52. Dara lagi.

2.3K 112 0
                                    

Baru saja dirinya masuk ke kantin, suara bisik bisik terdengar dari seluruh arah. Renanda tidak peduli, ia memilih untuk terus melangkahkan kakinya menuju kios batagor. Disana terlihat akang itu tersenyum padanya dan menawarkan batagor yang ia jawab dnegan anggukan. Ia kemudian duduk dan melepas kacamata serta maskernya membuat mereka tambah berbisik dan Renanda risih dengan hal itu, siulan dari salah satu gerombolan laki laki membuatnya lebih kesal lagi. Tidak lama batagor kuah pesanannya datang, ia lalu mengambil garpu dan sendok dan mulai memakannya. Suara siulan terus terdengar membuat dirinya tambah kesal saja, seandainya Sean ada disini pasti laki laki itu akan dimarahi atau bahkan diajak ribut olehnya. Notifikasi masuk dari Handphonenya membuat ia terbatuk karena kaget, mau tidak mau Renanda membiarkan terlebih dahulu batagornya dan beralih kepada benda pipih yang kini berada ditangannya.

Sebenarnya kali ini bisa saja Renanda membiarkan pesan masuk dari Sean, namun lagi lagi ia tidak bisa karena laki laki itu selalu mengatakan hal diluar pemikiran orang orang biasa. Contohnya, bagaimana bisa dirinya sekarang bisa tau bahwa dirinya sedang berada disekolah namun tidak tau betul dimana posisinya sekarang karena yang ia tau hanya kedatangan Renanda saja. Ia tidak memberitahu dimana keberadaanya karena masih merasa kesal dengan apa yang dilihatnya dilapangan tadi, jadi ia kini mulai mengabaikan pesan masuk dari Sean dan memakan kembali batagor yang masih mengepul itu. Setelah selesai menghabiskannya ia malah ketagihan untuk memesan lagi, benar kata orang batagormang Sansan memang enak. Sambil menunggu batagor keduanya datang, Renanda memainkan terlebih dahulu Handphonenya terlihat disana beberapa pesan masuk dari Sean yang hampir saja membuatnya tertawa kalau tidak menyadari posisinya kali ini sedang berada dimana.

Sesuatu yang dingin tiba tiba menyentuh pipinya membuat ia menjauh dan menoleh untuk tau apa yang membuat pipinya dingin itu, ternyata Sean. Renanda membuang mukanya lalu sibuk dengan dirinya sendiri membuat Sean mengangkat alisnya sebelah seperti tertarik dengan sikap Renanda, tidak hanya sampai disitu kejailan dari Sean. Kini tangannya menarik narik rambut Renanda membuatnya mau tidak mau angkat bicara karena tarikan itu lumayan sakit, "bisa diem gak sih?!" suara ketus itu jelas berasal dari Renanda.

Suara tawa dari meja disebelahnya membuat Renanda menoleh, itu adalah geng Sean yang sepertinya puas mendengar si tukang ngalus ini kini gagal membuat tersipu pacarnya. Lalu saat itu juga Sean menarik dagu Renanda dan menatap matanya yang kini mengarah kearah bawah, "kamu kenapa? Pms?"

"kalo iya kenapa? Kalo nggak kenapa?"

"kalo iya ya pantesan, kalo gak berarti aku yang salah."

"hmm"

"jadi? Kamu lagi pms atau nggak?"

"gak lagi,"

"salah aku berarti?"

"gak tau tuh, pikir aja sendiri."

"yaudah nih minum dulu,"

"minum aja sendiri,"

"kan aku beli buat kamu,"

"gak mau, kamu aja yang minum."

"loh ko gitu? Aku udah minum ko,"

"iya tau, minuman yang dikasih Dara kan?"

Teman temannya berseru lagi, kini giliran Putra yang memanas manasi. "iya bener tuh dikasih Dara," ucap Putra

"emang ember bocor ya lo," ucap Sean

"parahnya lagi dia bilang makasih ya Dar, sambil senyum gitu. Tapi untungnya dia gak kaget sih," ucap Raditya

"hah? Tanya Tama tidak mengerti

"iya kan Dar," ucap Raditya

"garing kaya kerupuk kerenyes kerenyes," ucap Putra

"wah bakal ada perang dunia bentar lagi,"ucap Raditya

"candaan lo itu gak ada lucunya, beneran deh Dit. Udah kek gak usah banyak ngomong," ucap Sean

"yeh gue gak becanda, coba liat siapa yang bakal nyamperin kita." Ucap Raditya membuat mereka menoleh seketika kearah pandangan Raditya, disana ada Dara dengan senyumnya.

Renanda menoleh kearah Sean yang bahkan tersenyum tipis, kelewatan!. Hati Renanda panas melihatnya namun masih diam ditempatnya karena ingin tau apa yang akan terjadi kali ini, ternyata apa yang dikatakan Raditya benar bahwa gadis itu menghampiri mereka. Ralat! Menghampiri Sean, "Selamat ya tim kamu menang," ucap Dara

"makasih Dara," ucap Sean

"Yaudah kalo gitu aku duluan ya,"

"tiati Ra,"

Tidak ingin diketahui oleh ketiga teman dan juga Sean bahwa dirinya sedang menyasikan kejadian itu, kini Renanda memilih untuk makan batagornya walau sebenarnya selera makannya sudah hilang saat melihat kejadian tadi. Dalam hatinya Renanda banyak berkata bahkan matanya tidak mampu menyembunyikan kekesalannya, karena sepertinya kali ini Sean benar benar salah jika berhadapan dengan seorang Renanda. Menyadari raut wajah Renanda, kini lelaki itu mengusap wajahnya kasar karena merasa bodoh dan gegabah untuk mengatakan sesuatu kepada perempuan lain.

"Re," panggil Sean

"hmm?"

"kamu marah ya?"

"ya iya marah," ucap Raditya

"orang ngalus depan aku," ucap Putra seakan akan dirinya adalah Renanda.

"kamu beneran marah Re?" tanya Sean

Renanda tetap diam dan memilih untuk memakan Batagor kuahnya, Sean tentunya tidak tinggal diam. Ia kemudian bergerak mendekati Renanda, "ngomong Re, kamu punya mulut kan?"

"Sean ngomong lo masa iya gitu sama cewe," ucap Tama

"ya dia gak ngomong," ucap Sean

"wajar lah, orang itu salah lo." Ucap Tama

"jangan marah dong, kita beli ice cream yuk? Sekarang!" ucap Sean

"dia tau aja cara ngeluluhin gue," hati Renanda kali ini yang menjawab karena mulutnya enggan membuka dan bergerak untuk menimbulkan suara atas jawaban dari peetanyaan Sean.

Sean menghela nafas sambil memperhatikan Renanda, dilihatnya gadis itu menggerakan mangkok menjauh darinya. Pasti sebentar lagi gadis itu akan beranjak, satu! Dua! Tiga!, Renanda beranjak dari kursi kantin dan menghampiri mang Sansan untuk membayar miliknya.

"jangan diterima mang, yang bayar saya." Ucap Sean

"oke," ucap mang Sansan

"ambil punya saya aja," ucap Renanda

"jangan mang," ucap Sean

"bingung atuh, mana yang bener ini teh?" tanya mang Sansan

"saya mang, udah jangan diterima." Ucap Sean

"mang Sansan mau saya sekarang jalan keruangan kakek terus besoknya mang Sansan gak dibolehin jualan disini. Gitu?" tanya Renanda membuat beberapa orang disana termasuk Sean menatapnya tidak percaya.

"aduh neng, maaf atuh ya jangan dibilangin mang masih mau jualan disini." Ucap mang Sansan

Renanda menyodorkan uangnya lalu berbisik pelan, "maaf ya mang, Rere gak bermaksud ko bilang gitu. Itu biar Sean gak bayar aja, maaf ya mang." Ucap Renanda dijawab anggukan dari mang Sansan.

Setelah itu ia keluar dari kerumunan siswa yang ingin beli batagor, tanpa menoleh terlebih dahulu kepada Sean kini Renanda berjalan keluar dari kantin. Jelas itu membuat Sean beranjak dan lari menyusuli Renanda, teman temannya yang melihat hanya bisa menggelengkan kepala sambil tertawa karena kelakuannya. Disisi lain Sean terbelak melihat Renanda yang baru saja terkena lemparan bola basket, gadis itu bahkan sampai terhuyung dan jatuh setelahnya. Buru buru ia berlari ingin menghampiri, namun seseorang datang dan membantu Renanda berdiri membuatnya kesal bahkan ingin sekali memukul orang itu.

D R E A M [Completed]Where stories live. Discover now