25-Panas!

3.2K 170 1
                                    

Riuh tepuk tangan tidak hanya berasal dari SMAN Ananta Wijaya namun ternyata SMAN Bramata Jaya juga sama memberikan tepukan tangan yang gemuruh untuk paskibra Ananta, senyum jelas tercetak dari wajah setiap pasukan apalagi ketika pembina menghampiri mereka dan berkata bahwa ia puas dan benar benar puas akan penampilan anak didiknya tadi. Sebuah kebanggan bisa menjadi pasukan paskibra yang digemari oleh satu sekolah bahkan lebih, itu yang Renanda rasakan dan banggakan.

Namun ternyata acara tidak selesai begitu saja, dengan pembukaan dari paskibra Ananta kini giliran paskibra Bramata yang tampil. Renanda dan teman temannya duduk di bangku yang disediakan oleh Osis Bramata khusus untuk pasukan paskibra, alasannya untuk mereka agar bisa melihat lebih jelas lagi penampilan penampilan menakjubkan di paskibra. Terlihat disana mereka sudah masuk kedalam lapangan dan kini mulai meluruskan barisan, nilai tambah yang Renanda rasakan adalah danton dari paskibra Bramata ini mempunyai suara yang lantang dan hebatnya itu adalah suara seorang perempuan.

Terlihat rombongan eskul futsal bersorak sorak gembira karena memang rok yang mereka kenakan pas diatas lutut juga kaos kaki yang dikenakan tidak menutupi betis bagian atas dan juga paha, bukankah itu hal yang disukai setiap lelaki?. Renanda menoleh dan tertawa kecil melihat kelakuan anak anak futsal itu, berbeda dengan Rima yang mengepalkan tangannya dengan mulut yang berkomat kamit mengeluarkan ucapan kesalnya. Renanda lalu melihat arah pandang Rima, dan menemukan Rama yang disana sedang menggoda mereka dengan cara bersiul siul.

"Giliran aku yang tampil ko nggak digituin?" Gumam Rima yang masih terdengar jelas oleh Renanda, membuatnya menoleh dan terkejut ternyata temannya ini mendengarnya.
Renanda lalu terkekeh geli diakhir menyadari bahwa Rima kini sedang merasa cemburu terhadap Rama.

Renanda hanya menggeleng gelengkan kepalanya melihat apa yang dikatakan oleh Rima, kembali ia fokus kepada penampilan paskibra Bramata yang sepertinya sudah melakukan gerakan yang mereka pilih untuk yang terakhir. Renanda tersenyum dan bertepuk tangan ketika mereka keluar dari lapangan, beberapa orang terlihat menghembuskan nafasnya lega karena ternyata penampilannya sudah ia selesaikan.

Renanda dan Rima beranjak dari bangkunya karena memang hanya dua paskibra yang di lombakan, namun hal mengesankan terjadi disini ketika beberapa bakat dari siswa dan siswinya akan ditampilkan di panggung yang sudah di sediakan tentunya setelah satu jam kedepan karena kini mereka akan mempersiapkan semuanya terlebih dahulu.

Renanda yang memang pernah ke sini pastinya tau setiap sudut sekolah ini, buktinya kini Rima diajak olehnya untuk pergi menuju kantin karena kata Renanda batagor disini itu enak banget! Batagornya mang Sana yang lebih sering dipanggil mang Sansan.

"Rim, udah dong jangan badmood gitu." Renanda menegur Rima yang sedari tadi diam.

"Gak badmood gimana sih kalo liat cowonya genit gitu?"

Renanda hanya tersenyum lalu kembali melangkah karena ia tidak tau harus menjawab apa, namun beberapa langkah menuju kantin Renanda menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Rima dengan tatapan mata yang Rima tidak mengerti.

"Kita balik lagi yuk?" Ajak Renanda tiba tiba membuat Rima mengerutkan keningnya bingung.

"Kenapa? Aku laper loh re, mau batagornya mang Sansan itu."

Renanda terlihat menggigit bibir bawahnya karena merasa tidak enak, "Tapi disana ada Rama."

"Lagi godain?"

"Hu'um" gumam Renanda sambil mengangguk

Diluar dugaan, ternyata Rima menarik tangannya untuk masuk ke dalam kantin. Jelas Renanda kaget karena Rima seberani itu untuk melabrak Rama yang kini terlihat bersiul siul kepada perempuan perempuan disana, tepat saat itu Rima melewati meja keduanya seraya berkata "maaf numpang lewat ya, nggak ganggu kan?" Tanya Rima kepada keduanya

"Engga ko." ucap beberapa perempuan yang dibalas dengan anggukan oleh Rima, lalu kini Rima menoleh kepada Rama yang kini juga terlihat kaget dengan kehadirannya

"Oh, kalian kenal?" tanya Rima

Teman teman dari Rama hanya bisa meledek kepadanya dan yang lebih parahnya lagi mereka mengompori seolah olah memang hal yang dipikiran Rima itu benar bahkan lebih parah lagi daripada itu. "Iya, baru aja diajakin kenalan" ucap perempuan itu seraya tersenyum.

"Yaudah kalo gitu kita pergi dulu ya, nice to meet you."

"Tempat batagornya dimana?" Tanya Rima masih dengan posisinya yang menggandeng Renanda.

"Itu di pojok."

Renanda menunjuk sebuah kios bertuliskan batagor mang Sana, tepat saat itu juga Renanda melihat segerombolan orang sedang menempati meja yang dekat dengan kios batagor mang Sana.

Renanda melayangkan pikirannya ingin mengingat ngingat apakah orang yang sedang ia lihat itu memang benar seperti orang yang ada dipikirannya, namun pikiran itu buyar ketika sebuah tangan bergerak gerak didepan wajahnya.

"Ko ngelamun sih?" Tanya Rima

Renanda menggeleng lalu terkekeh, "Eh iya maaf, yaudah yu."

Sesampainya disana Renanda memesan batagor kuah ditambah bakso, Rima yang baru saja tau ia memilih untuk memesan batagor yang sama dengan Renanda. Setelah itu keduanya keluar dari kios dan mencari tempat yang masih kosong di kantin, Renanda menemukannya dan langsung duduk disana berdua dengan Rima.

"Bentar ya Re." ucap Rima membuat Renanda mengangguk, terlihat disana Rima sedang memainkan handphonenya dan beberapa menit kemudian ia menyimpannya lagi diatas meja dengan raut wajah kesalnya.

"Kenapa Rim?"

"Ini loh re, si Rama nelponin terus malesin deh."

"Angkat aja dulu."

"Gak usah."

Lalu tangan Renanda terasa panas setelah ada air panas yang tumpah di tangannya dan juga batagor yang berceceran dan itu benar benar masih mengepul, Renanda meringis menahan rasa sakit di tangannya. Dilihatnya seseorang di sebelah mang Sansan kini juga menatapnya, "maaf gue nggak sengaja." ucapnya

Renanda menghela nafasnya, "Lo mau kemana sih? Buru buru banget emangnya sampe harus ngelukain orang lain?"

"Sekali lagi maaf, itu tangan lo kalo terus didiemin bakalan tambah parah. Mending lo ikut gue ke uks?"

Renanda mengangguk, "yaudah, ayo cepetan. Panas nih."

Ia mengangguk lalu tanpa sadar menarik tangan Renanda, "eh ko?"

Rima yang tidak ingin ditinggal oleh Renanda, ia pergi dan dengan cepat mengikuti keduanya yang kini beberapa meter didepannya, terlihat mereka belok ke kanan dan masuk kedalam ruangan yang Rima lihat bertuliskan UKS, tidak mau berlama lama Rima langsung masuk kedalam ruangan dan menghampiri Renanda.

"Gue bisa sendiri." ucap Renanda sambil memperlihatkan seseorang dihadapannya yang kini tengah mengobatinya

"Ini sebagai tanda permintaan maaf gue ke elo."

"Hm, yaudah."

"Lo Rere kan?"

"Hah?"

"Rere kan?"

"Ko bisa tau?"

"Gue tau elo pasti lupa sama gue."

Ia terkekeh dan mengoleskan salep luka bakar di lengan Renanda membuatnya meringis menahan perih.

"Gue inget ko, lo orang yang waktu itu nolongin nyebrang kan? Terus elo juga yang nganterin gue pulang?"

Ia terkekeh kecil, "iya, kalo lo lupa. Kita kenalan lagi ya, gue Sean––– Rasean Marshall Marcella."

D R E A M [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang