33- Cape.

3K 161 1
                                    

Renanda membenarkan posisi duduknya ketika film yang ia pilih sudah dimulai, soundtrack nya masih teringat jelas olehnya. Ini adalah film paling baper menurut Renanda, semuanya ada dua belas episode dan masing masing episode memiliki durasi satu jam. Renanda menoleh kepada jam yang melingkar di tangannya, sudah jam tiga dan Renanda tidak peduli jika nanti semua orang tiba tiba berada di hotel, karena apa? Yang memasuki kamar ini jelas hanya Rima, dan ia berjanji tidak akan tidur sebelum film yang ia pilih itu sudah ia selesaikan! Hanya tiga kaset saja, yang kira episode nya paling banyak itu dua puluh dan durasinya sama yaitu satu jam.

Baru saja lima belas menit berlalu, kini ketiga suruhan ayahnya mengetuk pintu kamar hotel Renanda. Ia mempersilahkan masuk, benar dugaan ternyata mereka membeli ice cream yang ukurannya tidak sebesar ember emang emang yang sering keliling komplek itu! Renanda tersenyum seraya berkata tidak apa apa.

"Pak, masukin ke kulkas aja ya! Susunya dingin gak?" Tanya Renanda sambil mempause filmnya

"Dingin non, saya tau non suka susu dingin."

"Yes! Yaudah aku ambil dua, masukin juga susunya ke dalam kulkas." Ucap Renanda

Ia mengangguk patuh lalu setelah itu ketiganya berpamitan untuk pergi, "eh mau kemana?!" Tanya Renanda

"Ada yang kurang?"

"Gak ada, kalian duduk di sini. Temenin Rere ya, sambil makan juga kan?" Tanya Renanda membuat ketiganya mengangguk

"Asalkan jangan keluar bunyi sedikitpun, kan Rere gasuka kalo nonton film ada yang berisik" lanjut Renanda

"Iya siap non"

Setelah itu Renanda meraih ice cream nya, membuka tutupnya dan mulai memakannya dengan sendok. Ini ice cream hanya berukuran tempat pop corn kecil dan itu menyebalkan menurut Renanda, ia lalu kembali memplay film yang sebelumnya terjeda. Nonton drakor ditambah ice cream dan susu rasa pisang itu rasanya benar benar menyenangkan!.

Dua jam berlalu, kini mata Renanda mulai memerah karena ia sedari tadi menangis. Dengan mulut penuh dengan ice cream, Renanda menontonnya tanpa henti. Sesekali susu kotaknya ia minum dan berkata, "sedih banget sih!" Ucap Renanda

Ketukan pintu terdengar, Renanda tatap diam pada posisinya engga untuk turun dan membukakan. "Masuk!" Teriak Renanda

Ketika pintunya terbuka dan memperlihatkan empat orang disana, Renanda terdiam tentu masih dengan sendok di mulutnya. Lalu Rima terlihat berdehem membuat keempatnya dan juga Renanda menoleh ke arah lain, "huaaaaaaa! Maluuuu" ucap Renanda lalu beranjak dari kasurnya dan pergi masuk kedalam kamar mandi.

Keempat orang itu adalah, Rima, Rama, Angkasa dan juga Sean. Kini Angkasa memejamkan matanya merasakan ketidak sukaan terhadap apa yang ia lihat barusan (il-feel), sedangkan Sean hanya terkekeh sambil menggelengkan kepalanya saat ia menatap kasur yang kini berantakan dengan empat susu kotak berwarna kuning dan dua wadah ice cream yang satunya masih tersisa.

"Yang tadi, Renanda?" Ucap Rama pertama kali

Rima mengangguk, "kayanya aku harus susulin Rere, kalian duduk aja dulu atau gimana deh terserah." Ucap Rima lalu melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar.

Sean mengangguk lalu ikut masuk mengikuti Rima, kepalanya menoleh kepada televisi yang masih menayangkan film yang tidak lain adalah film yang di hindarinya. Sean kembali terkekeh, ia lalu mengulurkan tangannya ingin membereskan bekas makanan yang ada di atas kasur. Melihat pergerakan Sean, kini suruhan ayah Renanda langsung mencegahnya dan berkata bahwa yang membereskannya adalah mereka. Setelah itu Sean mengangguk dan duduk tepat di sebelah jendela besar, tentunya menunggu Renanda.

Sean menoleh ke arah kanannya, melihat hanya ada Rama disana, lalu Angkasa?. "Cowo yang tadi mana?" Tanya Sean pelan karena tau ketiga orang berbadan besar sedang memperhatikan dirinya dan juga Rama.

"Lo ngomong sama gue?" Tanya Rama sengit

"Menurut lo?"

"Dia ke kamar, ngapain juga dia disini? Apalagi ada elo,"

"Ya paling enggak kan ada Renanda,"

"Terus? Angkasa itu bukan siapa siapanya si Rere, jadi ngapain dia kesini? Lagian ngapain nanyain Angkasa?"

"Gue cuma mau tanya orang yang egois dan sukanya main fisik doang ko,"

"Maksud lo apa?!" Tanya Rama lalu mendekat ke arah Sean

Renanda dan Rima yang baru saja kembali kini terdiam di tempat melihat kedua lelaki yang sedang terlihat kesal, "ya gitu,"

"Angkasa temen gue,"

"Terus?"

"Lo gak sepantasnya ngejelek jelekin dia depan gue, karena gue gak akan segan segan buat kasih pelajaran sama lo."

"Lo berdua sama aja, sama sama nyelesain sesuatu dengan emosi."

Rama semakin mendekat dan ingin memberitahu Sean apa itu emosi yang sebenarnya, "Rama!" Panggil Rima dari arah kirinya membuat ia menghentikan langkahnya lalu menghela nafas kasar.

"Apa apaan sih," ucap Rima kesal

Keduanya sama sama terdiam, "Sean, ada apa?" Tanya Renanda

"Re, gue mau ngomong sesuatu sama lo."

"Iya, tapi jawab dulu tadi lo sama Rama kenapa?"

"Gak usah dibahas, ada yang lebih penting yang mau gue bilangin sama lo."

Renanda hanya mengangguk, setelah itu ia mengajak Sean untuk pergi ke balkon. Sesampainya mereka disana, Renanda menutup jendela dan juga tirai agar seseorang di dalam tidak bisa melihatnya berbicara apapun dengan Sean disini. Sean terlihat berdiri dan tidak berniat untuk duduk meskipun Renanda menyuruhnya beberapa menit yang lalu, "langsung ke intinya," ucap Sean

"Iya, kenapa?"

"Kenapa tadi langsung pergi?"

"Gue gak mau ganggu lo" ucap Renanda lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain, tepatnya kepada pot bunga anggrek di sebelah kanan Sean.

"Ganggu? Bukannya lo janji mau ngasih gue minum?"

Renanda terlihat kesal, "kan tadi lo lagi sama cewe, pas gue mau nyamperin gue balik lagi karena gak mau ganggu. Masa iya gue tega nyakitin perasaan cewe itu kalo gue tetep kekeuh mau ngasih minuman ke elo? Ya walaupun lo yang minta."

Sean terkekeh, "bukannya udah gue bilang kalau banyak cewe cewe yang ya lo tau lah."

"Ya aneh aja, diantara cewe cewe yang tergila gila sama lo. Cuma dia aja yang gak lo tolak dan di biarin sama lo buat interaksi, bahkan pegang pegang tangan lo." Ucap Renanda lalu menunduk karena merutuki perkataannya barusan.

Sean kembali terkekeh, "Yang tadi itu emang inceran gue, tapi gue gak pernah serius. Gue cuma lagi pengen istirahat, ngerasa cape aja karena–"

"Karena apa?" Tanya Renanda tidak mengerti, kenapa Sean memberhentikan perkataannya barusan?

"Karena nunggu lo."

D R E A M [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang