15- she al(wa)y(s) right.

3.3K 190 1
                                    

Angkasa menghembuskan nafasnya kasar, "gue tanya sekali lagi Renanda, Lo apain Haifa?" Tanya Angkasa

Renanda terdiam, menurutnya ia tidak salah dan tidak perlu menjawab apa yang ditanyakan oleh angkasa karena dirinya sendiri juga tidak menemukan jawaban atas kesalahan dirinya.

"Re. Lo harusnya sadar, apa yang Lo lakuin selama ini ke Haifa itu malah bikin gue semakin gamau buat suka sama lo"

"Sa, udaaah" ucap Haifa mencoba untuk membuat angkasa tidak melanjutkan perkataannya

"Lo liat dia, dia yang udah Lo sakitin? Masih ngebela Lo"

Angkasa membawa tubuh Haifa hingga posisi haifa sama dengan dirinya, Renanda merasakan luka di hatinya semakin membesar karena Angkasa.

"iya, Rere ngaku Rere salah."


"Rere minta maaf" ucap Renanda

"Lo pikir lo pantes buat dimaafin?"

Ini benar seperti sebuah tusukan yang mengenai hatinya, yang menusuk hingga dalamnya. "Terus Angkasa, mau Rere kaya gimana?" Tanya Renanda sambil mengusap air mata yang mengalir di pipinya.

"Gue mau lo gausah deketin gue lagi, gue muak liat senyuman palsu lo itu."

Renanda kembali merasakan tusukan yang lebih dalam lagi.

"Gue mau lo gak usah gangguan Haifa, bisa kan re?"

"Kalo itu yang Angkasa mau, Rere bisa. Tapi Rere minta Angkasa diem ya sekarang, Rere gak akan ngapa ngapain ko."

Renanda lalu maju selangkah, dua langkah, tiga langkah, mengulurkan tangannya menyentuh pipi Angkasa seperti biasa.

"Jangan pernah ngelakuin hal yang sama ke Haifa, Rere minta Angkasa selalu bahagia ya." ucap Renanda lalu menarik tangannya dan melangkah pergi meninggalkan mereka.

Renanda yang tengah berjalan cepat ke arah gerbang terpaksa berhenti melihat Rama yang menghalanginya.

"Awas!"

"Gue nanya dulu, Lo kenapa?"

"Rama minggir, Lo mau gue keluarin?"

"Gak masalah, yang penting Lo ngga celaka gara gara terlalu fokus ke masalah Lo"

Renanda terdiam, "apa?"

"Lo kenapa?"

"Gak akan ngerti"

"Oh, harus sama perempuan ya?" Ucap Rama sambil menoleh ke kanan dan ke kiri lalu melambaikan tangan kepada seseorang

"Ada apa?" Tanya Rima

"Tolong deh itu si Rere dibikin tenang, tadi katanya kalo ngobrol sama gue---gue gak akan ngerti"

Rima mengangguk, lalu menoleh kepada Renanda.

"Re, duduk dulu yu?" Ajak Rima

Renanda hanya mengangguk karena ia juga sadar bahwa tubuhnya tiba tiba lemas.

"Jadi, kenapa?" Tanya Rima setelah keduanya duduk di bangku koridor

Renanda menggeleng lalu tersenyum, "gapapa."

"Cewe gitu ya? Katanya gapapa tapi buktinya kenapa napa." ucap Rima membuat Renanda terkekeh

"Angkasa?" Tanya Rima

"Hmm"

"Ada apa sih sama Angkasa? Padahal kalian baik baik aja loh kalo aku liat liat."

"Menurut kamu sih baik baik aja"

"Jadi apa yang ngga baik baik aja? Coba cerita"

Renanda menggeleng, "Rere gak bisa cerita dulu" ucap Renanda

"Yaudah gapapa kalo emang gabisa cerita, tapi nanti kalo udah bisa, langsung cerita sama aku ya?"

Renanda mengangguk ragu, "oke"

"Mau latihan ngga?"

Renanda menggeleng, "kayanya engga dulu deh"

"Oh yaudah kalo gitu, terus sekarang Rere mau kemana?"

"Mau pulang"

"Ada yang jemput?"

"Bawa motor ko" ucap Renanda

"Oooh bawa, yaudah kalo gitu re. Hati hati dijalan ya."

"Ikut yuk ke rumah, temenin Rere" ucap Renanda

Rima menimbang nimbang keputusannya, namun melihat Renanda dalam keadaan sedih, akhirnya Rima mengangguk mengiyakan tawaran Renanda.

Renanda tersenyum lalu melangkah bersama Rima pergi menuju parkiran, selama berjalan menuju parkiran itu juga Rima lebih banyak menceritakan berbagai hal sehingga Renanda hampir melupakan masalahnya dengan Angkasa.

"Eh, Re itu pada ngapain?" Tanya Rima membuat Renanda bingung

"Mana?"

"Itu." ucap Rima sambil menunjuk apa yang ia maksud dengan telunjuknya

Renanda menggelengkan kepalanya terhadap apa yang ia lihat, "ngapain si mereka"

"Ada apa?" Tanya Renanda terhadap kelas dua belas yang bergerombol di dekat motornya

"Nunggu si pemilik motor ini nih!"

"Ngapain nungguin?"

"Pengen tau aja siapa yang berani bawa motor ninja tanpa masuk kedalem geng kita, ya ga?"

"Iya bener"

"Iya"

"Lagian gue gak pernah liat di geng gue, ninja nya yang ini mana bagus anjir modifikasinya."

"Oooh gitu, jadi harus masuk geng kalian yang motornya ninja semua?"

"Iya lah"

"Udah ih Re, takut. Kita pergi aja" bisik Rima

Renanda terkekeh lalu menaiki motornya, "kalo orangnya ada kalian mau apain?"

"Ajakin masuk geng, kalo gamau gue paksa, nah kalo di paksa gak mau juga lo bantuin kita buat ngeluarin dia dari sekolah ya Re?"

"Nah bener "

"Iya tuh"

"Oooh" ucap Renanda lalu mengangguk.

Renanda lalu memakai jaket kulitnya, perlahan meresleting sehingga menutup bagian depan. Tangan Renanda meraih helm yang berada di tangan Kaka kelasnya.

"Re, ini punya orang. Mau lo apain?"

"Mau gue pake."

"Yaelah Re, Lo kan banyak duitnya masa mau helm punya orang"

"Punya orang gimana?, Rima cepet naik." Tanya Renanda langsung membuat Rima menaiki motor Renanda.

Renanda lalu memakai helmnya dan mengeluarkan kunci didalam sakunya, menyalakan mesin dan mulai mengendarainya menjauh dari parkiran meninggalkan seluruh Kaka kelas yang ada di sana menatapnya bingung.

"Jadi yang punya si Rere?"

"Anjir"

Mereka tertawa sebentar lalu melangkah menaiki motornya dan pergi meninggalkan area sekolah.

Disisi lain Renanda harus menahan dirinya agar tidak mengendarai seperti biasanya, karena tau ia sedang membawa Rima.

"Motor kamu tinggi banget"

Renanda hanya mengangguk, pasti ia juga merasakan tidak nyaman jika dibonceng dengan menggunakan rok, apalagi dengan motor ninja yang tempat duduk boncengannya tinggi.

Entah apa yang dipikirkan oleh Renanda sehingga ia memilih motor yang kebanyakan digunakan untuk lelaki, Rima hanya menggelengkan kepalanya tidak menyangka ternyata orang sefeminin Renanda bisa mengendarai motor gagah ini.

D R E A M [Completed]Where stories live. Discover now