Dua Belas

5.4K 168 1
                                    

Raffa berlari sekuat tenaganya. Meski nafasnya saat ini sudah tak karuan. Tapi, ia harus benar-benar sampai ke Cafe Igo itu.

"Sam...pai..." ucapnya dengan nafas yang terengah-engah.

Ia mendorong pintu Cafe dan berhenti tepat di depan pintu tersebut. Ia kaget dengan apa yang ia lihat. Seorang gadis dengan rambut panjang terurai, memakai baju bunga-bunga dan celana jeans dengan sepatu flatshoes yang tak asing baginya. Flatshoes yang ia lihat sebelumnya di kantor polisi dan flatshoes itu adalah milik gadis yang kemarin ia senggol sepeda motornya oleh kelakuan si "Jedi." Ia melihat ekspresi wajah gadis itu yang tak kalah kaget melihat dirinya. Mata indahnya melotot ke arah Raffa.

Raffa memandang mata indah gadis itu, semakin ia menatapnya. Ia semakin tak kuat. Hati Raffa mulai berdebar-debar. Jantungnya serasa ingin copot dari tempatnya. Bahkan, keringat Raffa saat ini, jauh lebih banyak bercucuran dibandingkan dengan keringat saat ia berlarian. Tak bisa di pungkiri. Raffa benar-benar jatuh cinta pada gadis yang ada di hadapannya saat ini. Entah kapan ia mulai jatuh cinta. Tapi yang jelas. Ia benar-benar jatuh cinta.

Gugup.

Satu kata yang menggambarkan Raffa. Ia bingung harus bagaimana untuk dapat mencairkan keadaan ini.

Tapi, Ia sangat senang. Ternyata, gadis itu menempati janji yang telah ia buat pada selembar kertas yang ia berikan kepada Ibu Almyra lewat bocah kecil. Raffa juga merasa bersalah di dalam hatinya karena ia datang terlambat dan membuat gadis itu menunggu lama untuk dirinya.

"Emm... Hai." sapa Raffa dengan malu.

Gadis itu pun masih diam seribu kata. Ia bahkan tidak membalas sapaan Raffa.

Raffa jadi semakin bersalah akan dirinya. Ia yakin, gadis itu pasti kesal dan jengkel karena telah menunggu dirinya yang lama dan terlambat datang. Raffa pun memaklumi itu.

Kemudian, gadis itu pun memberikan isyarat agar Raffa mengikutinya.

Dalam hitungan detik. Mereka telah duduk berhadapan. Saling berpandangan satu sama lain. Hanya ada meja sebagai penghalang mereka. Entah bagaimana memulai pembicaraan ini, Raffa benar-benar bingung. Tepatnya...

Deg-degan, Gugup dan Malu.

Waiter datang menghampiri mereka dengan memberikan buku menu. Seketika, suasana pun terpecah antara Raffa dan gadis di depannya itu.

Dengan memberanikan diri. Raffa bertanya kepada gadis itu. "Kamu mau pesan apa?"

Raffa membolak-balikan buku menu dan melihat-lihat.

"Gak usah, tadi sudah pesan." ucap gadis itu.

Raffa pun terdiam saat gadis itu menjawab pertanyaannya dengan sedikit nada yang tak enak terdengar di telinganya. Kali ini, benar-benar di dalam hatinya. Ia merasa sangat-sangat bersalah kepada Almyra, gadis yang saat ini berada duduk berhadapan dengannya.

Jujur. Raffa belum pernah merasa bersalah yang benar-benar mendalam sampai ke hatinya. Bahkan, terhadap Kia pun tidak. Hanya kepada gadis ini?

Why?

Meskipun begitu, Raffa harus menyembunyikan raut mukanya akan penyesalan yang telah ia perbuat kepada Almyra.

Belum pernah ia merasa campur aduk seperti ini, bahkan pada Kia sekalipun.

Raffa menutup buku menu dan memesan orange juice dua.

Waiter pun menuliskan pesanan yang di pesan oleh Raffa, kemudian meninggalkan meja mereka berdua.

"Kok, dua?" tanya Almyra bingung.

"Saya tidak mau orang yang duduk di depan saya hanya menonton saya minum." jawab Raffa.

"Apaan sih, Lo!" kata Almyra jutek. "Udah deh, sekarang lo balikin kartu mahasiswa gue." lanjutnya dengan nada yang sedikit kesal.

Tiba-tiba, ponsel Raffa berdering. Raffa pun melihat layar ponselnya.

Kia.

Cewek itu selalu menelpon Raffa.
Sesaat kemudian, Raffa mendapatkan pesan sms dari Kia.

Raffa,
Aku mau kamu datang di hari ulang tahun aku besok di tempat biasa kita ngedate.

Pesan itu singkat dan jelas. Tapi, Raffa benar-benar tak habis fikir dengan Kia. Apa yang ada dipikiran Kia saat ini?
Padahal sudah jelas, bahwa hubungan mereka sudah berakhir, tapi Kia tetap saja mengejar Raffa.

"Woi." gentak Almyra.

Raffa pun kaget dengan gentakan Almyra.

"Balikin kartu mahasiswa Gue."

Raffa melihat ke arah Almyra yang sepertinya sudah habis kesabarannya.
Raffa mengeluarkan dompet dari sakunya, membuka dan menarik satu kartu di dalamnya, yang tak lain adalah kartu mahasiswa milik Almyra.

"Ini?" tanya Raffa.

Saat hendak menariknya dari tangan Raffa. Dengan cepat, ia memasukkannya kembali ke dalam dompet.

"Kalo Lo mau kartu mahasiswa Lo balik. Ada syaratnya." ucap Raffa.

Sontak, Almyra kaget mendengar omongan Raffa. Ia sudah kehilangan kesabaran.

"Eh, dengar ya! Gue udah nungguin Lo lama, terus Lo gak jadi balikin itu kartu Gue?" kesal Almyra.

Raffa hanya terdiam dan malah menaikan kedua alisnya seolah-olah tidak mengetahui kesalahannya.

Kali ini, Raffa punya ide untuk bisa membuat Almyra dekat dengan dirinya. Meskipun, Almyra pasti akan menolaknya. Tapi, tak apa. Raffa harus mencobanya.

"Ya udah, Terserah Lo!" ucap Raffa.

Almyra semakin jengkel dengan perbuatan Raffa. Ia bingung, diawal pertemuan depan pintu Cafe dia baik, bahkan saat waiter menanyakan menu juga dia lembut banget bertanya ke Almyra. Tapi ternyata....

"DASAR KUNYUK JALANAN!!!!!!" teriak Almyra sambil menepukkan kencang tangannya ke atas meja.

Semua orang di sekelilingnya pun, menoleh ke arah meja mereka berdua.










Please!!! Vote and Comment.
Thank you..
Selamat membaca.

My Love Almyra (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang