Lima

6.5K 209 2
                                    

"Myra..." teriak Kesha.

Almyra yang sedang duduk di bangku taman, menoleh ke arah Kesha yang sedang memanggil namanya. Almyra pun melambaikan tangannya.

Kesha menghampiri Almyra.

"Myra, ke perpus yuk." ajak Kesha.

Almyra hanya menggeleng.

"Ra, Lo emang udah ngerjain tugasnya Bu Mega?" tanya Kesha.

Almyra menggeleng lagi.

Kesha bingung dengan tingkah laku sahabatnya tersebut. "Terus, kenapa ngga mau ke perpus? Kan tugas Bu Mega semuanya ada di buku-buku perpus. Besok kan harus di kumpulin."

Almyra hanya terdiam.
Ia sedang memikirkan kodisi Ayahnya.

"Lo lagi mikirin apaan sih, Ra?" tanya sahabatnya itu.

Almyra menarik tangan sahabatnya itu agar duduk disebelahnya dan mereka saling berhadapan.

"Gue kangen sama bokap, Kes." ucap Almyra.

"Ya ampun, Almyra." kata Kesha sambil memeluk Almyra. "Yang sabar ya, Sayang. Gue yakin, bokap lo pasti ketemu."

Almyra membalas pelukan sahabatnya itu. Dan mengangguk.

"Gue benar-benar gak tau kondisi bokap gue sekarang gimana, Kes."

Tak ada yang bisa Kesha lakukan, ia hanya bisa memeluk Almyra supaya merasa tenang.

"Kalo bokap gue kenapa-kenapa dijalan gimana, Kes." curhat Almyra.

"Jangan ngomong gitu, Ra. Gue yakin, Tuhan pasti menjaga bokap Lo." ujar Kesha menenangkan pikiran sahabatnya.

Almyra pun menghapus air matanya dan menarik nafas dalam-dalam.

"Bener yang lo bilang, Kes. Tuhan pasti ngejagain bokap gue." kata Almyra sambil tersenyum.

Kesha pun membalas kembali senyuman sahabatnya itu.

"Kalo gitu, yuk!" ajak Almyra.

"Kemana?" tanya Kesha.

"Ke perpus."

Kesha pun mengangguk mengiyakan.

Mungkin, Almyra memang harus terus berpikiran positif dan yakin kalau Ayahnya akan baik-baik saja diluar sana, meskipun sudah lama sekali Almyra tidak berjumpa dengannya dan ingin sekali melihatnya walau hanya sekali.

Almyra pun berjalan terlebih dahulu dari Kesha sambil menahan kesakitan kaki kanannya. Melihat sahabatnya berjalan seperti itu, Kesha pun bertanya. "Kaki lo kenapa, Ra?"

Almyra pun menceritakan kejadian yang menimpanya kemarin.

*

Raffa sedang bersantai diatas balkon rumahnya, sambil menikmati kopi di pagi hari yang cerah ini. Tak lama kemudian, ponsel Raffa berdering.

Di lihatnya sebuah nama "Kia." yang terpampang jelas di layar ponselnya. Dengan malas Raffa mengangkat panggilan tersebut.

"Hallo, Sayang? Kamu dimana?"

Raffa hanya diam.

"Hallo... Sayang?"

"Sayang?"

Raffa pun masih terdiam. Ia sebenarnya sudah malas untuk meladeni Kia. Cewek yang sudah dia pacari selama satu tahun belakangan ini.

Hubungan Raffa dan Kia akhir-akhir ini memang tidak baik. Terlebih lagi, saat Raffa tau kalau Kia kepergok saat berjalan bersama Glen sahabatnya Raffa sendiri.

Raffa tidak habis fikir dengan kelakuan Kia yang bisa selingkuh darinya. Walaupun, Kia mengaku jika dia dan Glen tidak berselingkuh.

"Sayang? Kamu ngomong dong? Aku tau, kamu pasti..."

Tanpa basa basi, Raffa mematikan panggilan itu. Beberapa detik kemudian, Kia menelponnya kembali.

Raffa pun tidak mengangkatnya.

Di pikiran Raffa saat ini, Kia hanyalah cewek yang sudah tidak ia kenal. Walaupun, perasaan sayang Raffa terhadap Kia masih sama seperti saat mereka menjalin hubungan selama setahun belakangan itu.

Ponsel Raffa terus berdering, mau tak mau Raffa pun mengangkatnya.

"Apaan sih! Gue kan udah bilang. Kalo hubungan kita cukup sampai disini." pungkas Raffa, dan mematikan kembali panggilan tersebut. Bahkan, Kia belum sempat berbicara sepatah kata pun.

Kia terus menelponnya. Entah berapa banyak panggilan tak terjawab, Raffa pun mengabaikannya.

Tak lama, Raffa teringat oleh satu bayangan seorang perempuan yang tak lain adalah Almyra.

Raffa mengeluarkan kartu mahasiswa milik Almyra dari dompetnya. Ia menatap setiap detailnya kartu tersebut, dan memandang tepat pada foto Almyra yang tersenyum.

Raffa pun ikut tersenyum.

Tiba-tiba, Raffa mendengar sesuatu dilantai bawah rumahnya.

Raffa pun menuruni anak tangga rumahnya, dan melihat apa yang sedang terjadi antara kedua orang tuanya.

Tanpa pembicaraan apapun, Ayah Raffa membawa koper besar keluar dari rumahnya. Ibu Raffa menangis dan mencoba menahan kepergian Ayahnya tersebut.

"Pa... jangan tinggalin, Mama..."

Lelaki setengah baya itu pun mengabaikan permintaan istrinya tersebut. Ia memilih tidak berbicara sepatah katapun dan langsung masuk ke dalam mobilnya serta melajukannya.

Raffa keluar dan menahan Ibunya.
"Sudahlah, Ma. Percuma... Papa gak punya kuping." ucap Raffa kesal.

Ibunya memeluk anak tunggalnya tersebut. "Salah Mama apa Raffa...."

"Kenapa Papa meninggalkan Mama..." lanjutnya.

Raffa mengelus pundak Ibunya dan memeluknya lebih erat. "Tanpa lelaki itu, Raffa juga bisa jagain Mama. Jadi, Mama gak usah khawatir."

"Papa, Jahat Raffa." ucap Mamanya.

"Ssttt... Mama gak usah ngomongin lelaki itu lagi. Bagi Raffa, dia udah gak ada di dunia ini." ucap Raffa.

"Raffa...."

Ibu Raffa menatap wajah anak tunggalnya tersebut, ia mengelus pipi Raffa dan mengecupnya. "Mama sayang sama Raffa."

Raffa tersenyum dan memeluk kembali Ibunya. "Raffa juga sayang sama Mama."

















Hallo semuanyaa tinggalkan jejak kalian yaa....
Please!!! Vote and Comment.
Thank you..
Selamat membaca

My Love Almyra (END)Where stories live. Discover now