Tiga Puluh Tujuh

3.6K 111 1
                                    

Sebenarnya, Raffa tidak bisa menjemput Almyra bukan karena ada jam tambahan. Tapi untuk membelikan gadis itu sebuah hadiah. Raffa membelikan kado untuk Almyra karena ingin menembak gadis itu untuk menjadi kekasihnya.

Ia pun mengajak Ibunya untuk memberikan saran kado yang tepat untuk Almyra.

"Cincin aja." saran Ibunya.

Mereka saat ini sedang mampir di toko perhiasan. Ibu Raffa memang ke toko itu untuk membeli hadiah berupa liontin untuk di berikan ke Tante Mella yang akan pulang ke Bali.

Raffa menaikan alisnya yang membuat dirinya sedikit kaget mendengar saran Ibunya untuk memberikan Almyra sebuah cincin.

"Terus... Langsung kamu lamar. Hehe." ledek Ibunya.

Ya. Belum ada dipikiran Raffa untuk melangkah jauh ke jenjang pernikahan. Apalagi, dirinya dan gadis itu masih harus menempuh kuliah masing-masing. Masih terlalu cepat jika Raffa melamar Almyra. Bahkan, ia saja sekarang sedang tidak percaya diri terhadap dirinya yang nanti akan bisa diterima Almyra atau tidak saat ia meminta gadis itu untuk menjadi kekasihnya nanti.

Tapi, ia harus optimis. Ia tidak mau Almyra diambil orang lain, terlebih lagi, ia mengingat laki-laki bernama Rayhan yang ia temui saat mengantarkan Almyra pulang. Ia tahu, bahwa laki-laki itu sepertinya menyukai Almyra, dan ia bahkan tahu bahwa Almyra juga menyukai laki-laki itu.

Optimis. Itu saja.

Lalu, Raffa hanya diam dan mencoba memikirkan hadiah yang cocok untuk gadis spesialnya itu.

"Kalau gitu ini saja, bagaimana?." ucap Ibu Raffa sambil menunjuk sebuah kalung yang berbentuk matahari dengan bermata biru ditengahnya.

Pelayan toko yang sedang melayani pun menjelaskan bahwa kalung matahari bermata biru itu limited edition.

Raffa pun jatuh cinta dengan kalung yang ditunjuk Ibunya, entah bagaimana Raffa pun mengangguk mengiyakan.

Memang sangat biasa, jika laki-laki memberikan sebuah kalung untuk orang spesialnya. Tapi, Raffa tak mengubris itu, ia sangat benar-benar jatuh cinta akan kalung dari saran Ibunya.

Ia merasa, bahwa Almyra akan sangat cocok menggunakan kalung matahari bermata biru itu, apalagi, akan terpampang jelas di leher putih milik Almyra nantinya.

"Kalau gitu, saya ambil ini, sama yang itu ya." kata Ibu Raffa sambil menunjuk satu liontin untuk ia hadiahkan ke Tante Mella.

Kemudian, mereka pun pulang setelah berbelanja.

*

Ketika Almyra membuka matanya pada pagi hari sabtu ini, hal pertama yang ia rasakan adalah bahagia. Karena kuliahnya libur.

Ia tersenyum mengingat kejadian saat dirinya kemarin berbincang dengan Rayhan, yang menyatakan dirinya belum berpacaran dengan Raffa, sehingga ia masih memberikan lampu hijau jika Rayhan masih menginginkan dirinya.

Memang, Almyra tidak tahu dengan perasaannya saat ini, ia tidak tahu perasaan apa yang telah ia rasakan untuk Raffa, bahkan untuk Rayhan. Tapi yang jelas, Almyra benar-benar tak menyangka jika orang yang ia suka, yaitu si ketua BEM kampusnya, telah mendekati dirinya, bahkan ia sangat senang saat mendapati dirinya yang diberikan kartu undangan oleh si ketua BEM itu. Dan disisi lain, ia sangat suka saat bercanda bersama Raffa dan saat laki-laki itu perhatian kepada dirinya.

Lalu, ponsel Almyra berbunyi, ia meraba keberadaan ponselnya itu yang telah berada di samping dirinya.

Nanti malam, aku jemput jam 8 ya. Aku mau mengajakmu jalan-jalan.

Raffa, laki-laki itu yang memberikan pesan sms ke Almyra. Melihat layar ponselnya itu pun, Almyra tersenyum dan membalas pesan Raffa dengan sangat singkat.

Iya.

Almyra pun tersenyum. Ia melempar ponselnya ke sembarang arah. Dan entah bagaimana, ia pun menjambak rambutnya dengan kedua tangannya.

"Ah.. Almyra. Lo mau pilih yang mana." ucapnya dengan berbicara sendiri.

Ge er. Itulah yang tepat untuk menggambarkan Almyra saat ini. Ia merasa bahwa pipinya juga sudah memerah.

Entah siapa yang ada di hatinya saat ini, tapi ia memang menyukai kedua laki-laki itu. Serakah. Memang. Tapi Almyra tidak bisa membohongi dirinya sendiri.

Kemudian, ia pun bangun dari tempat tidurnya dan bangkit meraih tas kuliahnya. Ia membuka dan mencari surat undangan dari Rayhan kemarin.

Saat ia membukanya, ia sangat terkejut akan hal yang dilihatnya saat ini. Undangan yang bertuliskan bahwa hari ini diadakannya acara itu, jam 7 malam. Dan ada selembar kertas lagi didalamnya yang berisikan.

Nanti aku jemput ya, Almyra. Dandan yang cantik.

Almyra benar-benar terkejut melihat itu. Ia bingung harus bagaimana.

Ia tidak bisa menyangkal kedua acara tersebut. Sedikit ide dibenaknya yaitu setelah pergi dari pesta ulang tahun Rayhan ia bisa berjalan bersama Raffa. Tapi, bagaimana itu bisa terjadi?

Ia tidak bisa dengan cepat pulang kerumah sebelum jam 8 untuk bisa bertemu Raffa, bahkan tempat yang bertuliskan diundangan itu pun, Almyra tak tahu dimana. Dan ia yakin, bahwa tidak bisa dengan cepat datang kerumah dengan jarak antara tempat itu kerumahnya. Tapi, kalau Almyra bilang ia mau datang ke pesta ulang tahun Rayhan sebelum pergi dengannya, pasti Raffa akan marah. Almyra tahu kalau Raffa tak menyukai Rayhan.

Tapi, jika salah satu harus di batalkan. Mana yang harus ia batalkan? Ia pun sudah janji akan keduanya.

"Argghh...." gumam Almyra yang bingung.

Ia pun meraih ponselnya yang ia temukan di atas kasur, yang tadi sudah ia lempar ke sembarang arah dan mengirimkan pesan ke grup yang berisi Afika dan Kesha. Ia yakin, bahwa mereka pasti bisa memberikan saran yang tepat untuk Almyra.










Halloooo..
Bagaimana ceritanya?
Haha maaf ya kalo ada kata-kata yang bagaimana gitu, atau kayak diulang ulang atau apalah
Ya.. namanya juga bukan penulis profesional. Maaf kan
Tapi, semoga kalian suka ya sama ceritanyaa..
Selamat membaca;)

My Love Almyra (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang