Empat Puluh Tiga

3.7K 126 5
                                    

Almyra terbangun dari tidurnya, kemudian ia kaget mendapati dirinya yang sudah berada di dalam kamarnya. Bajunya pun sudah berganti.

Ia mengingat kejadian semalam, dan yang hanya ia ingat, ia datang ke pesta ulang tahun Rayhan dan meminum air putih yang diberikan Rayhan, setelah itu, ia tak dapat mengingatnya sama sekali. Apa yang terjadi pada dirinya sendiri pun ia tidak tahu.

Tak lama, Afika datang ke dalam kamarnya, dan melihat Almyra yang sudah terbangun.

"Ra, lo udah bangun?"

Almyra mengangguk sambil sesekali memegang kepalanya yang masih pusing.

Almyra pun bertanya kepada Afika tentang apa yang terjadi pada dirinya, Afika pun menceritakan semuanya. Dan entah kapan Almyra telah menangis dan tak bisa memaafkan dirinya sendiri.

"Gue bego ya, Fik." kata Almyra sambil memukulkan dadanya dengan tangannya sendiri.

Air mata Almyra sudah mengalir sampai membanjiri bajunya, begitu pula dengan Afika, ia pun ikut menangis dengan apa yang terjadi oleh sahabatnya itu. Ia kemudian menarik Almyra dan memeluknya, mengelus pundak Almyra, agar sahabatnya itu bisa tenang.

Kesha masuk ke dalam kamar Almyra dan mendapati kedua sahabatnya yang sudah banjir air mata.

Kesha pun memeluk keduanya. Mengelus pundah sahabat-sahabatnya.

"Raffa dimana?" tanya Almyra sambil melepaskan pelukannya sahabat-sahabatnya itu.

"Dia dirumahnya." ujar Kesha.

Almyra beranjak pergi dari kasur dan mengambil handuk untuk mandi, ia ingin bergegas untuk pergi ke rumah Raffa, yang ada dipikirannya saat ini ia ingin sekali memeluk Raffa, ia menyesal dan ingin meminta maaf pada laki-laki itu.

Saat menarik handuk di dekat pintu kamarnya, ia melihat ke cermin dan mendapati lehernya yang terdapat tanda merah disana, Almyra kemudian menjatuhkan dirinya di lantai. Kedua sahabatnya itu pun memeluk Almyra dan menenangkannya.

Almyra menangis tersedu-sedu. Ia tak bisa memaafkan dirinya sendiri saat ini. Ia terlalu bodoh, dan entah bagaimana ia bisa masuk ke dalam jebakan Rayhan.

Ia tak menyangka jika Rayhan orang yang ia suka, dapat melakukan hal seperti itu pada dirinya.

"Gue ngga nyangka, Kak Rayhan bisa melakukan itu ke gue." ucap Almyra sambil terus menangis.

"Orang yang kita anggap baik, belum tentu orang itu baik, Ra." timpal Kesha.

Almyra mengangguk mendengar perkataan Kesha, ia pun kemudian menghapus semua air mata dan bangun.

"Gue mau ke Raffa." ujarnya.

Kesha dan Afika kan pun mengangguk dan menunggu Almyra. Setelahnya, Kesha mengantarkan Almyra ke rumah Raffa.

Sepi.

Tidak ada orang disana. Mereka memencet bel dan tak ada satu orang pun yang menyahut. Almyra juga melihat bagasi rumah Raffa.

Tak ada si "Jedi." yang hanya adalah mobil mini cooper yang tak lain adalah milik Ibunya Raffa.

"Coba telpon, Ra." kata Afika menyarankan.

Almyra mengambil ponselnya dan menekan nomer Raffa, ia menelponnya. Dan tak ada jawaban juga dari Raffa.

"Kayaknya, hape dia mati." kata Almyra sambil loudspeaker operator yang berbicara di ponselnya.

Kedua sahabatnya itu pun mengiyakan.

"Raffa, kamu dimana?"

Almyra selalu bertanya pada dirinya akan keberadaan Raffa saat ini. Lalu, ada seorang nenek yang keluar dari depan rumah Raffa, ia sepertinya tetangga Raffa.

Afika menyenggol lengan Almyra.

"Coba tanya sama nenek itu, kali aja tau." ucapnya.

Almyra kemudian bertanya pada nenek itu, dan akhirnya ia mendapati info keberadaan Raffa.

"Ke rumah sakit." kata Almyra sambil masuk ke dalam mobil Kesha dan menyuruh kedua sahabatnya itu untuk masuk juga. Kesha pun mengemudikan mobilnya menuju ke rumah sakit.

Sesampainya, ia bertanya-tanya kepada pelayanan rumah sakit, dan kemudian suster memberikan nomer keberadaan kamar Ibunya Raffa, mereka pun berlari ke ruangan itu.

"Ini, Ra 217." kata Kesha sambil menunjuk nomer ruangan Ibunya Raffa.

Almyra pun mendorong pintu kamar itu, ia mendapati seorang laki-laki yang sedang duduk sambil menatap seorang wanita setengah baya yang terbaring di kasur.

"Raffa." ucap Almyra.

Laki-laki itu menoleh ke arah Almyra, ia terkejut mendapati Almyra yang mengetahui dirinya berada dirumah sakit. Ia pun berdiri dari duduknya, dan Almyra pun langsung memeluk tubuh Raffa.

Melihat adegan itu, Kesha menutup mata Afika.

"Yang belum cukup umur, ngga boleh lihat." ledeknya.

Afika pun menginjak kaki Kesha, mereka saling tertawa dan mereka pun pergi menjauh dari ruangan itu.

"Raffa, maafkan aku." ucap Almyra dengan penuh penyesalan.

Raffa masih kaget dengan perlakuan Almyra saat ini, kemudian ia pun membalas pelukan Almyra.

Ia tersenyum dan mempererat pelukannya.

"Kamu ngga perlu minta maaf." ujarnya.

Almyra menggelengkan kepalanya yang masih berada dipelukkan Raffa.

"Aku terlalu bodoh, Raffa. Aku..." ucap Almyra yang terputus.

"Ssstttt..."

Raffa melepaskan pelukannya dan menatap wajah Almyra.

"Ngga usah dibahas." kata Raffa sambil tersenyum lebar, Almyra yang melihatnya juga membalas senyumannya, lalu, Almyra mengangguk dan memeluk Raffa kembali.

"Aku sayang kamu, Raffa." ucap Almyra tanpa sadar.

Raffa kaget dengan ucapan Almyra barusan. Ia pun melepaskan pelukan Almyra dan bertanya kembali pada gadis itu.

Almyra yang menyadari akan ucapannya itu pun menggigit bibir bawahnya, pipinya pun sepertinya sudah merah merona saat ini.

"Coba ulang, Kamu bilang apa?" kata Raffa pura-pura tak mendengar ucapan Almyra, agar gadis itu mengulang ucapannya.

Almyra sangat malu, ia seperti ingin memaki dirinya sendiri. Tapi, ia memang benar-benar sayang dengan laki-laki yang ada dihadapannya saat ini.

Entah kapan, tapi Almyra telah memilih bahwa Raffa adalah orang yang tepat untuk masuk ke dalam kehidupannya dan percintaannya.

"Aku sayang kamu." ulang Almyra tegas.

Raffa pun tersenyum mendengar ulang ucapan Almyra dan kemudian mereka berpelukan kembali.

"Aku juga, Almyra." bisik Raffa ke telinga gadis itu.

"Aku mencintaimu." lanjutnya.




















Haiii semuanya
Hmmm
Begitulah, haha
Bagaimana ceritanya?
Tolong vote dan komen ya;)
Selamat membaca

My Love Almyra (END)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt