Do Not Care

162 11 0
                                    

Sebuah ruangan, sama seperti kelas hanya saja cuma ada dua meja dan dua kursi. Ruangan yang akan ditempati untuk dua orang.
Satunya untuk yang mengajar dan satunya untuk yang akan belajar.

Ruangan ini berbeda dengan ruangan yang biasa ditempati oleh siswa-siswi yang lainnya, ini ruangan khusus yang hanya boleh ditempati oleh murid seperti Ayu.

Ayu baru saja memasuki kelas barunya dibantu oleh Siska. Hari ini Ayu sudah mulai kembali ke sekolah. Namun ia harus mendapat bimbingan khusus.

"Duduk." Siska mendudukan Ayu di sebuah kursi yang sudah tersedia. Guru yang nanti akan mengajar Ayu belum datang mengingat bel masuk belum berbunyi.

Ada perkembangan, di acara kemarin malam. Ayu sempat merespon sahabat-sahabatnya walaupun hanya sebatas gerakan tubuh. Gadis itu belum mau bicara.

"Semoga aja, dengan adanya lo di sini. Bisa membawa perkembangan ya buat lo," kata Siska sambil berjongkok di dekat Ayu.

Semenjak kejadian itu, keadaan Ayu benar-benar sangat berbeda. Trauma akibat kejadian yang pernah ia alami, membuat banyak perubahan pada dirinya. Ayu yang biasa banyak omong lebih suka diam sekarang, lebih suka bengong menatap sesuatu dengan tatapan yang kosong. Jika ia mendengar suara yang bising-bising pasti ia akan menjerit.

Tapi beruntungnya di acara semalam, Ayu tidak mengalami kejadian apa-apa. Kondisinya tenang mungkin karena hatinya tengah diliputi rasa bahagia walaupun Ayu tak bisa menunjukannya.

Siska mengedarkan pandangannya keluar kelas, barang kali ia bisa menemukan Ify dan Raina. Tadi saat berangkat sekolah, Siska tak bersama kedua sahabatnya karena kedua sahabatnya sama-sama sudah berangkat sekolah lebih dulu. Maka dari itu Siska memilih untuk berangkat sekolah dengan Ayu menggunakan mobil yang dikendarai oleh Supir pribadi.

Menurut keterangan Dokter beberapa waktu lalu, Ayu memang mengalami trauma hebat, ia sering menjerit jika mendengar suara bising karena ia teringat dengan jeritan-jeritan kesakitan yang ia dengar di tempat kejadian, soal ia banyak melamun kemungkinan gadis itu tengah berperang melawan memori-memori buruk yang tak mau pergi dari pikirannya.

"Raina," panggil Siska.

Siska segera berjalan keluar saat melihat sahabatnya itu tengah melewati kelas tempat dimana ia dan Ayu berada.

"Kelasnya di mana?" Tanya Raina datar.

"Yang ini Rain, ayo." Siska mengajak Raina untuk memasuki kelas yang sudah terdapat Ayu yang tengah duduk.

Raina tersenyum, lalu melangkah mendekati kursi Ayu.

"Udah siap? Lo gak usah tegang. Gurunya baik ko," kata Raina sambil menepuk pundak Ayu.

Ayu meresponnya hanya dengan anggukan saja. Itupun tanpa menoleh ke arah Raina.

"Ify mana Rain?" Tanya Siska.

Raina terdiam, ia juga sedari tadi tak melihat Ify. Ia pikir Ify sudah dengan Siska nyatanya tidak, Raina juga tak melihat gadis itu di kelas tadi.

"Gue pikir sama lo."

☆☆☆☆

Ify terduduk di salah satu kursi yang ada di taman belakang sekolah, cuaca pagi ini sangat mendukung apalagi di tambah bunyi burung-burung yang saling bersahutan menambah kenyamanan pada suasana.

Senyum gadis itu pudar berganti dengan air mata yang seolah-olah tak mau berhenti dari semalam. Mengapa kejadian semalam terus berputar di otaknya seperti kaset rusak.

Masih belum mempercayai dengan apa yang ia rasakan, hatinya benar-benar hancur saat tahu sebuah fakta mengejutkan yang mengatakan bahwa Arga, cowok yang ia sukai ternyata menyukai sahabatnya sendiri. Ify mencoba berdamai dengan egonya namun ia kalah.

We Are Forever ✓Where stories live. Discover now