar dan aktivitas biasanya, dan gedung kedua yang tepatnya di sebelah kiri lapangan itu adalah gedung khusus untuk ekstrakulikuler, bisa dipastikan berapa banyak ekstrakulikuler yang ada didalam sekolah ini kan?. Pertanyaannya bukan itu seharusnya, tetapi kenapa hanya paskibra dan futsal saja yang bertanding? Itu adalah jawaban yang membuat Renanda senang karena pada kenyataanya dua ekskul akan datang esok hari, yaitu ekskul bahasa dan juga skeluk (sketsa dan lukisan). Ketika mereka datang esok hari, paskibra dan futsal akan pulang pada hari dimana mereka datang. Itu artinya Renanda tidak akan melihat interaksi antara Angkasa dan juga Haifa yang hanya membuatnya panas saja. Bukankah mempunyai aunty yang mengerti dirinya itu adalah hal yang menyenangkan? Bukannya jahat, lukanya tidak sebanding dengan yang Renanda rasakan. Jika tidak bertemu ya mungkin Haifa akan merasa luka karena rindu? Berbeda dengan Renanda, ia bertemu namun tidak dianggap ada bukankah itu lebih dari sekedar luka?.

D R E A M [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang