57- Sadari Renanda

2.2K 120 1
                                    

Renanda mengerutkan dahinya bingung, apa maksud dari perkataan Sean yang menurutnya tidak terlalu penting. Namun ia tetap membuka topinya dan menyimpannya diatas meja, setelah itu membenarkan rambutnya lalu kembali menatap Sean. Tidak ada ekspresi apapun diwajah Sean hingga membuat Renanda tidak sadar kalau sedari tadi keinginan terbesarnya adalah ingin menyentuh wajah Sean dan membuatnya setidaknya tersenyum, "pertanyaan kedua, ada yang kamu umpet umpetin kan?. Jawab jujur,"

"iya,"

Gadis yang baru saja mengutarakan pertanyaan hanya bisa menghela nafas dan bersiap memberikan kembali pertanyaan yang sudah ia siapkan semalaman, "jadi rasa suka kamu itu kemarin cuma pura pura?"

"nggak,"

"pertanyaan keempat, bisa kasih tau beberapa hal yang bikin kamu gak suka dari aku?"

"keras kepala, kekanak kanakan, cengeng, centil, terlalu kaku, cuek, satu lagi yang paling gue gak suka. Lo itu manja Renanda, sadari."

Mata Renanda mulai memanas bahkan mata sebelah kirinya sudah mulai membuat pipinya basah, "yang terakhir, kalo apa yang kamu bilang tadi itu bener dari hati kecil kamu atau ngga?"

"hati gue gak bisa bohong, ini jelas nggak."

Lagi, Renanda harus tetap berada didalam lingkaran yang membuatnya bingung. Padahal tujuannya untuk bertemu dengan Sean adalah untuk menyelesaikan semuanya, namun yang ia dapat adalah kebingngan yang berlipat.

"gue yang nanya sekarang, sekali dan lo harus jawab."

"iya,"

"gue mohon dengan sangat, jangan benci seseorang sebelum tau alasan dia ngelakuin sesuatu yang bikin lo bisa jadi benci. Janji sama gue, lo bisa kan nggak gitu?"

Tanpa mengulur waktu lebih lama lagi ia mengangguk, "iya, aku gak bakal lakuin itu."

"bagus, topinya gue bawa pulang."

"kenapa dibawa pulang?"

"gak boleh?"

"bukan gitu, tapi kenapa?"

"gue suka kangen sama lo," ucapan itu jelas membuat Renanda berdebar

"tapi gue sadar diri, kita gak akan bisa sama sama lagi. Jadi daripada ketemu sama lo buat nyelesain rindu, gue mending simpen ini aja." Lanjutnya.

"kenapa?"

"ketemu lo itu sama aja kaya numbuhin harapan baru yang jelas jelas gak bisa bikin kita sama sama lagi,"

"emangnya aku nggak ngerasain hal yang sama, Sean?"

"mungkin sekarang iya, tapi gue yakin nanti pasti nggak."

"gue gak bakal gitu,"

"dan gue juga berharap lo gak bakal gitu."

"jam Sembilan lebih sepuluh menit, gue pulang." Benar, ini sakit lebih sakit dari apa yang ia bayangkan. Wajah datar dengan perkataannya yang menyakitkan mampu meyakinkan bahwa memang tidak ada peluang untuk keduanya kembali seperti semula, bersama sama sebagaimana seharusnya. Lagi, ia harus membenarkan. Benar apa kata Sean, ia cengeng. Hanya dengan ucapan perpisahan untuk berpamitan pulang saja mampu membuatnya kehilangan dan merasa hampa kembali, buru buru ia menghapus air mata yang kini meleleh dipipinya karena tidak ingin melihat seseorang dihadapannya marah sama seperti kemarin.

"hati hati Sean,"

"iya. Jangan nangis, karena mata ini suatu saat nanti cuma bakal mandang gue sinis. Lo gak boleh nangisin gue, karena suatu saat nanti di mata lo gue ini bakal jadi beban bahkan kebencian. Jangan tanya kenapa lagi, gak ada jawaban untuk itu dan sebelum gue pergi gue mau minta maaf."

"kenapa dari tadi kamu gomong maaf terus?"

"gapapa, mungkin suatu saat nanti gue bakal terus terusan minta maaf sama lo."

"maksud kamu apa Sean?"

Sean hanya menggeleng lalu setelah itu ia berjalan meninggalkan Renanda yang masih menatapnya bingung, bahkan beberapa pengunjung juga ikut menatap kepergian Sean setelah itu menatap Renanda iba. Tentu yang paling merasakan sedih adalah Renanda, bagaimanapun ia juga yang merasakannya. Saat akan beranjak dari kursinya, tiba tiba Renanda berhenti karena notifikasi dari ponselnya. Apa yang dilihatnya ternyata adalah sebuah pesan, namun saat melihat roomchat dan nomor pemilik yang tertera disana itu membuat Renanda mendengus risih.

Mengabaikan? Terserah, karena tepat disebelah kananmu di seberang sana ada sesuatu yang saya maksud dalam pesan sebelumnya. Jangan menyesal, tidak kah kamu tau bahwa disana terdapat sesuatu yang berhubungan denganmu? Ah dengan keluargamu juga, atau sesuatu yang bahkan membahayakanmu. Lima menit tidak datang, sesuatu disana saya pastikan hilang.

Sesuatu yang saya maksud adalah hal yang akan membuatmu bahkan akan mencoba memecahkan teka teki yang akan saya beri lagi nanti, ah aku pikir ini pesanku yang ketiga. Semoga beruntung dengan lima menitmu, Renanda.

Dengan gerakan cepat Renanda menyimpan selembaran uang diatas meja dan pergi keluar café dengan terburu buru, melihat itu Akang yang berada dimobil langsung keluar dan menghalangi jalan Renanda.

"ada apa neng? Ko lari lari?"

"Rere ada urusan kang, sebentar ya."

"hati hati neng,"

Renanda mengangguk lalu setelah itu ia menyebrangi jalan yang kebetulan disana selalu sepi, ia kembali membuka pesan yang ia dapatkan tadi pagi. Setelah berpikir keras tentang teka teki yang diberikan padanya, gotcha! Jawabannya adalah pohon. Ia kemudian kembali mendongakkan kepalanya dan menemukan didepannya kini ada sebuah pohon besar, pikirannya melayang kepada sesuatu didekat sana. Ada sebuah ayunan, jungkat jungkit, dan beberapa permainan anak anak lainnya. Dulu, tempat ini memang menjadi tujuannya ketika sore hari bersama bundanya Tasya dan disana juga tempatnya terjatuh kala menaiki ayunan yang terlalu tinggi untuknya. Sekali lagi, ternyata teka teki itu benar benar menunjukan jawabannya, daun kuning berserakan, daun hijau bergelantungan, berteduh? Ya pohon yang besar ini memang pas untuk beteduh, lagi ini memang tempatnya ketika jatuh dahulu. Tidak ingin berlama lama pada posisinya, ia lalu pergi ke pohon itu. Matanya menelusuri apakah ia akan menemukan sesuatu disana? Dan ternyata iya, ia menemukan sebuah surat berwarna merah muda di ayunan.

Langkahnya kini menuju ayunan itu, diambilnya surat berwarna merah muda dan dibacakan olehnya sesuatu yang tertulis dipojok kanan sana. Untuk Renanda, seperti itulah tulisannya. Merasa penasaran, ia langsung membukanya dan mulai membaca isi dalam surat tersebut.

Ini surat pertama, untukmu tolong simpan.
Sekali lagi maaf telah mencampuri urusanmu, saya disini hanya melakukan yang terbaik untukmu. Saya harap kamu mengerti tentang ini, beberapa hal akan kusampaikan. Saya mulai, yang pertama adalah kamu tidak seharusnya merasa sendirian karena begitu banyak orang yang menyayangi, kedua jangan juga merasa bersedih hati karena seseorang yang baru meninggalkanmu tidak benar benar seperti itu atau mungkin sesuatu telah terjadi padanya pada perasaannya sehingga ia meninggalkanmu, ketiga jangan pernah percayai dia yang dipercayai oleh seseorang yang kamu harapkan karena bukan hanya kesakitan yang kau dapatkan akan tetapi kamu akan juga mendapatkan pengkhianatan, keempat hanya tentang dirimu yang jangan menutup diri dan berkecil hati terhadap seseorang yang telah pergi , dan yang kelima adalah maaf tidak menunjukan siapa diriku karena demiapapun saya akan terluka karena kau juga.

D R E A M [Completed]Where stories live. Discover now