59- Bersama Tata

2.2K 107 1
                                    

Renanda lalu menyebrang bersama Tata, ia menghampiri Akang yang sedang duduk didalam mobil. Ia kemudian mengetuk ngetuk kaca mobil untuk memberi tahu kepada Akang bahwa dirinya sudah selesai dengan urusannya, setelah itu kemudian Akang mempersilahkan Renanda untuk naik kedalam mobil.tidak lama, mobil sudah meninggalkan parkiran café. Akang jelas menanyakan siapa seseorang yang dibawa oleh Renanda, lalu selama perjalanan ia menjelaskan semuanya sampai akhirnya Tata bisa dibawanya pulang. Sesampainya di rumah, Renanda mengajak Tata masuk. Renanda langsung menyuruhnya mandi setelah itu makan, mengingat sudah dari kemarin Tata belum makan. Renanda merasa sedih saat tau Tata hanya minum dari kemarin, itu juga hasil dari dirinya meminta kepada orang lain.

Kemudian Renanda mengajak Tata menuju taman belakang dimana disana terdapat sebuah kandang kelinci milik Bunda Tasya, dahulu ketika pernikahan Bunda dan juga Ayahnya berlangsung ternyata Tasya tidak meminta sepasang merpati melainkan dua pasang kelinci. Tidak ada pilosofi tidak ada tujuan Tasya untuk memilih kelinci, namun karena kegemarannya terhadap hewan tersebut membuatnya meminta hal itu kepada Ananta. Permintaan tersebut langsung dikabulkan oleh Ananta, demi kesenangan istrinya yang kini sudah tiada.

"kakak, hello? kakak, kak? Hei."

Lamunan Renanda tentang keluarga langsung terbuyar ketika suara Tata memasuki telinganya, ia lalu tersenyum geli menatap Tata yang kini sedang menertawakannya. "aduh yaampun, kok bisa sih kakak ngelamun?"

Tata terlihat lucu ketika dirinya kini sedang tertawa dengan menutup mulutnya menggunakan tangan, begitu menggemaskan untuk anak seusianya. "kakak mukanya lucu pas tadi sadar aku manggil manggil kakak,"

"ah pasti tadi muka kakak jelek banget ya? Aduh malu deh,"

Tata lantas menggeleng sambil tersenyum lagi, "tadi itu lucu kak, bukan jelek."

Kini giliran Renanda yang tersenyum, ia kemudian kembali melangkahkan kakinya menuju tempat dimana kelinci itu bermain. Tata tidak tinggal diam, ia juga mengikuti langkah Renanda. Ia kini melihat Renanda sedang menggendong seekor kelinci berwarna putih, kemudian Renanda menghampirinya dengan kelinci tersebut.

"takut gak sama kelinci?"

"kelinci kan bukan binatang buas kak, kenapa harus takut?"

"pinter, mau gendong gak?"

"kelincinya besar kak, kalau aku gak kuat gendongnya gimana?" tanya Tata sambil tertawa malu.

"kamu duduk aja deh, abis itu lipet kaki kamu nanti kakak simpen disana. Ya?"

Tata mengangguk, ia kemudian duduk dan melipat kakinya. Setelah itu Renanda bergerak menyimpan kelinci yang ada di pangkuannya itu untuk disimpan diatas kaki Tata, setelah itu Renanda lalu ikut duduk untuk menemani Tata.

"berat gak?"

"kalau digendong sih sepertinya berat kak,"

Renanda tersenyum, "bentar ya, wortelnya kakak ambil. Kakak gak tau sih udah dikasih makan atau belum,"

"ih kakak gimana sih," ucap Tata gemas.

Renanda tertawa kecil lalu beranjak dari duduknya, ia kemudian pergi menuju tempat dimana disana terdapat wortel dan juga beberapa sayuran yang dapat dimakan oleh kelinci. Ia kemudian mengambil beberapa wortel dan sayuran lainnya, kemudian ia berbalik dan tiba tiba terlihat disana Kakeknya yang sedang menatapnya juga. Renanda kemudian tersenyum dan menghampiri kakeknya, sebelum itu ia menyimpan terlebih dahulu sayuran yang ada ditangannya kepada Tata. Kehadiran kakeknya belum diketahui oleh Tata, karena ia kini berada pada posisi dimana ia sedang memunggungi posisi Kakek.

"kakek darimana? Rere cari gak ada."

"ada urusan penting, tapi kakek tadi gak lupa bawain sesuatu buat kamu."

"ah kakek inget terus ya sama cucunya,"

Kakek lantas tersenyum, ia kemudian melirik sebentar Tata yang sedang sibuk dengan kelinci milik Tasya disana. "gadis kecil itu siapa Renata?"

Renanda lalu berbalik kebelakang, walaupun ia sendiri sebenarnya tau bahwa Tata yang kakeknya maksud. Kemudian ia kembali tersenyum menatap kakeknya, "tadi sewaktu Rere ke café, Rere sempet ke taman itu loh kek yang ada di Buah Batu?"

Kakek lantas mengangguk, "nah, Rere main ayunan disana. Terus pas Rere udah pergi tiba tiba, dia ada disana. Namanya Tata, dia ditelantarin sama ibunya. Enghh, Rere kasian kek. Lagipula dia gak punya siapa siapa disini, rumah dia yang sebenernya itu di Bogor kek. Jadi, Rere itu kek anu duh gimana ya,"

Melihat Renanda yang kebingungan seperti itu, Kakeknya lantas tersenyum. "boleh Renata, kamu memang sama dengan ibumu. Mempunyai rasa empati terhadap hal hal seperti ini, dia boleh tinggal disini."

"makasih kakek!" Renanda bergerak memeluk kakeknya, ia merasa senang sekaligus beruntung memiliki kakek yang pengertian ini. Kakeknya tersenyum sambil mengelus kepala cucu kesayangannya ini. Mendengar suara pekikan kesenangan dari arah belakang, Tata menoleh dan kaget ternyata ada seseorang disana selain Renanda.

Pelukan itu Renanda lepaskan, "Tata," panggil Renanda seraya membalikan badannya.

Tata tersenyum lalu berdiri menghampiri Renanda, "iya kak?"

"kenalin, ini kakeknya kakak. Katanya kamu boleh loh tinggal disini," setelah Renanda mengatakan itu, Tata langsung menghampiri kakek dan meraih tangannya. Ia lalu memberikan salam dan tersenyum setelahnya.

"hallo kakek, namaku Tata. Nama kakek siapa?"

"Nama kakek Jaya,"

"Bagus namanya,"

Kakek lantas tersenyum, ia kemudian mengelus rambut Tata. "Yasudah sana main kelinci lagi,"

Tatat kemudian mengangguk dan berbalik menuju tempat tadi ia duduki, namun bukannya duduk, Tata kini tengah berlarian mengejar kelinci yang ternyata berlari menjauhi dirinya. Melihat hal itu, Renanda dan juga kakeknya lantas tertawa. Tidak lama, Renanda disuruh oleh kakek untuk kembali bermain menemani Tata. Saat Renanda berjalan menuju Tata, barulah kakek pergi dari halaman belakang. Kembali ia melihat Renanda sambil berkata bahwa ternyata menurutnya cucunya ini memang mempunyai sifat dan juga segala sesuatunya sama dengan Tasya, ibunya. Hanya saja keras kepalanya ini satu satunya hal yang didapat dalam sifat Ayahnya, karena memang Ayahnya itu keras kepala bahkan tidak dapat dibantah oleh siapapun.

Ia kemudian melanjutkan langkahnya masuk kerumah, bersamaan dengan itu datanglah seorang pembantu kepadanya. Ternyata ada kabar buruk mengenai kabar atas seseorang bernama Sean, kepada Renanda. Hal itu bahkan dengan jelas membuatnya mengeratkan pegangan kepada tongkatnya, tidak lupa kakek berterimakasih atas info yang dibawakan oleh pembantunya. Tangannya mengambil telepon genggam dan mulai menelpon seseorang disana, "Siswa bernama Sean, tolong temui saya pada jam delapan malam. Tolong kabarkan kepadanya, lebih baik jangan telat jika sesuatu tidak ingin terjadi kepadanya.". suara yanghampir menggema disudut ruangan itu membuat tegang tubuh Renanda, pegangan pada tangan Tata pun semakin kuat. Kehadirannya tidak boleh diketahui oleh kakeknya, maka dari itu ia mengajak kembali Tata untuk ke taman belakang. Jantung Renanda berdegup cukup kencang sekarang, pikirannya menolak apa yang akan terjadi selanajutnya kepada Sean.

Renanda kini tidak tau apa yang harus dilakukannya, ingin sekali dirinya mengirimkan pesan kepada Sean bahwa ia mendapatkan kabar buruktentang dirinya. Namun apa dayanya jika ia kini harus mengingat hak dan posisinya dihidup Sean, yang hanya bisa ia lakukan kini hanyalah berharap bahwa Sean akan baik baik ditengah kemarahan Kakek.

D R E A M [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang