Lima Puluh Tujuh

3.4K 106 0
                                    

Setelah selesai menonton film, Raffa mengajak Almyra ke sebuah toko baju.

Almyra diam seribu bahasa atas perlakuan Raffa tadi, melihat kekasihnya yang sedari tadi tak berbicara, Raffa pun hanya diam. Ia jadi bingung harus apa.

Sebenarnya ia menyesali perbuatan konyol yang ia lakukan di dalam bioskop tadi.

Jujur, Raffa sedari awal bertemu Almyra di kampus, ia tak bisa menahan hasrat untuk dapat mencium bibir gadis itu. Bibir gadisnya yang selalu lembab dengan warna lipstick yang anggun, serta bibir munggilnya yang menggemaskan.

Ah!

Raffa benar-benar gila dibuatnya. Hanya mengecup saja, Almyra diam seribu bahasa.

Menyesal. Hanya itu.

Lalu, Raffa melihat sebuah kemeja yang sepertinya cocok untuk acara di kampusnya nanti. Ia pun mencoba kemeja itu ke kamar ganti.

Saat Raffa menggunakan kemeja baru itu, ia keluar dari kamar ganti dan bertanya kepada Almyra.

"Bagaimana?" tanyanya sambil memutar tubuhnya.

Almyra yang sedang duduk di sofa toko melihat ke arah kekasihnya itu.

Hanya mengangguk.

Melihat kekasihnya hanya memberi respon begitu, Raffa semakin menyesal. Ia yakin bahwa Almyra sedang marah kepadanya.

Raffa kembali ke dalam kamar ganti. Tak lama, Raffa memanggil Almyra dari kamar ganti itu.

"Sayang." teriaknya.

Almyra menoleh dan menghampiri kekasihnya.

Raffa pun menarik Almyra masuk ke dalam kamar ganti dan mengunci pintunya.

Almyra kaget.

Lalu, Raffa memajukan badannya dan membuat Almyra mundur melangkah ke belakang sampai menyentuh dinding.

Tangan kanan Raffa bersender ke dinding, dan mendekatkan wajahnya tepat di hadapan gadisnya itu.

Mata mereka pun saling berpandangan.

Melihat wajah Almyra yang sangat cantik, membuat Raffa tak dapat menahan hasratnya. Tapi, ia harus bertanya kepada kekasihnya itu. Ia tak mau menyesal lagi.

"Kamu marah?" tanyanya.

Mendengar pertanyaan itu, Almyra menggeleng.

"Kamu dari tadi diam, trus angguk geleng, angguk geleng. Ngomong dong sayang." ujar Raffa sambil memegang lembut kepala Almyra.

Akhirnya Almyra berbicara. "Marah kenapa?"

Mendengar ucapan Almyra, membuat Raffa semakin bingung.

"Terus, kenapa kamu dari tadi diam saja?"

"Ya... lagi ingin diam."

"Kamu ngga marah?"

"Untuk?"

"Kejadian tadi di bioskop."

Almyra menaikkan satu alisnya, lalu ia mengingat kejadian apa yang Raffa maksud itu.

"Oh." ujar Almyra.

Tiba-tiba muka Almyra merah merona karena mengingat kejadian itu. Raffa yang melihat wajah Almyra yang merah merona itu pun jadi tersenyum.

"Jadi, kamu panggil aku ke sini cuma buat nanya itu?" tanya Almyra.

Kali ini Raffa yang mengangguk.

"Yasudah, aku keluar ya." kata Almyra.

Sebelum Almyra keluar, tangannya telah dicegah oleh Raffa.

Raffa menarik tubuh Almyra sehingga jarak antara mereka sangat dekat. Bahkan, Raffa tak memberi tempat untuk Almyra kabur.

"Jangan keluar." ucap Raffa.

"Tolong bukakan kancing kemejaku yang ini. Susah." ucap Raffa lagi sambil menunjuk kancing kemeja yang ada di dadanya.

Almyra diam, dan sekarang jantungnya berdetak dengan tak normal. Ia tak mengerti, mengapa Raffa menyuruhnya begitu.

Tanpa bicara, Almyra pun membukakan kancing kemeja Raffa, sampai dada Raffa mulai terlihat.

Melihat wajah gadisnya seperti bingung akan perbuatan konyol Raffa yang kedua kalinya ini, membuat Raffa semakin gemas melihatnya.

Tangan Raffa pun memegang kedua tangan Almyra yang berada di dadanya. Diturunkannya kedua tangan gadisnya itu di samping tubuhnya, mengarahkan untuk memegang pinggangnya.

Lalu, Raffa memundurkan tubuh Almyra sampai ke dinding, dan memberanikan diri untuk memegang dagu gadis itu dengan tangan kanannya.

Tangan kirinya berada di belakang pinggang Almyra. Dan ia pun berbicara dengan nada pelan.

"Boleh aku mencium kamu?" tanyanya.

Mendengar pertanyaan itu, sontak membuat Almyra kaget dan diam.

"Aku harap, diam adalah jawabannya." ucap Raffa dan langsung mengarahkan bibirnya ke bibir Almyra.

Kini, Bibir Raffa menyentuh bibir Almyra, memagut-magut bibir atas kemudian bibir bawahnya, Almyra masih terdiam, dan tak membalas.

Sejenak, Raffa menghentikan permainan bibirnya itu. Ia melihat ke wajah gadisnya dan ternyata Almyra telah memejamkan matanya. Hingga sampai pada hitungan detik, Raffa kembali mencium bibir Almyra yang sangat lembab dan wangi, bibir yang telah membuatnya bergelora dan tak dapat menahan hasratnya. Ia tak membiarkan sedikitpun terlewatkan, ia harus menelusuri semua bibir Almyra, sampai ke sudut bibirnya.

Almyra membuka sedikit bibirnya, sehingga bibir Raffa dapat leluasa, dan lidahnya pun dapat masuk kedalamnya. Kini, lidah mereka bertemu dan saling memadu kasih.

Tak dapat di bayangkan, rasa yang sangat nikmat, membuat Raffa tak bisa berbuat apa-apa dibuatnya. Gadis ini sungguh membuatnya gila.

Tangan Almyra pun naik dari pinggang Raffa dan sekarang berada di bahu Raffa, sedangkan tangan kanan Raffa masih berada di dagu Almyra dan tangan kirinya menarik penuh pinggang Almyra sampai tubuh mereka tidak ada jarak lagi.

Hampir tiga menit mereka berciuman, hingga sampai debar di jantung Almyra kembali normal.

Almyra semakin membuka perlahan bibirnya, benar-benar memberi jalan agar lidahnya Raffa semakin masuk dan menemukan seluruh lidah Almyra, serta masuk menelusuri langit-langit.

Mereka berciuman dengan saling memagut dan menarik, seolah tak ingin terlepaskan.


















Lanjut ga ya?
Jangan lupa Vote dan Komen yang

My Love Almyra (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang