47. BR

2.5K 125 0
                                    

Ternyata setelah sekitar sepuluh menit berada dipelukan Sean itu membuatnya mengantuk dan tidur, Sean yang tau akan hal itu hanya tersenyum lalu terkekeh untuk beberapa kali karena Renanda mengatakan sesuatu dalam tidurnya. Sebenarnya tangan Sean kesemutan sedari tadi namun karena harus menjaga tubuh Renanda pada posisinya membuat Sean mencoba untuk menahannya, apalagi jika karena pergerakan sedikit darinya membuat Renanda bangun.

Setelah satu jam kemudian Sean merasakan pergerakan Renanda, bukannya membuka mata dan kembali pada posisinya, ia malah tertawa kecil. Sean yang saat itu merasakan keram di tangannya tidak berniat untuk ikut tertawa, ia malah diam sambil menunggu apa yang dilakukan Renanda. Lalu setelah itu Renanda kembali pada posisinya dan menyandarkan tubuhnya, kemudian ia menoleh kepada Sean setelah ia mendengar erangan darinya. Renanda lantas mengerutkan dahinya bingung, ia lalu mendekat dan memperhatikan Sean.

"kenapa?" tanya Renanda

"gapapa, cuma pegel aja dikit."

"gara gara aku tidur ya? Yaampun, kenapa gak bangunin aja sih?"

"ya kan orang kamu lagi nyenyak tidurnya, sampe ngigo bilang Angkasa ganteng Angkasa-"

"hah? Emang iya ya? Perasaan ya tadi itu aku mimpinya lagi berantem loh sama Angkasa."

"iya, gitu. Katanya Angkasa aku suka,"

"ih enggak ko beneran, masa iya aku ngomong gitu?"

"hehe iya iya aku cuma becanda,"

"ih nyebelin," ucap Renanda sambil mencubit tangan Sean yang masih terasa keram itu, membuat Sean meringis kembali.

"sakit yang, jahat bangit sih?"

"iya kan aku gak sengaja, kamunya sih nyebelin."

Setelah itu perlahan Sean mulai mencoba menggerakan tangannya, rasa keram yang tadinya menjalar kini mulai menghilang bahkan tak terasa lagi. Setelah itu Sean langusng mencubit pipi Renanda karena sedari tadi gadis itu sibuk memerhatikan dirinya ah lebih tepatnya memerhatikan tangan Sean.

"sakit tau!"

"iya tau sakit,"

"terus kenapa cubit cubit?"

"gak boleh emangnya?"

"boleh, tapikan sakit."

"uuuu mana yang sakit? Sini aku usap usap,"

Renanda tersenyum malu, ia lalu meraup wajah Sean dan tertawa. "aku gapapa kali, hahaha."

"pulang yuk?"

"hah? Kok pulang sih?"

"kamu kan harus istirahat,"

"terus nanti kamu langsung pulang lagi ke bogor?"

"paling nanti besok sore aku pulang,"

"terus nanti malem mau tidur dimana?"

"di BR aja, gimana?"

"yaudah kalo kamu tidurnya disana aku gak akan khawatir,"

"oh jadi khawatir nih?"

Renanda tersenyum malu, pipinya terasa geli bahkan ia tidak bisa menahan tubuhnya yang kini seakan akan ingin pergi dari tempatnya. Bukankah hal wajar bagi seseorangyang baru saj amerasakan cinta pertama itu merasakan malu yang berlebihan?, keduanya sama sama cinta pertama namun entah mengapa yang lebih berlebihan adalah Renanda. Ia akui kalau Renanda merupakan gadis yang kuat, namun lihatlah sekarang. Dibalik sikap sombong, tegas, angkuh dan hal yang banyak orang orang ketahui ia tetaplah gadis yang pemalu dan bahkan menjadi gadis kecil bagi Sean. Merasa gemas, Sean langsung mencubit pipinya sekali lagi setelah itu mengelus tangannya.

D R E A M [Completed]Where stories live. Discover now