Dua Puluh Delapan

4.2K 141 0
                                    

Almyra berjalan masuk ke dalam rumah Raffa sambil sesekali menahan kakinya yang terluka.

Tidak ada orang di dalamnya, ia semakin masuk sampai di lihatnya, sebuah kamar yang terbuka. Membuat Almyra menghampiri kamar itu.

Sebuah kamar yang megah, luas dan sangat indah. Almyra memandangnya.

Almyra juga hanya diam mematung di depan pintu kamar itu. Melihat Raffa yang sedang menggenggam erat tangan seorang wanita yang sedang tak sadarkan diri di atas sebuah kasur.

Raffa sepertinya mengetahui kehadiran Almyra. Ia menoleh ke arahnya dan menghampiri Almyra.

"Almyra." sebutnya. Dan Almyra pun tersenyum kepadanya.

Raffa menarik tangan Almyra seraya untuk mengikuti dirinya. Raffa pun menyuruh Almyra duduk di sebuah sofa yang keberadaannya tak jauh dari kasur.

"Dia Mamaku." ucap Raffa.

Almyra tersenyum mengerti ucapan Raffa. Kemudian, Raffa meninggalkan kamar itu sebentar untuk mengambil kotak P3K, minyak kayu putih serta air putih. Sama seperti kejadian tadi pagi.

Ia pun mengulangnya. Mengoleskan sedikit minyak kayu putih di hidung Ibunya. Almyra hanya diam mematung di sofa. Sesekali, ia merintih akan nyeri dari kakinya.

Kemudian, Ibu Raffa pun terbangun. Ia sudah sadarkan diri.

"Raffa..." ucap Ibu Raffa sambil memegang pipi anak laki-lakinya itu.

Raffa memegang tangan Ibunya yang sedang memegang pipinya itu. "Iya, Ma."

"Kamu terluka." ujar Ibunya sambil melihat wajah Raffa yang babak belur.

Raffa hanya tersenyum.

Ibu Raffa pun melihat Almyra yang sedang duduk diam di sofa. Raffa yang mengetahui saat Ibunya memandang Almyra, langsung memperkenalkan gadis itu pada Ibunya.

"Dia Almyra, Ma." kata Raffa sambil mengajak Almyra berjalan ke arah Ibunya.

Ibu Raffa pun terbangun dari tidurnya dan menyenderkan badannya ke senderan kasur.

Almyra menyambut Ibu Raffa dengan senyuman.

"Hai cantik." sapa Ibu Raffa.

Mendengar sapaan itu membuat dirinya sedikit malu, Ia pun tetap tersenyum.

"Jadi kamu orangnya." ucap Ibu Raffa sambil memegang dagu Almyra.

Almyra sedikit bingung atas omongan Ibu Raffa, kemudian ia menoleh ke arah Raffa. Pipi Raffa memerah dan seketika ia pun salah tingkah.

"Raffa banyak cerita tentang kamu." ucap Ibunya Raffa lagi.

Kali ini, Almyra menaikan satu alisnya. Jujur, Ibu Raffa hanya berbohong jika Raffa telah cerita banyak tentang Almyra. Hanya saja, dari fakta Raffa yang curhat akan Ibunya, jelas sekali bahwa Raffa benar-benar mencintai gadis cantik yang ada di hadapannya kali ini. Terlebih lagi, ekspresi wajah Raffa yang selalu merah merona di pipinya.

Ibu Raffa pun meraih tangan Almyra.

"Katanya..." putus Ibu Raffa sambil melirik ke arah Raffa. Kemudian melanjutkannya. "Raffa..."

Belum sempat di lanjutkan, Raffa langsung pura-pura mengalihkan pembicaraan yang lain.

"Ma, ini minum dulu air putihnya." kata Raffa sambil memberikan segelas air putih kepada Ibunya.

Ibu Raffa mengerti maksud dari anak laki-lakinya tersebut. Ia pun meraih gelas yang berisikan air putih dan meminumnya. Ia tak menggubris jika anak laki-lakinya itu benar-benar malu.

Kemudian, Raffa pun melihat pelipis Ibunya yang terluka. "Pelipis Mama?" tanya Raffa cemas.

Ibu Raffa kemudian memegang pelipisnya. "Ngga apa-apa, Sayang."

Almyra meraih kotak P3K yang tak jauh dari jangkauannya. Ia pun mengeluarkan obat merah dan menuangkannya ke kapas.

"Maaf, Tante." kata Almyra sambil mengobati pelipis Ibu Raffa.

"Biar Mama saja yang melakukannya." ucap Ibu Raffa.

"Ngga apa-apa, Tante." kata Almyra yang masih mengobati pelipis Ibu Raffa.

Ibu Raffa hanya tersenyum, begitu pun Raffa.

Raffa merasa lega, ia merasa ini adalah awal yang baik ketika Ibunya bertemu dengan Almyra. Walaupun, ia masih tidak bisa memaafkan apa yang telah terjadi tadi antara dirinya dan pria separuh baya itu, yang tak lain adalah Ayahnya sendiri.

"Panggil Mama saja." ucap Ibu Raffa.

Almyra menaikkan kedua alisnya seraya bingung akan ucapan Ibu Raffa.

"Panggil Mama." ulangnya lagi.

Almyra tersenyum dan mengerti. Ia hanya diam tak berbicara apa-apa. Raffa pun tersenyum dan pipinya pun semakin memerah. Ia percaya, bahwa Almyra cepat atau lambat akan akrab dengan Ibunya.

Kalau di pikir-pikir, perbedaan antara Almyra dan Kia memang sangat jauh. Dari selama ia berpacaran dengan Kia, tak pernah sekalipun ia melakukan hal-hal yang seperti Almyra lakukan. Meskipun, ia baru mengenal Almyra.

Waktu itu, Saat Ibu Raffa pernah sakit dan di rawat pun, Kia hanya datang dengan membawa parsel buah atau pun bunga, selebihnya tak ada perhatian lain. Ada perhatian lain, tapi bukan untuk keluarga Raffa melainkan hanya untuk Raffa saja.

Ibu Raffa pun melihat ke kaki kanan Almyra yang terluka dan berlumuran darah.

"Cantik.." kata Ibu Raffa. "Kaki kamu?"

Ibu Raffa pun menunjuknya. Raffa juga melihat ke arah kaki Almyra, begitu pun dengan Almyra.

Raffa kaget melihat itu. Ia pun langsung meminta izin kepada Ibunya untuk membawa gadis itu ke rumah sakit.

"Ya ampun, Maaf Almyra. Kita ngga jadi ke rumah sakit." ucapnya meminta maaf.

"Ngga apa-apa Raffa." ujar Almyra.

"Ma.."

"Iya. Mama ngga apa-apa." ucap Ibunya cepat yang mengerti maksud anaknya tersebut.

"Cepat, kamu bawa ke rumah sakit." lanjutnya kemudian.

Mendapat izin dari Ibunya, Raffa langsung meraih tangan Almyra, tapi Almyra hendak terjatuh saat berdiri. Raffa pun langsung menggendong Almyra dan membawanya ke rumah sakit.


















Hai semuanya...
Selamat membaca, semoga kalian suka yaaa:)
Saya akan berusaha untuk selalu update...
Please!!! Tolong Vote and Comment juga yaa... Tinggalkan jejak kalian;)
Thank you..

My Love Almyra (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang