Tiga Puluh Empat

3.8K 127 6
                                    

Keesokannya, Raffa menempati janjinya lagi. Ia datang untuk mengantar Almyra kuliah.

Kali ini, Almyra sudah siap. Ia memakai kemeja berwarna putih polos, kemudian memakai celana kulot yang menutupi kakinya yang di gips dengan flatshoes yang biasa Almyra pakai, dan memakai bando dikepalanya, rambutnya pun terurai, Almyra juga memakai make up tipis dan sedikit blush on yang warna merah mudanya menyala sehingga membuat Almyra semakin cantik akan kulit putihnya, terlebih lagi Almyra sedang tersenyum memandang Raffa yang sedang berdiri mematung di hadapannya saat ini.

"Kamu cantik banget sih." ucap Raffa yang terpesona akan kecantikan gadis yang ada dihadapannya sekarang.

Raffa pun kemudian membukakan pintu mobilnya, dan menyuruh Almyra masuk. "Silahkan masuk, Nona Cantik."

Setelah itu, mereka pun pergi berlalu untuk ke kampus Almyra. Kali ini, jalanan tak berpihak pada Raffa. Macet melanda dimana-mana. Tapi Raffa senang. Karena ia dapat memandang lama kecantikan gadis yang duduk disebelahnya.

"Ngga usah ngeliatin terus." kata Almyra yang risih karena dilirik Raffa terus.

"Ge er banget sih kamu." ucap Raffa dengan sesekali mencubit pipi Almyra.

Almyra tidak mengubris tindakan Raffa, dan ia malah senang atas perlakuan Raffa.

Di perjalanan, Almyra memandang jalanan di kaca mobil dan kemudian menoleh ke arah seorang pria tua yang sedang duduk di pinggiran jalan dengan baju yang sangat usang dan tak terurus.

"Ayah." ucap Almyra kaget.

Mendengar hal itu, Raffa kemudian menoleh ke arah Almyra. Dan Almyra pun menoleh juga ke arahnya.

"Raffa, tolong berhenti sebentar." mohon Almyra.

Raffa pun menuruti permohonan Almyra, ia pun meminggirkan si "Jedi." di pinggiran jalan.

Raffa turun dari mobil dan kemudian membantu Almyra turun serta memberikan tongkat ke Almyra, agar Almyra dapat berjalan ke arah pria tua itu.

Almyra menghampiri pria itu, dan entah kapan gadis itu menangis saat ini.

Gadis itu pun memanggil pria tua yang lusuh itu.

"Ayah." panggilnya.

Pria tua itu menoleh kemudian ke arah gadis yang memanggilnya. Pria tua yang sangat kotor, dengan rambut yang agak gondrong berantakan, wajah yang sudah agak keriput, baju yang sudah sobek, sendal yang sudah tak layak pakai, dan yang paling membuat Almyra sangat sedih yaitu terdapat sebuah gelas plastik yang di pegang di tangan pria tua itu. Berisikan beberapa uang recehan, dan ada beberapa uang lembaran juga.

Almyra menangis tersedu-sedu. Membuat Raffa menarik Almyra dan memeluknya. Pria tua itu pun masih menoleh dan bingung atas perlakuan gadis yang telah memanggilnya dengan sebutan Ayah.

Kemudian, Almyra mencurahkan semua air matanya dan membanjiri baju Raffa. Raffa pun mengelus punggung Almyra supaya tenang. Lalu, Setelah puas menangis, ia pun melepas pelukannya. Ia menghapus air matanya dan kemudian duduk disamping pria tua itu. Raffa membantu Almyra yang sedikit kesusahan untuk duduk.

Pria itu memandang Almyra dan entah kapan juga, pria itu mengeluarkan air mata.

"Ly...ra." ucapnya bergetar sambil tangannya meraih pipi Almyra.

Air mata Almyra tak bisa ia tahankan, ia tak dapat membendungnya, dan ia pun meraih tangan pria tua itu juga.

"Iya... Ayah, ini Lyra." kata Almyra yang lebih bergetar dan kemudian langsung memeluk pria tua itu.

Almyra menangis sejadinya, begitu juga dengan pria tua yang ternyata adalah Ayah Almyra.

Melihat itu, Raffa juga meneteskan air mata yang kemudian ia seka dengan tangannya. Terlebih lagi, ia baru melihat Almyra menangis yang benar-benar membuat hatinya tercabik-cabik.
Raffa tak menyangka jika keluarga Almyra tak seharmonis yang ia bayangkan.

Saat ini pun, orang yang berlalu lalang di jalanan hanya sesekali menoleh ke arah mereka, ada beberapa yang berhenti tapi kemudian diusir Raffa karena tak mau menjadikan ini sebuah tontonan.

Lalu, Almyra pun melepaskan pelukan dari Ayahnya. Ia masih menangis dan mengelus pipi Ayahnya.

"Ayah... ayo, pulang." ucap Almyra.

Kemudian, pria tua itu pun mengangguk mengiyakan permintaan putrinya.

Almyra tersenyum melihat pria tua itu mengangguk mengiyakan. Lalu, Almyra menoleh kearah Raffa. Melihat itu, Raffa mengerti maksud Almyra. Dan akhirnya, Raffa mengantarkan Almyra membawa Ayahnya pulang kerumah.





















Haiii semuanyaa,
Begitulah ceritanya haha
Bagaimana?
Lanjut?
Yaa....tunggu yaaaa
Semoga kalian suka
Jangan lupa untuk komen dan vote;)
Selamat membaca

My Love Almyra (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang