Sembilan Belas

4.4K 146 0
                                    

Raffa mengeluarkan selembar uang kertas berwarna hijau kepada driver ojek online yang ia tumpangi.

"Ambil aja, Bang kembaliannya." kata Raffa sambil masuk ke dalam rumah meninggalkan driver tersebut.

Saat ia masuk ke dalam rumah. Ia sangat terkejut melihat keadaan rumah yang berantakan.

"MAMA!!!" Teriak Raffa.

"Ma... ada apa, Ma?" tanya Raffa sambil membopong Ibunya yang terbaring di lantai tak sadarkan diri.

Raffa menidurkan Ibunya di sofa, ia bergegas ke kamar Ibunya, dan mengambil kotak P3K.

Ia juga mengambil segelas air putih, serta minyak kayu putih.

Raffa mengoleskan sedikit minyak kayu putih ke hidung Ibunya. Lalu, ia juga mengambil kapas dan menuangkan obat merah yang kemudian ia obati luka di pelipis Ibunya.

Ibu Raffa pun sadar. Ia meraih tangan Raffa dan menggenggamnya.

"Jangan tinggalin, Mama Raffa."

Raffa mengelus punggung tangan Ibunya, kemudian menciumnya.

"Raffa ngga akan tinggalin, Mama."

Ibu Raffa mengeluarkan air matanya, ia mulai menangis.

Raffa mengelus wajah Ibunya dan membantu Ibunya untuk bangun, dan duduk.

Ia juga memberikan segelas air putih.

"Minum dulu, Ma."

Raffa mengelus punggung Ibunya, agar merasa tenang.

"Ada apa, Ma?"

Ibu Raffa hanya diam, ia tidak mau bercerita kepada anak semata wayangnya tersebut.

Raffa mengerti akan hal itu. Raffa berniat menanyakan hal yang lain saja, agar Ibunya melupakan kejadian yang sebenarnya Raffa belum tahu itu apa.

"Ya sudah, Kalau Mama tidak mau bercerita." kata Raffa.

"Ma.." katanya lagi.

Ibu Raffa menoleh ke arah anaknya tersebut. Ia menatap Raffa dan tersenyum.

"Ya."

"Raffa boleh curhat?" ujar Raffa.

Ibunya pun mengangguk.

"Raffa sedang jatuh cinta, Ma." bisik Raffa ke telinga Ibunya.

Mendengar akan hal itu, Ibu Raffa langsung menghapus air matanya yang masih tersisa di wajahnya dan memposisikan duduknya yang nyaman untuk mendengarkan anaknya curhat.

Ibu Raffa sangat bisa memposisikan dirinya dengan baik. Meskipun sedih, ia bisa saja menjadi tidak sedih.

"Sama siapa, Sayang?" tanya Ibunya.

Raffa pura-pura berpikir. Kemudian ia menjawab pertanyaan Ibunya tersebut.

"Sama.... Mama."

"Hah?"

"Karena, Mama adalah wanita yang tegar, yang kuat dan Raffa suka wanita seperti itu. Tapi...." Raffa memutuskan pembicaraannya.

Ibu Raffa hanya diam menunggu lanjutan pembicaraan Raffa.

"Jatuh cinta ke Mama cuma bohongan aja. Kalo, ke Almyra asli." lanjutnya.

Ibunya pun tersenyum kepada anak bujangnya tersebut. Ia masih mencerna nama gadis yang disebut oleh Raffa.

"Siapa? Al..?" tanya Ibunya sambil berpikir.

"Al-my-ra." eja Raffa. "Almyra, Ma."

Mendengarnya, Ibu Raffa sangat bergembira. Ia sejenak melupakan hal yang sebelumnya terjadi pada dirinya.

"Siapa dia?" tanya Ibu Raffa yang penasaran.

"Almyra, Ma." tegas Raffa.

"Mama tahu namanya Almyra. Tapi, siapa dia? Berani-beraninya membuat anak Mama jatuh cinta?" kata Ibu Raffa sambil melipatkan kedua tangan didadanya.

"Hehehe. Pokoknya, dia cantik."

"Oh ya?" tanya Ibu Raffa yang tak percaya.

Raffa mengangguk. "Lebih cantik dari, Mama. Hehehe."

Raffa meledek Ibunya dan sontak membuat Ibunya ingin menjitak anak laki-lakinya tersebut.

"Berani sekali dia mengalahkan kecantikan, Mama." kata Ibu Raffa seraya menyombongkan dirinya.

"Hahaha." Raffa tertawa melihat tingkah Ibunya.

Ibu Raffa pun tertawa.

"Begitu dong, Ma."

"Begitu gimana?"

"Ketawa, tersenyum, bahagia." ungkap Raffa.

Ibunya hanya tersenyum. Dan kemudian memeluk Raffa.

"Terima kasih, Sayang. Kamu sudah mau menjadi anak Mama."

Raffa membalas pelukan Ibunya. "Terima kasih juga, karena Mama sudah melahirkan Raffa yang ganteng."

Ibu Raffa pun menjewer kuping Raffa dan bercanda bersama anaknya tersebut.

"Ma.."

"Hmmm..."

"Doain Raffa ya, Ma." kata Raffa.

"Mau nembak Almyra." katanya lagi.

Ibu Raffa pura-pura kaget. "Apa??? Ditembak???"

"Hayo... Mama pasti mau bilang, entar sakit dong kalo di tembak, kasian anak orang." ledek Raffa.

"Hahaha."

Mereka tertawa lepas. Raffa senang melihat Ibunya yang dapat melupakan masalahnya sejenak. Masalah yang sebenarnya Raffa tidak tahu apa itu. Walaupun, Raffa yakin Ibunya pasti akan sedih lagi jika waktu berlalu. Tapi yang terpenting sekarang, Ibunya sudah merasa senang.

"Mama selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu. Apalagi untuk cewek."

"Hehehe. Thanks Mommy."





















Duhhhhh gimana yaa ceritanyaa??
Hmm.. tolong tinggalkan jejak kalian ya
Please!!! Vote and Comment.
Thank you..
Selamat membaca, semoga suka

My Love Almyra (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang