18- satu bis dengan Angkasa!?

3.2K 182 2
                                    

Renanda memajukan bibir bawahnya begitu ia tidak bisa menjawab apa yang dikatakan Rima sebelumnya, karena memang benar apa yang dikatakan oleh Rima. Tidak semua orang seperti dirinya, dan setuju akan apa yang ia katakan karena sebaik baiknya seseorang, ia adalah orang yang selalu baik di pandangan siapapun.

"Yaudah deh kalo gitu ayo berangkat" ucap Renanda sambil melihat jendela tepat di belakang Rima.

Tidak panas, hanya sedikit mendung.


"Udah siap?" Tanya Rima

"Ayo" ucap Renanda lalu keluar kamar.

"Itu tas nya gimana?" Tanya Rima sambil menunjuk kamar Renanda.

"Nanti pak Agus yang urus."

Rima mengangguk mengerti, ia lalu turun tangga bersama dengan Rima. Pada saat itu bukan pintu utama yang dituju oleh Renanda, tapi sebuah pintu kecil di sudut ruangan yang Rima kira itu hanya sebuah ruangan kecil namun siapa sangka bahwa itu adalah ruangan besar khusus sepatu Renanda.


"Pilihin dong."


Rima mengangguk pasrah lalu mengedarkan pandangannya ke susunan sepatu dan juga flatshoes, dirinya tersenyum begitu menemukan apa yang ia pilih. Renanda mengangguk dan langsung memakainya, setelah itu mereka keluar ruangan itu dan pergi ke pintu utama.

"Pak Agus, semuanya sudah siap?"

"Mobil sudah saya panaskan neng, tinggal barang bawaannya."

"Ada di kamar pak."

Pak Agus mengangguk, "saya bawakan dulu, tunggu sebentar ya neng."

"Pak, laptop Rere bawa juga ya."

"Iyaa neng, ada lagi?"

"Handphone pak, hehe."

"Iya neng, saya bawain."

Renanda mengangguk lalu tidak lama bi Inah datang menghampiri Renanda dengan raut wajah yang sulit di tebak.

"Bibi kenapa?"

"Sedih non"

"Sedih kenapa?" Tanya Renanda tidak mengerti, ia mencari jawaban dengan menoleh kepada Rima namun ternyata Rima menggelengkan kepalanya tidak tau

"Sedih ditinggal non Rere"

"Bibi sedih?"

"Iya non, nanti bibi kesepian disini"

Bertepatan dengan itu pak Agus melewati mereka dengan tas ditangan dan juga punggungnya.

"Pa" panggil Renanda

Pak Agus menoleh, "iya neng?"

"Pak, ini bibi bilang katanya sedih ditinggal lomba sama Rere. Katanya kesepian, bapak temenin bi Inah dong pak. Waktu itu kita ngga jadi kan samyang challenge?" Tanya Renanda kepada pak Agus dan dijawab oleh anggukan


"Nanti deh kita berempat makan samyang, deal?" Tanya Renanda

Ketiga nya mengangguk antusias, lalu Renanda tersenyum setelah itu Renanda mengajak bi Inah untuk ikut mengantarkan Renanda. Selama di perjalanan tawa dari Renanda terdengar karena bi Inah yang sangatlah lucu bagi Renanda dan juga Rima.

Pak Agus yang sedari tadi fokus mengendarai sepertinya tidak ingin ikut pembicaraannya, Renanda menoleh dan melihat bahwa ternyata ia sudah sampai di sekolahnya. Terlihat disana ada dua bis yang sudah disiapkan di sekolah ini untuk kedua eskul yang akan lomba.

Renanda dan Rima turun diikuti oleh Bi Inah, sedangkan pak Agus hanya terdiam didalam mobil setelah memarkirkannya. Lalu tidak lama aunty menghampiri Renanda dengan wajah senang dan dibalas senyuman oleh Renanda.

"Kamu pasti seneng, aunty udah urus semua. Jadi kamu sebis sama Angkasa." ucap aunty

Renanda mengerutkan keningnya bingung, Rima lalu menoleh dan mengerti apa yang dirasakan oleh Renanda.

"Ko kamu keliatannya gamau? Aunty salah ya?"

Renanda menggeleng lalu tersenyum, "ah enggak ko, Rere mau banget. Makasih ya aunty"

"Syukur kalo gitu. Oh iya aunty tinggal dulu ya, masih banyak urusan"

Renanda mengangguk setelah itu Rima menepuk nepuk pundaknya, "aku temenin ko" ucap Rima

Renanda menoleh senang, " beneran rim?"

Rima mengangguk, "beneran"

"Ah makasih"

Rima mengangguk lalu melihat bi Inah mengacungkan jempolnya dengan wajah yang terlihat senang, "ayo kalo gitu kita ke bis" ucap Rima

Renanda melepaskan pelukannya, "Gak sabaran banget ya yang mau ketemu sama Rama."

"Eh ko gitu?"


"Becanda, ayo kita ke bis" ucap Renanda namun sebelum itu Renanda menghampiri bi Inah terlebih dahulu lalu memeluknya dan mengajaknya untuk pergi lebih dekat dengan bus agar nanti saat berangkat bi Inah bisa melihatnya.

Renanda naik kedalam bus bersama dengan Rima, dirinya memilih bangku di tengah tengah karena menurutnya itu posisi yang pas dan nyaman. Pak Agus di belakang sedang sibuk memposisikan tasnya dan tas Rima agar bisa disimpan. Setelah itu pak Agus pamitan dan Renanda mengangguk, dirinya memilih untuk berada disisi kanan dekat dengan kaca. Ia menoleh kembali dan melihat disana awan terlihat....

Mendung, Renanda mengalihkan pandangannya ke arah kanan begitu tau sebentar lagi akan turun hujan namun ternyata tidak hanya akan turunnya hujan yang membuatnya resah tetapi keberadaan angkasa yang kini juga sedang menatapnya. Keduanya terdiam sebelum Renanda memutuskan untuk menunduk dan pura pura mencari sesuatu.

Angkasa tersenyum licik begitu melihat Renanda yang berada di bus yang tidak seharusnya ia tempati, dasar gadis pemaksa yang berbuat apa saja yang ia mau. Dengan sialnya juga angkasa harus duduk di bangku belakangnya dengan Rama.

Setelah duduk di bangkunya, angkasa melihat gadis itu mulai menyandarkan kepalanya ke kaca jendela dengan rambut yang terurai lalu tangan Renanda menyisir rambutnya dan membiarkannya berada disebelah sisi kiri sehingga angaksa bisa melihat earphone berwana kuning dan beranimasi Minions.

Angkasa tersenyum kecut begitu dirinya terlihat memperhatikan perempuan yang kini sedang ia benci namun ternyata angkasa kembali menoleh ketika Renanda melambaikan tangannya kepada dua orang yang sedang melambaikan tangannya juga kepadanya, dua orang paruh baya yang terlihat menyayangi seorang Renanda.

Kembali Renanda menurunkan tangannya dan menyandarkan kepalanya ke kaca, lalu Angkasa mengalihkan pandangannya kepada ponselnya yang tidak memperlihatkan notifikasi apapun selama seminggu ini. Siapa lagi jika bukan Renanda yang memenuhi kolom pesan didalam ponselnya?

D R E A M [Completed]Where stories live. Discover now