Bertemu Lagi

182 12 0
                                    

Sesampainya mereka di Rumah Sakit. Ify langsung dipindahkan ke brankar yang sudah disiapkan oleh beberapa Perawat.

Siska dan Raina berlari cepat di lorong Rumah Sakit sambil membantu para Perawat mendorong brankar, Ify masih saja betah memejamkan matanya. Sepertinya enggan sekali untuk membukanya barang sebentar saja.

Hingga akhirnya mereka sampai di depan UGD, ketika Siska dan Raina berniat untuk masuk ke dalam ruangan, tiba-tiba seorang Perawat menahan mereka.

"Maaf Ka, biar kami tangani dulu temennya. Kakak boleh tunggu di sana," kata Perawat tersebut, kemudian menutup pintu ruangan.

Raina mengusap wajahnya kasar, bagaimana bisa ini semua sampai terjadi menimpa salah satu sahabatnya. Sementara Siska, Siska sudah terduduk di lantai sambil menangis. Menangisi Ify yang saat ini tengah ditangani oleh Dokter di dalam sana.

"Gue gak akan bisa nerima semuanya." Dapat Raina lihat, Siska begitu merasa sedih karena ini. Tidak hanya kesedihan yang terpancar di wajah Siska, namun kemarahan pun terpancar dengan sangat jelas. Raina mengerti keadaan Siska sekarang. Namun, ia juga tidak bisa berbuat apa-apa selain mendoakan yang terbaik untuk Ify.

"Siska! Raina!"

Siska dan Raina pun sontak menoleh ke sumber suara yang begitu menggema di lorong rumah sakit ini, dapat di lihat dari kejauhan. Mamah dan Kakaknya Ify berlari menuju ke arah mereka berdua. Dan ada juga satu sahabat mereka yang ikut datang ke sini.

"Dimana Ify, Rain?" Tanya Yanti sambil mencengkram kedua bahu Raina.

Raina berusaha untuk setenang mungkin, Raina tidak boleh menangis. Jika Raina menangis yang ada suasana makin gak karuan.

"Ify lagi di tangani sama Dokter," jawab Raina lirih.

Yanti menghembuskan napasnya, sebenarnya apa yang terjadi dengan mereka, sampai-sampai anaknya terluka seperti ini, Yanti mendapat sebuah pesan dari Raina, kalau Ify masuk ke Rumah Sakit. Maka dari itu, Yanti pun segera berangkat ke Rumah Sakit bersama dengan anak laki-lakinya. Yanti pun sempat menjemput Ayu terlebih dahulu untuk ikut dengannya.

Deni selaku Kakaknya Ify, sangat amat tahu seluk beluk adiknya dan juga para sahabatnya. Dapat dilihat memar-memar di wajah Siska dan Raina. Pasti mereka habis berantem.

"Siska ngapain duduk di lantai, ayo berdiri. Duduk di sana aja." Ayu membantu Siska untuk berdiri dan membawa Siska duduk di sebuah kursi ruang tunggu.

"Kalian kenapa? Ini muka kalian juga bonyok-bonyok. Berantem lagi ya??" Tanya Ayu sambil tangannya mengusap air mata Siska.

"Gue minta maaf." Siska menundukan kepalanya. Dan air mata pun berhasil lolos kembali, Siska tak peduli dengan rasa perih di area wajahnya akibat pukulan-pukulan itu. Yang saat ini ada di pikirannya cuma satu, yaitu Ify.

"Kenapa minta maaf Ka? Kamu gak salah kok," jawab Ayu sambil berusaha menenangkan Siska.

"Gue gak bisa jaga Ify dengan baik. Sampe Ify kayak gini karena gue," jawab Siska.

"Bukan cuma lo yang salah, tapi gue juga," timpal Raina sambil duduk di samping Siska.

"Tapi di antara kita. Gue yang paling tua. Untuk itu tugas gue buat jagain lo semua," jawab Siska.

"Intinya kita saling menjaga. Gak usah bawa-bawa umur siapa yang paling tua," jawab Raina.

Tiba-tiba saja pintu ruangan dibuka. Dan munculah seorang wanita yang mengenakan jas Dokter keluar dengan beberapa Perawat.

Dengan cepat Siska, Raina dan Ayu bangkit berdiri kemudian menghampiri Dokter tersebut. Baru saja Yanti selaku Mamanya Ify, yang amat mengkhawatirkan keadaan anaknya itu ingin bertanya, sudah disela duluan oleh Siska.

We Are Forever ✓Место, где живут истории. Откройте их для себя