69. Masih tentang kedatangan mantan

2.1K 106 5
                                    

Renanda menghela nafas, tak urung dia mengangguk dan kembali mencoba untuk menjadi pendengar yang baik.

"Dara datang buat ngancem gue terlebih lagi lo, gue bukan orang lemah dan gue tau lo juga ngga lemah Renanda. Tapi apa yang gue liat tentang hari hari selanjutnya, it's so scary baby gue gak bakal bisa maafin diri gue sendiri kalo itu terjadi sama lo. Dia cerdik, bahkan gue sendiri takut. Gak ada jalan keluar selain ngelakuin hal yang ngebuat dia gak ngelakuin hal yang macem macem ke keluarga lo dan lo sendiri, makanya saat itu juga gue mutusin lo. Renanda, gue salah tapi gue juga mau lo dan keluarga lo tetap dalam posisinya."

"Gue ngga selemah itu Sean! Lo ngeraguin gue?"

Renanda mengepalkan tangannya, ia bahkan bisa saja melayangkan pukulan ke wajah Sean.

"Gue tau lo ngga lemah, bahkan gue tau lo itu orang yang kuat. Gue ngga ngeraguin itu, tapi tolong Renanda dia bisa ngelakuin hal yang dia mau."

Renanda berdiri, "Apa! Lo tuh terlaku basa basi, apa yang bisa dia lakuin hah? Apa?"

Sean ikut berdiri, "Keluarga Dara adalah musuh dari keluarga lo selama ini."

Gadis dihadapan Sean terlihat kaget, "Calon mama lo itu adalah nyokapnya Dara, awalnya dia cuma mau ngehancurin bokap lo dan seluruh perusahaan milik bokap lo jatuh ke tangan dia. Tapi..."

"Ko ayah ngga tau?"

"Karena mamah Dara perantara dari kehancuran itu, celakanya nyokapnya Dara beneran jatuh cinta sama bokap lo. Renanda gue tau lo ngga lemah tapi yang gue takut itu ketika lo lengah, lo ngerti kan?"

"Terus? Kenapa lo ngga bilang? Lo harusnya bilang, kita bisa jalanin semuanya sama sama setidaknya gue gak ngerasa orang paling bego sekarang!"

"Lengah itu biasanya saat seseorang lelah---, dan gue lelah karena sikap lo. Dasar brengsek!" lanjut Renanda

Sean mendekati Renanda lalu saat itu juga Sean membuka jaketnya dan melemparkan kesembarangan arah dengan cepat, sambil melangkah ia membuka kancing kemejanya satu persatu. Renanda yang saat itu melihatnya langsung kaget, ia beranjak dan menjauh dengan tangan yang bersiap memukul wajah Sean jika laki laki itu macam macam kepadanya.

Renanda membelakkan matanya yang tertuju pada bagian perut Sean, sebuah perban yang penuh dengan darah dan juga obat merah yang dituangkan dengan asal. Langkah yang tadinya menjauh kini bergerak cepat kembali untuk mendekat, tangan Renanda menyentuh bagian luar perban dengan hati hati.

"Ini kenapa Sean?"

Renanda lalu mendongakkan kepalanya untuk menatap Sean, sebenarnya sedari tadi Renanda sama sekali tidak menatap Sean karena itu akan membuatnya luluh. Sean tersenyum dengan bibirnya yang pucat dan juga keringat dingin yang berada di dahinya, Renanda bingung ada apa dengan Sean dan wajahnya yang pucat. Apakah Sean sedang sakit?

"Sean lo gapapa kan?"

"Gapapa, gue gapapa Re."

Setelah itu Sean mendekati Renanda dan memeluknya, saat itu juga Renanda tidakbisa menyembunyikan rasa rindu dan juga kekhawatirannya. Renanda balas memeluk Sean dengan air mata yang sudah meluncur bebas di pipinya, tangisnya mereda bersamaan dengan Renanda yang kehilangan keseimbangan karena tubuh Sean terasa berat.

...

Renanda tertidur dengan posisi duduk, kepalanya berada di atas ranjang setelah tadi ia lelah karena menangis. Suara mesin penanda detak jantung yang berada di sudut sana tidak mengganggu tidurnya, suara segukan selepas menangis kencang masih terdengar di sela nafas yang sesak.

Lalu Renanda bergergerak kaget kala sebuah tangan kini berada di atas kepalanya, ia kemudianterbangun dan langsung menatap Sean dihadapannya. Ia mengira seseorang yang tadi mengusap kepalanya adalah Sean, namun ternyata lelaki itu masih menutup matanya dan dengan nafas teraturnya dia tetap membiarkan Renanda sendirian disini.

D R E A M [Completed]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon