Terhenti

188 17 2
                                    


18+

Setelah acara pemakaman selesai, Raina beserta keluarganya berkumpul. Di sini juga ada Bandi yang selalu setia berada di dekatnya.

Raina hanya diam memperhatikan Bunda yang tengah merapikan berkas-berkas yang didapat dari ruang kerja Ayah. Raina tidak tahu berkas apa itu, tapi Raina rasa itu adalah berkas penting yang di miliki oleh Ayah.

"Rain."

Raina mendongak menatap wajah Bunda. Bundanya menyodorkan beberapa berkas kepada Raina.

"Simpan ini, kalau Raina butuh pekerjaan. Datang ke kantor Ayahmu. Dan ini uang tabungan dua ratus juta buat Raina. Ini semua dari Ayah, Bunda kasih ini semua buat Raina."

Raina membulatkan matanya cukup terkejut. Bagaimana bisa Bunda melakukan ini di saat dia lebih banyak mengeluarkan banyak kebutuhan. Raina menggeleng kemudian kembali menyerahkan berkas-berkas tersebut ke Bunda.

"Gak. Bunda lebih membutuhkan daripada Raina," ujar Raina tegas.

"Rain, saudara-saudara kamu sudah mendapat bagiannya masing-masing. Ini memang untuk kamu, jangan menolak Rain. Ayah kamu yang meminta Bunda untuk memberikan ini semua," ujar Bunda meyakinkan Raina.

"Terus Bunda gimana?" Tanya Raina.

Bunda tersenyum tulus.

"Besok pagi, Bunda sama saudara-saudaramu akan pulang ke Jawa. Bunda memilih menjual rumah ini, Raina ikut ya sama Bunda."

Raina menatap Bandi, meminta persetujuan dari laki-laki tersebut.

"Maaf sebelumnya. Bandi rasa lebih baik Raina di sini aja," kata Bandi.

"Kalo Raina di sini, yang jaga dia siapa nanti?" Tanya Mbak Azhar.

"Bandi yang akan jaga Raina Mbak, kebetulan Bandi tinggal sendirian. Biarin Raina tinggal sama Bandi. Bandi janji akan jaga Raina."

Refleks Raina tertawa. Membuat semua orang menatap ke arahnya. Raina bahkan sampai memukul-mukul kencang bahu Bandi. Membuat Bandi mengaduh kesakitan. Saudara-saudaranya pun ikut tertawa.

"Rain. Jangan dipukul gitu Ah. Kesakitan tuh Bandinya," ujar Bunda.

Raina lantas berhenti tertawa. Ia mengatur napasnya yang tak beraturan karena terlalu lama tertawa.

"Gue ko jadi baper lo ngomong gitu," ujar Raina menatap genit ke arah Bandi.

Bandi memilih membuang wajahnya, karena tak kuat melihat wajah Raina yang nampak sangat Cute.

"Rain. Lagi serius lho ini!" Tegur Mbak Azhar.

"Iya iya, jadi gimana. Raina ikut siapa aja gak masalah asalkan gak ngerepotin."

"Lo sama gue Na, Bun. Biarin Raina sama Bandi ya." Bandi meminta Izin kepada Bunda.

"Gimana Rain?" Tanya Bunda.

Raina mengangguk, "Ya udah. Raina ikut Bandi aja, Makasih banyak Bunda buat semuanya. Maafin Raina udah ngerepotin Bunda, Raina janji akan lebih sering-sering kunjungi Bunda." Raina lantas memeluk erat tubuh Bunda. Yang dibalas tak kalah erat oleh Bunda.

"Sama-sama Nak. Jaga diri Raina baik-baik ya. Baju-baju Raina udah beres semua, gak apa-apa ya Raina pindah sekarang?" Tanya Bunda yang langsung diangguki oleh Raina.

"Bunda gak mau Raina bantu?" Tanya Raina.

Bunda menggeleng, "Gak perlu. Kamu harus segera urus keperluan kamu. Nanti saudara Ayahmu dari Bogor akan datang ke sini."

We Are Forever ✓Où les histoires vivent. Découvrez maintenant