Hukuman

627 30 1
                                    

"Dari mana saja kamu!" Suara tegas seseorang menggema di seluruh ruang tamu ketika Ayu memasuki rumahnya.

Ayu baru saja pulang sekolah.
Ayu menatap ke arah soffa ruang tamu, sudah terdapat neneknya, dan ada juga mama serta..ah Ayu malas menyebutnya.

"Mah." Ayu menghampiri sang mama yang sudah sangat lama ini tak bertemu, ketika Ayu ingin menyalimi tangan mamanya, malah ditepis oleh Julia--mama Ayu. Julia dikenal sebagai seorang ibu yang galak serta tegas, sejak kecil ayu sangat jarang mendapat kasih sayang dari mamanya.

Setelah mamanya menikah lagi,nbanyak perubahan pada diri sang mama. Julia sangat jarang memberi Ayu perhatian maupun kasih sayang. Hanya bentakan serta omelan yang selalu Ayu dapatkan dari  mamanya.

Kejadian seperti ini sudah lama sekali Ayu alami, namun Ayu masih berusaha tegar untuk menghadapi sikap sang mama.

Terkadang Ayu bingung harus menanggapi seperti apa sikap mamanya ini, mungkin yang hanya bisa Ayu lakukan adalah menangis, menangis dan menangis. Tapi untunglah ada sang nenek yang Senantiasa menguatkan dirinya di kala dirinya sedang rapuh.

"Jam segini baru pulang, ngapain ajah kamu di sekolah?!" Julia melihat jam yang melingkar di tangannya, jam sudah menunjukan pukul lima sore dan Ayu baru pulang padahal Julia sangat tahu jika di bulan puasa seperti ini. Pasti jam pulang sekolah Ayu di percepat.

"Kalo niat kamu hanya ingin memarahi cucu saya, lebih baik kamu keluar dari rumah ini!" Usir Erna-- Nenek Ayu. Sedari tadi Erna sudah menahan gejolak emosi yang ingin meledak melihat tingkah Julia yang menurutnya sudah keterlaluan.

"Wajar mah aku marahin anak aku sendiri," Kata Julia menatap Erna.

"Anak? Selama ini Yang mengurus Ayu saya buka kamu. Kamu hanya ibu yang lebih mementingkan diri sendiri. Lebih baik kamu keluar sekarang juga!" Usir Erna sambil menunjuk ke arah pintu luar.

"Aku hanya Ingin ketemu Ay--" ucapan Julia terhenti ketika Ayu berteriak lantang

"CUKUP!" Ayu memberanikan diri mantap tajam sang mama serta papa tirinya itu.

"Sebaiknya kalian pulang, pintu keluar ada di sebelah sana!" Kata Ayu Penuh Penekanan, setelah itu Ayu segera berlari menuju kamarnya. Ayu menutup pintu kamarnya sangat kencang sehingga membuat orang-orang yang berada di ruang tamu terlonjak kaget.

Ayu membanting tasnya di lantai kemudian menjatuhkan tubuh lelahnya ke kasur empuknya.
Kamar bernuansa hijau muda ini nampak begitu lenggang. Hanya terdengar suara isakan Kecil dari Ayu..Gadis polos ini benar-benar rapuh saat ini. Sudah lama sekali Ayu tak merasakan pelukan hangat Sang mama,nAyu berharap jika mamanya datang langsung memeluk tubuhnya erat. Namun, hanya omelan serta bentakan yang selalu Ayu dapatkan dari sang mama.

Ayu meraih sebuah bingkai foto berukuran 10 R, terdapat sebuah foto Ayu serta ayah Kandungnya. Di dalam foto tersebut Ayu terlihat bahagia ketika sang ayah memeluknya erat.nAyu ingin merasakan hal seperti itu lagi, Ayu merengkuh bingkai foto tersebut dan menangis sejadi-jadinya.

☆☆☆☆

"Mama lo udah keterlaluan menurut gue!" Kata Raina sambil menatap Ayu yang tengah menunduk.

Kini mereka ber empat sedang berada di taman komplek, mereka tak berangkat tarawih malam ini di karenakan malas, seperti kebiasaannya mereka jika sedang bermain-main di komplek Selalu membawa sepeda BMX masing-masing kecuali Ayu. Ayu selalu membawa sepeda warna pink pemberian ayah kandungnya itu.
Kini ke empat sepeda tersebut sudah dijejerkan menjadi palang di tengah jalan agar tidak ada yang lewat.

"Aku gak bisa apa-apa," lirih Ayu.

"Gini deh Yu, menurut gue lo harus berubah. Lo jangan deh polos kayak gini lagi. Lo harus jadi cewek yang tegar dan pemberani," Kata Siska sambil menunjukan kepalan tangannya.

We Are Forever ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora