63- impas?

2.1K 111 8
                                    


Sean terdiam karena dia tidak tau apa yang harus dikatakannya kali ini, ia benar benar salah langkah dengan ucapannya. Seharusnya ia tetap optimis untuk mengatakan apa yang ia katakan, melakukan apa yang dia lakukan dan mendengar apa ia dengar.

"Kita gak seharusnya ngebahas ini." Ucap Sean tiba tiba sehingga membuat Renanda bingung, lelaki ini sepertinya memang berusaha membuatnya banyak berpikir tentang apa yang dia maksud, namun dengan kesalnya Renanda akan berusaha mengetahui semuanya dengan hasil dari dirinya sendiri.

"Oke, apa lagi?"

"Kedua, gue berharap lo bisa maafin gue dengan kesalahan gue yang mungkin gak bakal lo maafin suatu saat nanti."

"Lo tuh cenayang yang emang bener bener bisa tau keadaan selanjutnya setelah ini apa gimana si?"

"Yang ketiga, Marcell gak akan ke Bandung buat kumpul seperti biasanya. Rose? Apa itu ngebuat gue dikeluarin dari BR?"

"Selamanya lo gak akan ke Bandung dan gak akan kumpul BR?"

"Buat beberapa saat, bukan selamanya."

"Oke."

"Keempat, walaupun gue gak ada di Bandung dan gak bisa ngawasin lo kaya biasanya. Musuh lo gak bakal lengah, mereka tetep dalam awasan gue dengan kata lain lo tetep dalam lindungan gue. Kecuali Angkasa, orang yang gak mungkin bisa gue singkirin karena lo sendiri pasti gak mau Angkasa hilang."

"Tapi gue..."

"Last, hal kelima yang gue mau bilang ke elo. Walaupun semua orang dalam keadaan ngejaga lo, gue, bokap lo, BR, opa, dan orang disesudut lingkungan lo berharap lo baik baik aja dan gue mau lo jaga diri baik baik."

Renanda diam, Sean ini sepertinya tidak menyuruhnya untuk berdiskusi tentang hal hal yang dibicarakannya namun dia seperti memerintah. Dibalik itu semua Renanda senang karena dirinya merasa diperhatikan, terlebih lagi Sean mengatakannya tidak dengan nada yang menyebalkan atau mungkin bisa membuatnya ingin menangis.

"Re, lo gak akan ngomong apa apa? Bukannya lo punya kalimat perpisahan?"

Renanda mengangguk lalu menarik nafasnya, "Gue cuma mau bilang satu hal aja sama lo, tentang apa yang gue rasain."

"Tentang perasaan lo?"

Renanda kembali mengangguk karena ucapan Sean, ia harus bersiap untuk mengatakan hal selanjutnya kepada lelaki itu.

"Gue percaya lo Sean, apapun yang lo lakuin apapun yang lo bilang dan apapun yang gue denger dari orang lain..."

"Itu semata mata untuk kebaikan gue, maka dari itu gue berterimakasih sama lo dengan cara gue tetep sayang sama lo." Lanjut Renanda

...

Malam itu, Renanda benar meninggalkan Bandung dan juga Sean. Sepanjang perjalanan ia menatap pohon yang tertinggal dibelakangnya, lalu beralih pada pohon pohon selanjutnya. Gelap, malam memang selalu gelap namun kali ini langit gelap itu tidak ditemani bintang atau bulan.

"Are you oke?" tanya Ananta kepada Renanda.

"Rere baik baik aja, cuma Rere pengen cepet cepet nyampe aja ke rumah."

"Sabar ya, hari ini emang jalan cukup padat. Kamu tidur aja, kalau tidur nanti gak kerasa."

"Iya Yah."

Beberapa jam kemudian akhirnya mereka sampai di rumah mereka bersama yaitu di Bogor, tidak mau menghabiskan waktu untuk terus membuka mata akhirnya Renanda dan juga Tata memilih untuk langsung tidur sehingga besoknya mereka dalam keadaan yang segar untuk memulai aktivitas.

Esoknya...

Renanda pagi pagi sekali sudah berada di sekolah, beberapa orang sudah terlihat diruangan khusus ekstrakulikuler paskibra. Rencananya memang hari ini mereka akan mengadakan rapat, namun lagi lagi keputusan ada dipihak Renanda. Mereka semua sepakat untuk mengadakan rapat ketika Renanda sudah pulang dari Bandung, mereka tidak akan bisa untuk memulai rapat tanpa kehadiran ketuanya. Tepat saat itu ia melihat Rima, wajah Renanda berseri seri dan bergerak menghampiri Rima.

"Betah banget di Bandung?" Sindir Rima membuat Renanda terkekeh sambil menggelengkan kepalanya menolak apa yang dimaksud oleh Rima.

"Waktu itu ada sedikit masalah, jadi ya aku kabur."

"Kamu kabur ke Bandung? Gak sekalian aja gitu ke luar negri, jauh banget sih kaburnya."

"Ya gimana lagi, biar gak ditemuin kan hehe."

"Malah cengengesan, aku khawatir tau masa kamu tiba tiba hilang gitu aja."

"Hilang hilang, udah kaya apa aja hilang."

Sehabis itu mereka berjalan memasuki ruangan paskibra, disana sudah ada beberapa orang yang ternyata sedang mendiskusikan tentang apa yang akan dibahas dirapat nanti. Kedatangan Renanda membuat mereka langsung memberhentikan obrolan, mereka lalu memeberikan sebuah kertas yang sudah mereka susun apa apa saja yang akan mereka bahas.

"Oke, ini udah bagus. Selebihnya gue udah faham tentang apa yang harus gue bilang nanti pas rapat, thanks udah ngasih tau dulu sebelumnya."

Setelah itu mereka kembali menidskusikan lagi apa yang memang sedang menjadi masalah, Renanda juga ikut mencari jalan keluar atas masalah yang sudah seminggu terakhir ini belum juga mendapatkan titik temunya. Diskusi ini ternyata memakan waktu yang lebih banyak, sehingga tidak sadar waktu rapat sebentar lagi akan dimulai. Renanda lalu mengakhiri diskusinya dan mulai membuka rapat dengan tarikan nafas dan juga senyuman.

Rapat selesai pada sore hari, Renanda dan juga Rima sepakat untuk pergi memanjakan diri karena sepertinya keduanya ingin menghabiskan waktu berdua. Rima sendiri sebenarnya yang mengusulkan bahwa dirinya ingin pergi ke salon bersama Renanda, karena mungkin pertemanan yang baru terjalin sebentar dan terpisah dalam waktu yang cukup lama membuat Rima sepertinya sedikit merindukan teman barunya ini. Selama tidak ada Renanda di sekolah, dirinya tidak merasa kesepian namun Rima merasakan kehilangan. Lagi, Renanda menyetujui ajakan Rima ke salon bukan semata mata hanya menebus dosanya atas kekhawatiran Rima, namun juga dirinya ingin memotong rambut. Buang sial.

"Eh Re, waktu kemaren ada yang nanyain kamu loh." Ucap Rima saat mereka mulai memasuki salon

"Kemaren aja? Sebelumnya gak ada yang nanyain?"

"Ada sih, Cuma kan gak penting aja buat kamu tau."

"Jadi siapa yang nanyain aku kemarin? Yang katanya penting."

"Angkasa."

Nama itu lagi, Renanda ingin sekali mengeluarkan kata kata atas pertanda kalau dia sedang kesal. Angkasa aneh, dia seharusnya tidak menanyakan Renanda melainkan ia harusnya sibuk dengan Haifa. Bukankah kabar yang dia dengar, Angkasa dan Haifa sudah resmi berpacaran?. Ah Renanda malas memikirkannya, ia lebih baik benar benar memotong rambutnya agar kesialannya selama ini terbuang.

"Jangan bahas dia lagi Rim, oke?" Ucap Renanda dengan nada yang cukup memeberikan tada bahwa ia kesal, bahkan ingin marah.

"Sorry, aku cuma pengen kasih tau."

"Iya Rim aku ngerti, cuma kan sekarang posisinya beda. Dia udah punya orang lain, terus aku sendiri juga gak akan mungkin ngerusak hubungan orang."

"Bukan dia aja yang punya pacar, tapi kamu juga kan punya Sean. Impas, gak ada masalah kan?"

Renanda mengangguk sambil mengatakan sesuatu dalam hatinya, "Masalahnya gue sama Sean itu udah gak ada hubungan, impas apanya?"










Double update hari ini, karena menebus kesalahan ke readers gara gara jarang update kan?:( . btw, wtdfts atau cerita saya yang pertama bakal dipublis balik dalam waktu dekat, karena banyak banget req dan kekesalan readers waktu baca tapi ternyata.....! Dan bakal dihapus lagi dalam jangka waktu satu atau dua bulan. So! Nanti setelah pemberitahuan publikasi wtdfts come back, langsung cek cek cek dan tamatin sebelum dihapus lagi! Oke?

Duh jarang jarang nulis gini di akhir cerita, haha yaudah bye semua~

D R E A M [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang