38. perpisahan?

2.9K 159 4
                                    

"jadi perpisahan yang lo maksud itu kaya gimana re?" Tanya Sean.

"ya sebaiknya ga ada perpisahan," ucap Renanda.

Sean mengangguk, "tuh nasi gorengnya datang," ucap Sean yang langsung dihadiahi senyuman senang dari Renanda.

"selamat makan Sean," ucap Renanda saat nasi goring itu ada di hadapannya, tangannya lalu meraih sendok yang berada di sebelah kanan piring, namun sebelum tangannya bergerak untuk menyendok nasi goring yang masih mengepul itu, Sean mencegahnya dan juga menggeleng untuk mengatakan bahwa sebelum makan ia harusnya berdoa terlebih dahulu lalu stelah itu baru Renanda boleh memakannya. Sebenarnya Renanda malu karena dirinya terlalu buru buru seperti orang kelaparan di depan orang apalagi laki laki, stelah keduanya berdoa mereka langsung makan.

Entah mengapa, Renanda memang lebih suka nasi goring yang dibuatkan oleh orang lain daripada dirinya sendiri karena menurutnya rasanya beda walau memasak dengan bahan yang sama. Sudah lama ia tidak makan di pinggir jalan apalagi malam malam begini, karena biasanya Renanda akan menyuruh ketiga suruhan ayahnya itu untuk pergi membeli nasi goreeng kaki lima ini. Memang biasanya Renanda suka pergi ke beskem Black Rose pada malam hari namun tetap saja ia langsung pulang, padahal waktu dulu biasanya dirinya sering pergi sendiri untuk makan nasi goreng di pinggir jalan seperti ini. Apalagi sewaktu kecil, ia dan kedua orang tuanya selalu saja makan di pinggir jalan seperti ini. Namun apa daya, kini ayahnya terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan juga terlalu sibuk memikirkan bgaimana cara agar bisa mendapatkan izin darinya untuk menikahi perempuan yang sama sekali tidak bisa menggantikan bunda Tasya dihidupnya. Memikirkannya saja dapat membuat nafsu makan Renanada menghilang, ia langsung menoleh kearah Sean yang nampak asik memakan nasi goreng itu. Minum yang ada di gelas itu berwarna coklat bening yang ia yakini itu adalah teh manis, namun di bawahnya penuh dengan ampas berwarna hitam yang Renanda bingung itu adalah ampas apa. Ia meraih gelas tersebut dan memperhatikannya membuat Sean ikut melihat apa yang dilakukan Renanda.

"kenapa?"

"ini apa?"

"teh,"

"teh manis?"

"bukan, itu teh tawar. Gak manis,"

"gak suka Sean," rengek Renanda.

"yaudah gue tanyain sama si mangnya dia punya air putih atau ngga,"

Renanda mengangguk lalu setelah itu Sean beranjak dan pergi, setelah itu Renanda memilih untuk melakukan sesuatu agar dapat dilakukannya kali ini. Namun tiba tiba kucing melewatinya dan membuatnya menjerit ketakutan, "ada kucing!" ucap Renanda sambil menaikan kakinya.

Seseorang disana membantu mengusir kucing tersebut dan mengatakan bahwa tidak apa apa karena kucingnya sudah pergi, tidak lupa Renanda berterimakasih pada seseorang tersebut. Ternyata yang menolongnya bukan Sean, lalu dimana dia?. tidak lama suara gemercik air terdengar, ah ternyata hujan turun. Benar apa kata Sean kalau mala mini hujan akan turun dan ia tidak mendengarkannya malah mengatakan bahwa itu hanyalah perasaan Sean saja. Siapa sangka seseorang yang ia cari kini berada di dekatnya dengan keresek putih yang berisikan dua botol air mineral dengan pakaian yang hampir membasahi seluruhnya, "Sean, kenapa gak neduh dulu sih?" Tanya Renanda.

"lo butuh ini, lagian gue takut lo kenapa napa." Ucap Sean sambil menyodorkan botol yang ia beli tadi.

"ya tapikan lo basah," ucap Renanda

"yang penting lo ngga kehausan," ucap Sean

Renanda tersenyum, karena lagi lagi Sean menunjukan bahwa dirinya memang benar benar memperlihatkan bahwa dirinya mencintai Renanda dan juga melindunginya. Betapa beruntungnya mungkin Renanda karena dicintai Sean, ia adalah orang yang diperjuangkan banyak perempuan, ia juga merupakan orang yang di inginkan oleh banyak perempuan, orang yang benar benar sempurna untuk dimiliki dan kini Sean hanya mencintai satu perempuan, itu adalah dirinya. Renanda Anantasya. "ngapain senyum senyum?" Tanya Sean

D R E A M [Completed]Where stories live. Discover now