Delapan Puluh Satu

4.1K 99 2
                                    

Almyra sedang sibuk merebus mie di dapur, Raffa pun menghampiri gadisnya dan memeluk Almyra dari belakang.

"Serius banget sih masak mienya." bisik Raffa ke telinga Almyra dengan sesekali menggigit daun telinga Almyra dan membuat gadis itu menggelincangkan tubuhnya karena geli.

"Haha. Geli, Raf. Kamu peluk-peluk mulu sih." kata Almyra sambil berusaha melepaskan pelukkan Raffa.

Raffa pun semakin mengeratkan pelukkannya, dan menaruh dagunya di pundak Almyra.

"Memangnya kenapa kalo peluk-peluk? Ngga boleh?"

Almyra pun berusaha kembali melepaskan pelukan Raffa.

"Aku lagi masak, agak susah jadinya." ucap Almyra.

"Apanya yang susah si Sayang? Masak mie aja susah." kata Raffa meledek.

"Udah deh, Raf. Kamu kan udah lapar, masa....." Almyra memberhentikan ucapannya. Kini, tubuhnya telah dibalik oleh Raffa dan mereka pun berhadapan.

Tak ada jarak antara mereka, sehingga Almyra sedikit menahan nafasnya dan menelan ludah melihat wajah Raffa yang tampan berada didepannya saat ini.

"Kamu mau apa?" tanya Almyra.

Jantungnya sekarang telah berdetak sangat kencang, ia bahkan sangat degdegan dibuatnya oleh Raffa.

Raffa memandang wajah kekasihnya dan menatapnya dalam-dalam. Ia pun menaikkan kedua sudut bibirnya dan tersenyum.

"Aku cuma mau lihat muka kamu yang sekarang lagi memerah." jawab Raffa.

Almyra pun membulatkan matanya, ia sangat malu atas jawaban Raffa terhadap dirinya sekarang.

"Apa sih." kata Almyra yang malu.

"Aku suka banget kalo muka kamu kaya gitu." kata Raffa.

Almyra pun tersenyum dan pasti sekarang wajahnya lebih merah dari yang Raffa bilang.

"Cantiknya jadi nambah." kata Raffa lagi.

"Itu pujian?" tanya Almyra.

Raffa menggeleng. "Bukan, tapi kenyataan."

Almyra pun terus menerus tersenyum, entahlah, dirinya saat ini sangat senang pada kekasihnya itu. Raffa tak henti-hentinya membuat ia menjadi bahagia hari ini.

"Udah ah, nanti mienya lembek." kata Almyra sambil membalikkan badannya dan fokus ke panci untuk melihat kematangan mienya.

Raffa pun kini berdiri disamping Almyra dan memperhatikan Almyra yang sedang memasak.

"Stop. Punyaku, mienya segitu aja." pinta Raffa sambil melihat panci mie yang ada diatas kompor.

"Ini masih keras." kata Almyra.

"Emang ya?"

"Iya."

"Ngga apa-apa kalo mie yang keras, yang penting hati kamu jangan keras."

Almyra pun memukul lengan Raffa yang sedang menggombalkan dirinya.

"Memangnya hati ada yang keras ya?" tanya Almyra yang bingung.

"Ada.... hati ampela." jawab Raffa.

"Hahaha. Itu mah ati."

"Oh... hati yang telah tersakiti yang keras mah." kata Raffa.

"Hmmm... Hahaha." Almyra pun tertawa, begitu juga dengan Raffa.

Akhirnya, mie yang telah dibuat oleh Almyra pun telah jadi. Mereka membawanya ke luar balkon vila dan duduk di kursi yang menghadap pemandangan vila.

"Wah.... Pemandangannya indah sekali." ucap Almyra sambil menaruh piring mie dan berdiri dibalkon dengan menompang wajahnya.

Raffa pun demikian, ia menaruh piring mienya dan berdiri tepat disamping Almyra.

"Ya... indah sekali." sahut Raffa.

"Apalagi....." kata Raffa yang terpotong dan membuat Almyra menoleh kearah kekasihnya itu.

Raffa pun tersenyum dan melanjutkan perkataannya yang terpotong tadi.

"Apalagi, pemandangan yang disebelah aku. Dia sangat-sangat indah. Hehe."

Almyra pun spontan mencubit pinggang Raffa dan satu tangannya lagi mencubit pipi Raffa.

"Kamu ya, dari tadi ngoceh mulu, ngegombal mulu, berisik tau." ucap Almyra.

"Hahaha. Tapi kamu suka kan?" tanya Raffa.

"Au ah." Almyra pun kembali mengambil piring mie dan duduk dikursi lalu memakannya.

Raffa juga menyusul kekasihnya itu dan melahap mie buatan Almyra.

"Mmmm... mienya enak sekali." puji Raffa lagi.

Almyra pun menghiraukannya.

"Serius, aku ngga bohong." kata Raffa sambil membentuk angka dua dengan jari telunjuk dan jari tengahnya ke arah Almyra.

"Hmmm...." Almyra hanya menghela napasnya.

"Kamu tau ngga? Ini adalah mie spesial." ucap Raffa.

Almyra pun menghiraukannya dan terus mengunyah makanannya.

"Kenapa ini spesial?" tanya Raffa yang ternyata tak dibalas oleh Almyra.

"Karena dibuat oleh orang yang spesial." jawabnya sendiri.

Almyra tetap menghiraukannya, sebenarnya, Almyra ingin sekali tertawa karena tingkah Raffa tapi ia pura-pura mengabaikannya dan terus melahap makanannnya.

Raffa pun terus kembali dengan celotehannya.

"Kamu tau ngga? Kalo mie instan ini ternyata ada bumbu barunya loh." tanya Raffa dan seketika membuat Almyra memberhentikan makannya, lalu menanggapi celotehannya Raffa yang sedari tadi tak bisa diam.

"Oh ya?" tanya Almyra yang pura-pura tak percaya.

"Iya." jawab Raffa singkat.

"Bumbu-bumbu cinta." katanya lagi.

Almyra pun mengerutkan dahinya dan sedikit menahan tawanya.

"Masa sih?"

Raffa pun mengangguk. Dan ia melihat gadisnya yang terus menahan tawa, sepertinya kekasihnya itu menahan tawa karena aksi dirinya.

"Ketawa aja dong, jangan ditahan-tahan, kan kalo ditahan sakit." pinta Raffa.

Almyra pun mengangguk, dan kali ini, ia pun tertawa sampai terbahak-bahak. "Hahaha."

Raffa juga ikutan tertawa melihat gadisnya yang tertawa lepas itu.

"Ini rasanya jadi double enak!" kata Raffa.

"Iya dah iya." kata Almyra sambil mengangguk.

"Serius, aku ngga bohong Sayang." kata Raffa meyakinkan.

"Hahaha. Iya, iya aku percaya." kata Almyra.

"Terima kasih, Sayang."





















Haiiiiiii
Bagaimana dengan ceritanya?
Lanjutkahh???

Btw, aku lagi bikin cerita baru judulnya "Cinta dan Kasih"

Tolong mampir kesana ya! Siapa tau suka hehehe.

Terima kasih yang sudah membaca...

Kira-kira ending dari Raffa dan Almyra enaknya gimana nihhhh?

Hahahhaa

My Love Almyra (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang