Lima Puluh

4.2K 119 2
                                    

Raffa menjemput Almyra dari kampus, sudah waktunya untuk jam makan siang. Raffa kemudian menoleh Almyra dan tetap fokus juga terhadap jalanan.

"Kamu mau makan apa?" tanya Raffa.

"Apa saja." jawabnya.

Akhirnya, Raffa pun mengajak Almyra ke sebuah pasar tradisional, disana mereka berbelanja keperluan bahan makanan.

"Aku kira, kamu ngga mau belanja di pasar begini." kata Almyra dengan menenteng plastik beberapa bahan makanan.

Jelas Almyra bingung, sebab orang seperti Raffa yang dapat dikatakan anak tajir dan dari keluarga terpandang itu dapat masuk ke dalam pasar tradisional.

"Kenapa memang?" tanya Raffa yang sedikit bingung akan perkataan gadisnya.

"Ya ngga apa-apasih." balas Almyra.

"Mama sering banget ngajak aku ke pasar." ucap Raffa.

"Oh ya?"

"Iya." kata Raffa. "Di sana ada mbok langganan Mama." unjuk Raffa.

Dan kemudian, mereka berbelanja agak banyak, entah menu apa yang akan dibuatnya, yang pasti mereka akan memasaknya.

Tidak.

Raffa yang akan memasak semua bahan makanan itu. Bukan Almyra.

Almyra hanya disuruh duduk di ruang makan oleh Raffa, untuk menunggu dirinya memasak.

Merasa tak enak, akhirnya Almyra pun menghampiri Raffa yang sedang memasak.

Almyra kagum sekali dengan Raffa yang benar-benar pintar memasak. Jujur saja, ia bisa memasak tapi, ia tak selihay Raffa saat memasak.

Ia memandang Raffa sambil tersenyum.

"Kamu keren ya, kalo lagi memasak." ujar Almyra.

Raffa sedikit tak fokus saat Almyra memandang dirinya, bahkan ia hampir salah memasukkan garam yang tak lain adalah gula.

"Eh... itu gula." kata Almyra yang mengangetkan Raffa.

"Eh iya." ucap Raffa.

Kemudian mereka tertawa. Raffa kemudian memasukkan garam ke dalam sayur yang dibuatnya.

"Aku udah ngga sabar untuk mencicipi masakan kamu." ucap Almyra.

"Tunggu sebentar lagi ya." ujar Raffa.

Setelah Raffa selesai memasak, ia pun menghidangkannya di meja makan. Di susul oleh Almyra, ia juga membantu Raffa untuk mempersiapkan makanannya.

Di atas meja makan sudah siap makanan seperti ikan tongkol balado, ayam kecap, sayur sop, capcai, dan tak lupa sambal.

"Duh... keliatannya enak banget." puji Almyra.

Raffa pun tersenyum atas pujian kekasihnya itu. Lalu, Almyra menyiapkan makanan untuk Raffa dengan menuangkan nasi secukupnya ke piring, di tambah dengan beberapa lauk pauk dan sayur juga, serta menuangkan minum ke gelas yang ada di samping tangan kanan Raffa.

"Terima kasih." ucap Raffa sambil meraih piring yang di berikan oleh Almyra.

Setelah itu, Almyra mengambil untuk dirinya, mereka pun makan siang bersama.

"Enak sekali." puji Almyra lagi.

"Masa sih?"

"Tapi bohong." ledek Almyra.

"Hahaha."

Selama makan siang, mereka berdua juga bercanda.

Selesainya, Almyra membereskan dan menyibukkan diri dengan piring kotor makannya tadi.

Almyra membilas piring makannya, meletakkan di tempat piring, lalu memutar tubuhnya. Ia kaget, dan dalam sekejap napasnya tertahankan, ia melihat Raffa yang tepat berdiri dihadapannya saat ini. Begitu dekat, hingga membuat jantung Almyra degdegan. Dan membuatnya sedikit gugup.

Almyra mendongak. Ia melihat Raffa yang sedang menatap dirinya, seketika otak Almyra berhenti bekerja. Jantungnya benar-benar berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Ia tak pernah merasakan seperti ini.

Raffa masih menatapnya, dan membuat pipi Almyra memerah entah kapan. Saat, Almyra melangkah ke kanan, disusul juga dengan Raffa, saat Almyra melangkah ke kiri, diikuti juga oleh Raffa.

"Kamu mau apa Raffa?" tanya Almyra yang sedikit bingung dengan perlakuan Raffa terhadap dirinya.

Sudut bibir Raffa terangkat dan kemudian membentuk senyuman manis untuk Almyra.

"Mau cuci piring." jawabnya.

Almyra menghela napasnya, ia tak menyangka jika otaknya saat ini berpikir yang tidak-tidak, bahkan ia yakin Raffa tak akan melakukan hal itu.

Menciumnya.

Itulah yang ada di otak Almyra. Dia memang sudah Ge er, tapi ia tak mau terlihat seperti itu di depan Raffa.

"Kalau mau cuci piring, ya sudah silahkan. Jangan halangi aku dong." kata Almyra ketus.

Raffa menaikkan alisnya dan bingung dengan ucapan Almyra, yang mengapa gadis itu saat ini menjadi ketus terhadapnya.

"Siapa yang mau menghalangi kamu, Cantik? Justru kamu yang menghalangi aku." kata Raffa menjelaskan.

Almyra kemudian menggigit bibir bawahnya dan memejamkan matanya sejenak. Ia sangat malu terhadap dirinya. Lalu, ia pun ingin beralih untuk menjauh dari Raffa.

Melihat Almyra yang ada dihadapannya saat ini, Raffa kemudian menaruh piring yang ada di tangannya ke tempat cucian piring, melalui samping tubuh Almyra. Ia tersenyum senang melihat Almyra yang sepertinya sedang tersipu malu.

Almyra masih memejamkan matanya dan tak mau menatap Raffa saat ini. Ia juga menutup wajahnya dengan kedua tangan, tapi dengan cepat Raffa mencegahnya.

Raffa memegang kedua pipi Almyra dengan tangannya dan kemudian mengecup kening Almyra.

Almyra kaget dengan perlakuan Raffa, dan ia pun membuka matanya.

"Kamu lucu sekali ternyata." kata Raffa sambil mencubit pipi Almyra kemudian meninggalkannya.

"Cuciin piring aku juga ya." teriaknya sambil menjauh.

Seketika jantung Almyra jauh lebih cepat berdetak dari yang tadi. Ia benar-benar tak menyangka akan semalu ini, dan seperti ingin memaki dirinya sendiri.

"Arghhhh.. malu banget gue." batinnya.

Lalu ia membalikkan tubuhnya dan mencuci piring kotor milik Raffa.





















Haiii semuanya
Bagaimana ceritanya?
Maaf ya kalo jelek
Please vote dan komen
Selamat membaca
Semoga suka

My Love Almyra (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang