Firasat

128 17 1
                                    

Waktu terus berjalan begitu cepat. Hubungan Raina dengan Ify sudah kembali membaik seperti biasanya. Saat ini Siska, Raina, Ify dan Ayu tengah diliputi rasa was-was karena pagi ini sedang dilaksanakan acara pengambilan Raport di sekolah.

Ke empat gadis itu di biarkan menunggu di luar. Sementara wali mereka lah yang berada di dalam kelas.

Sampai akhirnya sebuah suara yang menggema di seluruh koridor mengalihkan tatapan ke empat gadis tersebut. Dari kejauhan mereka dapat melihat segerombolan cowok kelas dua belas melangkah mendekati mereka. Siska, Raina, Ify dan Ayu yang saat itu memang sedang duduk langsung bangkit berdiri.

"Ka Aksa."

Aksa dan teman-temannya nampak mengatur napas mereka yang tersenggal-senggal karena lelah berlari.

"Gimana, hasilnya udah keluar?" Tanya Aksa.

Ke empat gadis tersebut menggeleng.

"Mau kuliah dimana Ka?" Tanya Ify.

Aksa tersenyum. Niatnya menghampiri sahabat-sahabat perempuannya untuk memberitahukan kabar bahagia yang baru saja ia dapat.

"Gue ketemu Ayahnya Bang Exel. Dan gue diminta untuk kerja di perusahaannya."

Siska, Raina, Ify dan Ayu membulatkan matanya. Ke empat gadis tersebut cukup terkejut mendengar penjelasan Aksa barusan. Namun mereka juga turut merasakan kebahagiaan atas berita baik yang disampaikan oleh Aksa. Bagus jika Aksa bisa bekerja di perusahaan tempat dimana Bang Exel dulu bekerja.

"Alhamdulillah," ucap mereka semua penuh syukur kepada Tuhan.

"Jadi gimana, kalian mau kan tinggal di rumah Bang Exel? Dan kebetulan anak-anak yang lain juga akan tinggal di sana," kata Aksa.

"Kita udah bicarain ini semua sama keluarga, dan mereka setuju. Sehabis pulang sekolah kita mulai mengemas barang," jawab Ayu.

"Rean sama Erik mana? Gue perlu bicara sama mereka." Aksa mengedarkan pandangannya, mencari keberadaan dua cowok itu. Karena sudah beberapa hari ini Rean dan Erik tidak ikut berkumpul dengannya. Ada sesuatu yang Aksa takutkan mengingat Rean dan Erik adalah orang baru yang masuk ke dalam deretan orang-orang terdekatnya.

"Taman belakang sekolah," jawab Raina.

☆☆☆☆

"Seumur-umur gue baru liat emas sebanyak itu."

Erik mengangguk membenarkan perkataan Rean barusan. Masih tidak menyangka jika di dalam kehidupannya ia bisa melihat banyaknya emas batangan yang tersimpan dalam sebuah gudang rahasia. Awalnya ia mengira semua itu mimpi, namun setelah ia merasakan sakit kala menampar pipinya sendiri, Erik baru yakin apa yang ia lihat adalah nyata.

"Kehidupan mereka bener-bener aneh menurut gue. Segala konflik gak ada sudah-sudahnya," kata Rean.

Baginya, kejadian ini benar-benar pertama kali ia alami selama tujuh belas tahun ia hidup di dunia ini. Rean memiliki banyak teman, tapi tidak sampai seperti mereka. Bagi Rean semua itu aneh.

"Yan, inget lho kita belum ada hak apa-apa soal kejadian itu. Mengingat kita cuma orang baru yang hadir di kehidupan mereka," kata Erik sambil menepuk pundak sahabatnya itu.

Rean mengangguk.

"Arga kemana ya? Udah beberapa hari ini gue gak ketemu dia. Terakhir tuh terakhir kita ulangan."

Erik terdiam, memang dirinya pun belum bertemu lagi dengan Arga. Terakhir mereka bertemu saat terakhir ulangan kenaikan kelas. Erik dan Rean sudah beberapa kali datang ke apartement cowok itu maupun ke rumahnya. Namun selalu tidak ada. Rean dan Erik rindu berkumpul lagi dengan Arga. Mereka berdua sadar, kalau mereka terlalu sibuk dengan berkumpul dengan Aksa. Sampai melupakan sosok Arga yang entah sekarang keberadaanya dimana.

We Are Forever ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang