36- sebentar lagi hujan

2.8K 148 1
                                    

Renanda terdiam ditempatnya mencoba untuk menanyakan dalam hatinya apakah yang dikatakan oleh Rima tentang Sean itu adalah benar atau tidak, sementara itu Rima kembali melahap anggur berwana merah itu tanpa menoleh kepada Renanda. Seseorang yang merasa tidak sabar menunggu kini langsung membuka pintu dan menemukan dua orang disana, yang satu berdiri dengan tangan yang ia lipat di depan dada dan yang satunya lagi sedang asyik memakan buah yang di beli olehnya untuk Renanda, garis bawahi untuk Renanda.

"Gue beli bukan buat lo rim," ucap Sean dengan suara yang pelan namun masih terdengar oleh keduanya.

Keduanya menoleh kaget, Renanda bahkan menurunkan lipatan tangan di dadanya. Rima kembali menyimpan anggur yang berada di tangannya itu ke keresek putih, "sorry, gue mau soalnya." Ucap Rima

Sean mengangguk, "gapapa re?" Tanya Sean menolehkan kepalanya ke arah kanan membuat Renanda juga ikut menolehkan kepalanya.

Renanda mnegangguk, "Sean, lo gabakalan di cariin sama orang tua lo?" Tanya Renanda sambil melihat jam berwarna hitam yang melingkar manis pergelangan tangannya.

Sean terkekeh, "gue bukan Bian, re."

"Bian siapa?" Tanya Rima tiba tiba, Sean menoleh dan menjawab singkat pertanyaan Rima.

"Kembaran gue." ucap Sean

Rima mengangguk lalu beranjak dari sofa.

"aku ke Rama dulu ya." pamit rima kepada keduanya yang kini mengangguk sebagaimana tanda 'iya'.

Setelah suara pintu tertutup, Renanda melangkahkan kakinya lalu duduk di sofa yang baru beberapa menit yang lalu diduduki Rima, tangannya kini tengah berada di kepala sebelah kanannya dan memijitnya pelan. Sean yang sesuai tadi menatap gerak gerik Renanda mulai mendekat dan menanyakan akan sesuatu yang sedikit nya membuat ia khawatir. "Gapapa re?" tanya Sean.

"Udah tau gue lagi mijet kepala, ya lagi kenapa napa lah." Ucap Renanda dengan nafas yang tidak teratur, Sean menelan ludahnya karena sadar ia kini tengah menghadapi perempuan pms.

"Pusing?"

"Sakit perut" jawab Renanda dengan nada kesalnya.

"Nanti gue beliin obat ya?"

"Kan lo udah ngasih obat, masa ngasih lagi? Lo mau bikin gue overdosis?"

Sean menghela nafasnya, meraup wajahnya baru kembali mantap Renanda, "mau ice cream?" Tanya Sean yang langsung ditatap oleh Renanda.

' kayanya gue salah lagi ' batin Sean.

"Ayo beli!" Ucap Renanda dengan senyum m yang merekah diwajahnya.

Sean tersenyum lega, lalu mengangguk. "Ayo," ucap Sean.

Renanda berdiri dan langsung menarik tangan Sean, "Ettt..." Ucap Sean sambil menarik kembali lengannya membuat Renanda ikut tertarik.

"Dingin, pake jaket gih." Ucap Sean

"Gamau, ayo cepetan beli ice cream" ucap Renanda.

"Re, dengerin gue. Pake jaket, bentar lagi hujan." Ucap Sean setelah sebelumnya ia keluar sekelibat kejadian yang ada di depan matanya.

"Tau dari mana? Mendung? Langitnya kan gelap." Tanya Renanda

Sean menggaruk tengkuknya bingung harus menjawab apa, "firasat,"

"Firasat aja, gak ko gak akan hujan."

"Gak akan pake jaket nih?"

Rhajra mengangguk, "iya, yaudah ayo cepetan." Ucap Renanda tidak sabaran sampai dirinya kini mulai menarik lengan Sean keluar dari kamar.

Sean lalu mensejajarkan dirinya dengan Renanda, tangannya sudah terlepas dan kini tengah berada di saku jaketnya warna hitamnya. Renanda sedari tadi menanyakan tentang Sean yang ingin diketahui, bahkan beberapa rakyat di dalam lift malah terdiam karena adanya Renanda. Obrolan itu terus berlangsung, bahkan sampai mereka memasuki mini market, dengan tingkat kesabaran yang menipis Renanda langsung berlari kecil ke arah sebelah kanan. Posisi Sean yang berada di belakangnya hanya terkekeh dan merasakan senang di dalam hatinya.

"Sean.." panggil Renanda seraya menutup kembali kulkas ice cream itu.

"Kenapa re?"

"Kan ice cream gue masih ada di hotel,"

"Terus gimana?" Tanya Sean

"Keluar aja ya jalan jalan?" Ajak Renanda setengah berbisik karena malu.

Sean terkekeh lalu menggeleng, setelah itu ia melangkah pergi menuju tempat dimana coklat tersusun disana. "Mau?" Tanya Sean.

"Mau," ucap Renanda sambil menganggukkan kepalanya.

Keduanya lalu melangkah menuju kasir yang kebetulan sedang tidak ada pembeli setelah tadi mereka masuk kedalam, "ini aja mas? Gak mau yang lainnya?" Tanya Mbak kasir itu.

"Mau apa lagi?" Tanya Sean kepada Renanda.

"Mau uang recehan," ucap Renanda.

"Hah? Uang recehan?" Tanya Sean tidak mengerti.

Renanda mengangguk, "iya uang recehan." Ucap Renanda.

"Pokoknya uang kembaliannya recehan," lanjutnya.

Sang kasir mengangguk, "yaudah mas kembaliannya di tunggu dulu, kebetulan uang recehan lagi diambil. Abis tadi...." ucap mbaknya.

"Kalau gak salah, ini mas yang tadi ya?" Tanya mbaknya tiba tiba.

Sean diam lalu tersenyum dan mengangguk, "iya mbak, yang beli 'itu' hehe." Ucap Sean.

"Teh, kalau Mbak jadi teteh ya bakal seneng banget. Pake banget banget banget," ucap mbaknya.

Renanda terkekeh, "emangnya kenapa?".

"Dia itu dateng kesini buru buru banget, tapi malah bilang salam. Gak salah sih tapi kan aneh ya biasanya pengunjung gak bakal ngucapin salam, abis itu dia lari ke tempat 'itu'." Ucap mbaknya sambil menunjuk tempat yang ia maksud.

"Terus lari ke tempat anggur, terus lari lagi bawa kiranti, terakhir dia beli penambah darah. Terus dia lari lagi ke arah mbak, ngasih uang seratusan tiga dan liatin barang yang dia beli sebagai bukti. Padahal barang yang dibeli harganya gak segitu loh, bahkan gak lebih dari seratus lima puluh." Lanjut mbaknya panjang lebar.

"Eh yaudah kalo gitu masnya gausah bayar," ucapnya.

"Loh ko gak bayar? Gak apa-apa saya bayar aja,"

"Gak apa apa mas, malah ini harusnya dikembalikan."

"Yaudah kalo mbaknya maksa,"

"Ayo re," ajak Sean lalu menggandeng tangan Renanda yang masih menunggu uang recehannya itu, mereka lakukan berjalan kembali menuju hotel. Namun Renanda tiba-tiba menghentikan langkah kakinya membuat Sean juga ikut berhenti dan berbalik, "kenapa re?" Tanya Sean.

"Uang recehan ih!" Ucap Renanda kesal.

"Yaampun re, buat apa?" Tanya Sean.

"Sekarang itu gue pengen jalan jalan terus beli makan, tapi gue gak bisa pergi kalo gak bawa uang receh." Ucap Renanda.

"Yaudah, ayo kita tuker uangnya jadi uang receh." Ucap Sean.

"Biar suruhan ayah aja yang bawa uang recehannya di kamar," ucap Renanda sambil mengeluarkan handphonenya. Lalu setelah itu ia menyuruh dengan waktu hanya sepuluh menit, membuat Sean menganggukkan kepalanya. "Nunggunya di parkiran yuk?" Ajak Sean

"Kenapa?" Tanya Renanda.

"Tadi katanya mu jalan jalan sambil nyari makan?"

Renanda mengangguk, "yaudah ayo!" Ajak Renanda.

Keduanya kembali melangkah menuju tempat parkiran dimana Sean telah memarkirkan motornya, setelah itu sesampainya disana Sean bertanya, "gapapa naik motor?" Tanya Sean

"Lah emangnya rose biasanya pake apa?" Tanya Renanda.

"Oh iya gue baru inget," ucap Sean lalu tersenyum kepada Renanda yang kini duduk di motornya.

D R E A M [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang