66. Samyang Yuda

2K 111 14
                                    

Seminggu berlalu setelah misi yang dijalankan oleh Renanda dan juga Rima, ternyata berhasil dan mendapatkan hasil yang sesuai dengan apa yang mereka bayangkan. Banyak dari mereka yang bahkan menjadi teman dekat sekaligus seseorang yang menjaga hubungannn mereka agar lebi bik lagi dari sebelumnya. Namun tetap saja banyak dari mereka yang masih menutup diri, Renanda sendiri tidak memaksakan keadaan dimana seseorang tersebut harus menjadi teman sepenuhnya. Renanda sendiri cukup merasakan tentang apa yang telah terjadi padanya selama seminggu ini, dimulai dari ketika dirinya yang biasanya hanya berduaan bersama Rima ketika pergi ke kantin kini beberapa temanny bahkan satu meja bersamanya, tidak sedikit dari mereka yang mau bergabung bahkan menceritakan bagaimana dirinya dan juga kehidupannya.

Bahkan malam hari ini terasa lebih menyenangkan ketika Renanda akan menepati janjinya kepada Bi inah dan juga Pak Agus soal Samyang challenge kala ia pergi lomba, kini keduanya sedang sibuk didapur menyiapkan beberapa porsi Samyang. Alasannya adalah Renanda mengajak teman teman Ananta yang pada malam itu bisa diajaknya untuk melakukan Samyang challenge ini. Ruangan tamu tidak terasa penuh walau mungkin jika dikumpulkan teman temannya ini bisa dihitung satu kelas banyaknya, namun Renanda senang dengan mereka yang rela meluangkan waktu untuknya. Tidak hanya perempuan saja, itu bisa dimengerti karena Rima membawa Rama yang awalnya tidak mau ikut dengan alasan hanya ada perempuan saja disana. Akhirnya Rama mengabari anak anak ekskul futsal dengan izin Renanda tentunya, akhirnya beberapa dari mereka datang kecuali Angkasa pastinya.

Soal Angkasa, lelaki itu tidak benar benar keluar dari sekolah karena membuat Renanda marah. Tidak, bukan karena Renanda masih menyimpan perasaaan bukan juga karena dirinya merasakan kasihan. Apa yang dilakukan Renanda terhadap Angkasa dan Haifa adalah semata mata karena dirinya ingin merubah tentang apa yang dikatakan oleh kedua orang itu, tentang dirinya yang menyalah gunakan kekuasaan demi sebuah keegoisan. Renanda juga tidak membuat alasan yang sama untuk berteman dan juga menjalin hubungan baik dengan teman temannya, itu memang keinginannya sendiri bahwa ini saatnya ia membuka diri untuk bersosialisasi.

Temannya datang menghampirinya dan memberitahu bahwa Mie pedas itu akan segera selesai, mengertahui itu Renanda langsung beranjak dan mengambil kaset ynag berada di sisi kirinya. Tantangan yang dibuatnya kali ini mungkin akan mudah, hanya jangan membuka mulut ketika memakan Mie pedas yang sudah dicampuri bubuk cabai level 20. Rencananya Renanda akan menayangkan beberapa cuplikan komedi di dalam kasetnya agar tantangan ini lebih menarik lagi, karena membuka mulut saja tidak boleh apalagi tertawa.

“Ayo mulai, sudah kebagian semua kan?” Tanya Bi Inah

“Udah!” Jawab teman teman Renanda

“Punya Rere?” Tanya Renanda kepada Bi Inah

“Di sini Re.”

Renanda menoleh, ternyata Samyang miliknya ada di Rima. Kemudian Renanda menghampiri temannya itu dan duduk bersamanya, setelah itu mereka memulai tantangannya. Menit menit pertama sepertonya tidak ada yang berbeda, semua tampak tenang, Renanda menyapu pandangannya kepada teman temannya. Semua memakan Samyangnya dan beberapa ada yang sibuk meneguk minuman saking pedasnya, oh untuk ini Renanda bolehkan namun dengan kapasitas minum satu gelas saja. Beberapa temannya keluar dari barisan dan duduk ditempat berbeda dengan orang orang yang masih melakukan tantangan, Renanda tersenyum karena ini mungkin lebih menarik jika dirinya menjadi satu satunya orang yang bertahan. Rima yang sepertinya sudah tidak kuat, mengangkat tangan dan keluar barisan bersama beberapa orang yang juga sudah tidak kuat menahan pedas dimulutnya.

Renanda merasakan mulutnya terbakar, ia tidak bisa membuka mulutnya. Sial, cuplikan ini adalah cuplikan yang tidak bisa membuat Renanda menahan tawanya, ia lalu tertawa bahkan hanya dalam beberapa detik setelah cuplikan. Percayalah, kini yang tersisa hanyalah Yuda. Lelaki itu memang sama sekali tidak bersuara, Renanda tau karena posisi duduk lelaki itu berada tepat disebelahnya. Lelaki itu menatap datar cuplikan yang selama ini membuat seluruh teman temannya tertawa dan hingga akhirnya gagal, Renanda tidak mengerti mengapa Yuda dengan santainya menepuk lantai menggunakan kakinya disaat Samyang yang ia makan tinggal tersisa beberapa suap lagi.

“Gila ya si Yuda.”

“Anjir itu liat gelasnya masih penuh coba.”

“Wah harusnya kasi aja cabe sekeresek.”

“Gue baru tau anjir ada cowo yang suka pedes sampe segininya!”

“Yuda cabe mahal Yud.”

“Hih bukannya murahan ya.”

“Cabe beneran ini, buat disambel mahal.”

“Dih gimana nanti kalo jadi istrinya Yuda, dia minta sambel buat makan harus mesen dulu kali ya sekarung cabe. Mahal lagi, gila kalo jadi istrinya gue mendingan pake buat perawatan.” Ucap Renanda tiba tiba

“Cieeeee!”

Renanda kaget sendiri, bukannya ia hanya mengatakan sesuatu yang belum pasti, ia juga tidak berharap Yuda menjadi suaminya. Renanda lalu mengetuk kepalanya sendiri, dia masih SMA dan pikirannya sudah sampai sana? Sadarlah Renanda. Mendengar sorakan tersebut Yuda menoleh kepada Renanda dan melempar senyum kepada Renanda, lagi lagi itu membuat ricuh keadaan.

“Gila seorang Yuda senyum!”

“Apa Yang gue liat gak salah kan?”

“Yuda, gue melting nih.”

“Renanda kalo gue jadi lo, ah tidaaaak!”

“Omo! Jinjja? Congmal? Daebakkkk!”

Renanda menggeleng mendengar teriakan teriakan teman temannya, Yuda ini memang tipikal orang yang dingin dan jarang sekali berbicara. Yuda juga termasuk Most Wanted di Ananta, jadi wajar saja teman temannya ini sehisteris itu ketika melihat Yuda tersenyum.

“Gini gini Yuda suka cabe gais, kalian gak tau ya?”

Ucapan Rama tadi membuat teman temannya kembali bersorak, Yuda sendiri hanya menampilkan wajah datar dan tatapan tajamnya kepada Rama.

“Maksud gue tuh cabe beneran bukan cabe cabean.” Lanjut Rama

“Oh gitu…”

“Yeu gue kira cabe cabean goceng!”

“Bagus deh Yud.”

“Oke, jadi pemenangnya Yuda!” Ucap Renanda

“Yeaaay!”

“Jagoanku.”

“Hadiahnya apa?” tanya Yuda

Krik! Oh tidak, Yuda sudah bersuara.

“Hadiah? Gak ada, lagian gue cuma…”

“Tanggal Sembilan siap siap.”

“Loh kok?”

“Sebagai hadiahnya.”

Renanda perlahan mengerti, maksud dari apa yang dikatakan oleh Yuda. Elaki itu memintanya untuk siap siap pada tanggal 9 sebagai ganti dari hadiah yang tidak Renanda siapkan, “Tapi mau ngapain? Kemana? Jam berapa? Terus kok gue sih.”

“Jam tujuh, gue jemput.”

“Iya tapi kemana?”

“Acara keluarga.”

Renanda menghela nafas, “Oke.”

“Cieee mau dikenalin ke camer!”

“Aduh kalian tuh, gue sama Yuda gak ada apa apa ko.” Ucap Renanda malu

“Pipinya merah tjie!”

“Aduh beruntungnya Re.”

“Cie.”

“Gak ada Angkasa, Yuda juga jadi ya gak?” Ucap Rima sambil menyenggol tangan Renanda senang.

“Ish! Apaan sih Rim, malu tau.”

“Non, nanti Bibi siap bantu kok.” Ucap Bi inah dari arah dapur, oh sepertinya Bi inah sudah membereskan bekas makan teman temannya.

“Iya Bi bantuin biar cantik maksimal.” Ucap Rima

“Oke, soal itu beres non.”

Yuda hanya terkekeh sendiri mendengar banyak penuturan dari teman teman Renanda dan juga perempuan itu sendiri.

D R E A M [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang