Cepat sembuh siska

266 29 2
                                    

"Makan nih bubur!" Diah-- bibinya Siska memberikan semangkuk bubur untuk keponakannya tersebut, sejujurnya Diah sudah sangat geram sekali melihat Siska yang kemarin pulang dari main sudah terluka seperti ini.

Diah sangat yakin jika keponakannya yang sangat nakal ini habis berkelahi. Diah sudah dapat menebak hal itu.

"Yaelah bi. bubur dimana-mana juga pake Ayam, kerupuk sama bawang goreng. Lah ini apaan bubur sepi begini kaga ada apa-apanya!" Siska yang kondisinya masih lemah tersebut masih saja bisa berkata seperti itu.

"Bersyukur jadi orang. Kalau enggak mau bibi kasih kucing nih!" Kata Diah sambil mengambil mangkuk bubur yang tadi ia berikan untuk keponakannya itu.

"Jangankan Ika, kuncing aja kaga mau dikasih bubur hambar begitu."

"Yaelah tuh mulut lama-lama gue sumpelin mangkok juga!" Kata Diah gregetan.

"Assalamualaikum!"

Diah hampir saja menjatuhkan mangkuk bubur yang ada di tangannya ke lantai karena terkejut mendengar suara cetar membahana sahabat-sahabatnya Siska yang main masuk saja ke dalam kamar Siska.

"Heh bocah, ngucap salam biasa aja ngape si. Dikira gue budek apa!" Omel Diah dengan logat betawinya.

Raina, Ify dan Ayu hanya cengengsan saja, "Maaf bi. Anggap aja ini kejutan kecil-kecilan dari kita," Kata Ayu.

"Ada-ada aja kelakuan lo. Udeh bibi mao ke dapur dulu."

"Ada baiknya jika bibi Diah ingin ke dapur. Bibi membuatkan kita minum. Dikasih aer sirop juga kita mah udah bersyukur banget!" Kata Ify.

"Kaga puasa?" Tanya Siska.

"Barusan batal," Jawab Raina.

Raina menghempaskan tubuhnya begitu saja ke kasur empuk milik s Siska. Membuat Siska yang tengah berbaring tersebut terganggu ketenangannya.

"Gimana keadaan lo?" Tanya Raina.

"Udah nggak apa-apa," Jawab Siska sambil menatap Raina yang tiduran di sampingnya.

"Bagus."

"Ada perkembangan gak sama nilai kita di raport?" Tanya Siska sambil menatap satu persatu sahabatnya itu.

"Alhamdulillah peringkat aku masih bertahan di tempatnya, enggak pindah-pindah," Jawab Ayu.

"Bagus, pertahanin terus peringkat lo. Biar di antara kita berempat kaga ada yang bego-bego amat. Kita berharap banyak sama lo Yu, kita pengen di antara kita setidaknya ada satu yang sukses," Kata Siska. Sorot matanya meneduh ketika Siska menatap Ayu yang sedang berdiri di depannya itu.

Harapan mereka saat ini hanya Ayu. Mereka berharap Ayu bisa membawa perubahan untuk persahabatan mereka di masa yang akan datang nanti.

"Iya. Ini juga berkat kalian yang selalu suport aku. Selalu membantu aku mengerjakan tugas-tugas yang tidak aku mengerti walau nyatanya banyak yang salah."

"Itulah gunanya sahabat Yu, harus membantu sahabatnya ketika sedang kesusahan. Kita siap mengulurkan tangan kita untuk membantu sahabat kita. Gue harap sih kalian gak ada yang berubah, gue harap kita terus-terusan kaya gini sampe kita nenek-nenek nanti," Kata Raina.

Ketika Raina, Siska, Ify dan Ayu masih duduk di bangku sekolah dasar, mereka selalu berangan-angan menggapai cita-cita mereka sampai sukses nanti. Dulu, ketika mereka masih belum mengerti apa-apa mereka berkhayal ingin terbang ke langit ke tujuh agar bisa bertemu dengan Tuhan.

Mereka ingin mengucapkan beribu-ribu kata terima kasih pada Tuhan. Untuk segala hal yang telah Tuhan berikan untuk mereka. Dan sekarang Tuhan masih mempersatukan mereka hingga mereka sebesar ini.

"Kalau gue butuh bantuan kalian, kalian siap bantu gue? Karena gue yakin, suatu saat akan datang dimana gue sangat butuh bantuan kalian. Di saat gue bener-bener rapuh, gue butuh tangan kalian untuk menggenggam erat gue." Raina tersenyum hangat menatap orang-orang yang sangat berarti baginya itu.

"Tenang Rain, kita akan selalu ada buat lo sampai kapan pun," Jawab Ify sambil tersenyum ke arah Raina.

"Siska mau minum?" Tanya Ayu. Ayu menatap Siska yang sedang mencoba meraih gelas yang terletak di atas nakas. Sepertinya Siska kesulitan untuk menggapainya.

Ayu pun segera mengambil gelas tersebut, lalu diberikan kepada siska. Siska tersenyum ke arah Ayu kemudian ia mulai meneguk habis air tersebut.

"Lo udah minum obat?" Tanya Ify.

Siska menggeleng, "Belum, coba bayangin aja ama lo. Gue dikasih obat sebesar biji salak. Itu dokter niat nyembuhin apa mau bikin gue mati si. Yang ada tuh obat kaga masuk ke dalam perut gue, melainkan nyangkut nih di tenggorokan."

"Mana ada sih obat segede biji salak, ngaco lo!" Kata Ify sambil memukul kaki Siska.

Kemudian Ify melangkah menuju nakas, Ify mengambil sebuah plastik berwarna putih yang terdapat sebuah stempel bergambar rumah sakit. Di dalam plastik tersebut terdapat beberapa bungkus obat, Ify mengambil obat tersebut.

"Minum Ka,nbiar lo cepet sembuh," Kata ify sambil memberikan beberapa butir obat kepada Siska.

"Yu ambil aer anget sana ke dapur. Sekalian samperin bi Diah, ini dari tadi minuman kaga dateng-dateng keburu mati keausan nih gue!" Kata Ify.

"Oke siap!" Ayu pun melangkah keluar dari kamar Siska untuk menuju dapur.

"Kalau pengen sembuh ya minum obat Ka!" Kata Raina tanpa menatap ke arah Siska.

Tak butuh waktu lama, Ayu datang dengan membawa nampan berisi minuman sirup serta satu gelas air hangat untuk Siska minum obat. Ayu menaruh nampan tersebut di atas nakas.

"Bi Diah kemana Yu?" Tanya Ify tanpa melirik ke arahAyu. Ify begitu perhatian sekali pada sahabatnya yang sedang sakit ini. Ify dengan sabarnya menghancurkan obat-obatan agar dapat memudahkan Siska meminumnya, karena Siska tak bisa menelan obat yang bentuknya utuh.

"Ada di depan," Jawab Ayu.

"Rain," Panggil Ify. Raina yang tengah melamun menatap langit-langit kamar Siska pun dibuyarkan oleh suara lembut Ify, Raina segera menoleh ke arah sahabatnya itu.

"Ada apa?"

"Kemarin ka Bandi yang nolongin lo kan?" Tanya Ify. Dan Raina pun mengangguk.

"Lo merasa gak si? Dari sikap ka Bandi ke lo tuh beda. Gue rasa ka Bandi suka sama lo."

"Aku rasa juga begitu," Sambung Ayu.

Raina hanya tertawa saja menanggapi ucapan Ify tadi, "Haha ya ampun fy, lo yang bener aja. Mana ada Bandi suka sama gue, lo lupa, gue kan sama Bandi temenan udah lama banget. Ya kali dia suka sama gue,"

"Lo kalau dibilangin gitu si! Percaya Rain sama gue."

Raina hanya mengabaikan perkataan Ify tadi. Ia tak ingin memikirkan soal laki-laki saat ini, baginya, membicarakan masalah laki-laki hanya buang-buang waktu saja.

Tapi, apa yang dikatakan oleh Ify ada benarnya juga. Raina merasakan ada hal aneh di setiap Raina sedang bersama Bandi. Bandi yang notabennya adalah teman Raina sejak SMP itu mulai bersikap aneh jika sedang bersama Raina. Bandi yang perhatian sekali dengan Raina, Bandi yang selalu ada di saat Raina sedang kesusahan. Tidak seharusnya Raina mengsalah artikan sikap Bandi selama ini.

Ah yasudah lah. Raina tak ingin memikirkan hal itu walaupun banyak sekali pertanyaan di otaknya. Biarkan waktu saja yang menjawab semuanya.

We Are Forever ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang