64 - Yuda.

2.1K 109 21
                                    


Setelah beberapahari untuk sekolah diisi oleh acara perlombaan, akhirnya SMAN ANANTA WIJAYA kembali memulai belajar mengajar semperti biasa. Sekolah Ananta ternyata membwa banyak piala dari hasil perlombaan yang mereka lakukan, hanya saja beberapa perlombaan memang dimenangkan oleh Bramata. Perlombaan yang dimaksud adalah futsal, basket, dan juga Sexy dancer. Memang dari awal sudah terlihat dari pihak Bramata bahwa anggota mereka mempunyai bakat lebih dari apa yang disebutkan tadi, sehingga tiga piala berada dilemari Bramata.

“Nanti jangan dulu pulang ya.” Ucap Renanda ketika ia membereskan buku setelah jam pelajaran Matematika berakhir.

“Ada apa emangnya?”

“Kita ambil foto dulu, biar bisa dipajang sama kaya piala piala yang lain.”

“Oh iya aku lupa, dari dulu juga gitu kan? Senior kita juga ngelakuin hal yang sama.”

Renanda mengangguk, lalu setelah itu tidak lama seseorang menghampiri bangku keduanya. Disana ada Rama, namun mata Renanda menangkap sosok Angkasa tengah menyandarkan dirinya pada tembok menunggu Rama sepertinya (?)

“Mau ke kantin bareng gak?” Tanya Rama

“Re? Gimana?” Tanya Rima

“Loh kok? Aku sih gimana kamu aja.”

“Yaudah kalo gitu, yok?” Ucap Rama

Benar saja ketika Rama bergerak meninggalkan bangku keduanya, Angkasa juga ikut bergerak menghampiri Rama. Entah mungkin karena pengertian yang diberikan Rama kepada Angkasa dan juga Renanda atau karena sesuatu terjadi diantara Rima dan dirinya, sehingga kali ini Rama memilih untuk berjalan bersama dengan Angkasa.

Sesampainya dikantin, tidak hanya ada Angkasa dan juga Rama namun ternyata ada beberapa anak futsal yang lainya. Untung saja kedua lelaki, mungkin hanya Rama saja yang inisiatif untuk  langsung memesankan makanan karena takut penuh dan pastinya membuat malas mereka ketika berdesakan.

“Thanks.” Ucap Renanda yang entah untuk siapa.

“Sama sama Re.” Suara yang menjawabnya ternyata adalah Angkasa.

Lalu Renanda bergerak ingin mengambil botol saus namun tangan Yuda lebih dahulu berada disana, sehingga yang dipegang Renanda adalah tangan Yuda. Melihat itu semua orang yang berada satu meja dengannya menghentikan aktivitas dan memilih untuk memperhatikan gerak gerik Yuda yang berlebihan, lelaki itu tengah menatap Renanda dengan tangannya yang berubah posisi menjadi menggenggam tangannya.

“Ini saatnya Yud.” Desis Yuda yang hampir terdengar.

Sekitar setengah menit berlalu, barulah tangan Renanda terlepas dari genggaman Yuda. Gadis itu masih tidak mengerti mengapa Yuda menatapnya dalam bahkan terlalu dalam hingga membuat Renanda bingung sekaligus takut.

“Sorry.” Ucap Yuda pada akahirnya.

Renanda mengangguk lalu setelah itu mengambil saus dan menuangkannya didalam mangkuk, namun lagi lagi Renanda merasa terimtimidasi oleh attapan yang diberikan Yuda sekarang.

“Re itu sausnya kebanyakan.” Pekik Rima disebelahnya.

Renanda menoleh kearah mangkoknya dan benar saja, “Yammpun iya.”

“Lo ngelamunin apaan sih?” Tanya Rama

Renanda menggeleng, belum sedetik ia berniat untuk beranjak dan membayar saus yang habis olehnya suara yang hadir membuatnya megurungkan niat. Matanya langsung bertemu dengan seorang perempuan yang tersenyum manis kepadanya, manis namun juga sadis. Seseorang tersebut adalah Haifa, ia tengah menghampiri pacarnya Angkasa. Perbincangan mereka cukup klasik, tanya menanya tentang pembelajaran tadi pagi dan juga apakah salah satu diantara mereka sudah makan atau belum. Renanda mengidikkan bahu lalu beranjak dari meja, namun baru saja selangkah ia kembali duduk pada tempatnya. Mengapa? Ia hanya takut dianggap masih berharap pada Angkasa sehingga ketika melihatnya bersama Haifa membuatnya terbakar, tidak Renanda hanya harus menjaga image dirinya sekarang.

“Loh kok duduk lagi? Tadi mau kemana emangnya?” Tanya Rima

“Tadi mau ke kios, ganti rugi saus.”

“Hallo Rere.” Suara Haifa seperti undangan untuk membuatnya menyerang sekarang juga.

Renanda menarik nafas lalu mengalihkan matanya kearah Haifa, “Hallo Fa.”

“Kamu gak usah ganti kali Re.”

“Maksudnya?”

“Bukannya kamu pernah bilang kalo jabatan kamu disini sebagai anak pemilik sekolah…”

“Kamu jadi bisa seenaknya kan? Itu yang kamu bilang ke aku, kalo kamu bebas yaudah gak usah ganti kali.” Lanjut Haifa.

Renanda mengerutkan keningnya bingung, sejak kapan ia mengatakan itu?

“Sorry Fa, lo kalo ngomong dijaga dong!”

“Loh, aku kan bilang yang sebenernya.”

“Gue gak pernah bilang gitu ya?!”

Haifa tersenyum, namun menurutnya itu hanyalah senyum ejekkan untuknya. “Aku percaya ko sama kamu.”

Renanda mengatur nafasnya yang sudah tidak beraturan, tangannya mengambil gelas berisi teh yang tadi dibawa bersamaan dengan semangkuk bakso ditangan Angkasa. Kemudian dengan gerakan cepat ia mengguyur Haifa, ia kesal dengan kelakuannya yang membuatnya tersudut oleh hal hal yang tidak dilakukannya sama sekali.

“Lo udah keterlaluan Re.” Ucap Angkasa

“Pacar lo kali yang udah keterlaluan.”

Tidak lama beberapa lelaki datang menghampiri, tatapannya menuju pada Angkasa. Renanda menarik kesimpulan bahwa lelaki lelaki itu berada pada pihaknya, tiba ia mengingat Sean dan mungkin ini yang dimaksud oleh lelaki itu untuk tetap melindunginya.

“Lo tuh gak pantes dapet kekuasaan apalagi kepemimpinan Re! Lo masih pelajar aja gini apalagi nanti kalo lo bener bener jadi pemimpinan, oh atau sekarang? Lo pemimpin atau ketua paskib kita paskibnya Ananta. Sejauh ini gue belum nanya-“

“Lo udah terlalu jauh Angkasa!” gertak Yuda

“Apa? Karena gue nantinya bakal dikeluarin dari sekolah?”

“Pergi Sa bawa pacar lo, dia butuh lo daripada lo harus kaya gini.”

Renanda menganggap itu ancaman bagi Angkasa namun lagi lagi mata Angkasa menghujamnya, “Sejauh ini gue belum nanya ke anggota paskib apakah lo semena mena? Tukang nyuruh nyuruh? Ngeluarin mereka seenaknya? Atau minta pijat karena lelah setelah latihan?”

Menurut Renanda, dirinya tidak separah itu. Bahkan kepada orang yang tidak ia kenal sekalipun, namun kenapa orang ini berani beraninya menyimpulkan keadaan yang sama sekali belum ia mengerti.

“Sa! Gue bilang lo pergi sebelum gue berdiri.”

Ancaman kedua dari Yuda tidak membuatnya gentar, suasana kantin semakin menjadi jadi kala beberapa orang merekam kejadian ini dan akan tersebar luas malam hari nanti.

“Apa yang dibilang Haifa itu bener Re, dia selalu ngelakuin hal yang baik termasuk jujur dan gue percaya sama dia. Menurut lo gue bakal diem aja ngeliat pacar gue disakitin sama lo?”

PLAK! Bahkan tangan Renanda ikut merasakan panas akibat menampar Angkasa, dirinya bergetar karena kali ini ia benar benar menyakiti Angkasa. Kemudian Renanda menatap Haifa dan mengeluarkan beberapa lembar uang, “Ini untuk baju lo yang basah dan harga diri lo yang jatoh, gue gak mau liat kalian berdua lagi senin depan kalau perlu besok kalian gak usah ada disini!” ucap Renanda kepada Haifa

“Lo yang membuktikannya sendiri Renanda, menurut lo ini bukan contoh dari apa yang gue maksud?”

Lalu kali ini pukulan melayang pada Angkasa, bukan lelaki yang memang Sean berikan kepercayaan namun dari Yuda yang sebelumnya memberikan ancaman.

“Gue udah kasih peringatan Sa!” Ucap Yuda

“Kenapa? Karena lo suka sama dia?”

“Bukan! Karena yang salah itu pacar lo!”

“Lo gak becanda kan? Sejak kapan Haifa menjadi monster layaknya Renanda?”

BUGH! “Pergi Sa! Gue gak kenal Angkasa yang kaya gini.” Ucap Yuda

D R E A M [Completed]Where stories live. Discover now