Hancur

179 19 0
                                    

Seorang gadis meringis memegangi kepalanya yang terasa sangat pusing, belum lagi di bagian tekuknya yang masih terasa nyeri setelah mendapat pukulan keras yang entah datang darimana. Gadis cantik yang keadaannya sudah sangat berantakan tersebut melihat sekelilingnya. Ia berada di sebuah kamar bernuansa putih, ia yakin ini bukan kamarnya. Lalu dimanakah ia sekarang saat ini?

Siska melihat jam yang sudah menujukan pukul dua belas malam. Gadis itu berusaha mengingat-ngingat kejadian yang berhasil membawanya ke tempat asing ini.

Siska membulatkan matanya kala mengingat sesuatu.

"Raquel, gue yakin dia yang udah culik gue." Siska buru-buru bangkit. Saat akan melangkah, tiba-tiba saja pintu kamar terbuka. Memperlihatkan dua orang gadis dan tiga orang laki-laki.

Siska membulatkan matanya kala melihat Indra, Raquel, Dina dan kedua antek-antek Indra.

Kelima orang tersebut melangkah mendekati Siska.

"Mau apa lo? Keluarin gue dari sini!" Teriak Siska menatap nyalang ke arah orang-orang tersebut.

Raquel tersenyum sinis, "Gak segampang itu cantik."

"Cih, mau lo apa pengecut!" Teriak Siska lantang.

Kini Indra yang melangkah mendekati Siska, laki-laki tersebut membungkukan tubuhnya lalu mendekatkan wajahnya dengan wajah Siska. Siska membuang muka merasa tak sudi menatap wajah Indra.

"Kode itu, cepat kasih tau gue!" Desis Indra.

Siska membulatkan kedua bola matanya, bagaimana bisa Indra tahu soal kode itu. Siska segera mendorong tubuh Indra agar menjauh.

"Maksud lo apa? Kode apa yang lo maksud?"

"Halah gak usah pura-pura bego deh lo, apa yang selama ini lo dan temen-temen lo rahasiain soal Exel?" Tanya Dina.

Siska menatap nyalang ke arah Dina yang tengah tersenyum sinis ke arahnya. Bagaimana bisa mereka semua tahu soal kode yang sudah ditutup rapat-rapat, agar tidak diketahui oleh semua orang termasuk Indra dan antek-anteknya. Siska yakin pasti ada seseorang di balik ini semua, namun ia tak mampu berpikir di saat sedang seperti ini. Dalam hati, Siska terus memaki orang-orang yang ada di depannya.

"Dasar bodoh! Ngomongin kode ke orang yang salah!" Siska tertawa sinis.

Indra kembali melangkah mendekati Siska.

Plak

Satu tamparan berhasil mendarat mulus di pipi mulus Siska, tamparan yang begitu keras berhasil merobek sudut bibir Siska. Siska tersenyum sinis menikmati apa yang terjadi pada dirinya saat ini.

"Berani main tangan sama cewek? Gak jauh beda lah sama banci!" Siska menatap nyalang ke arah Indra yang juga tengah menatap ke arahnya.

"Cepet kasih tau gue soal kode itu. Atau.."

"Atau apa? Lo mau bunuh gue, silahkan gue gak peduli!"

"Berani-beraninya lo--" Indra menghempaskan tangannya yang akan menampar kembali pipi Siska.

"Sebelum itu, nikmati dulu kepahitan hidup lo sebelum mati!" Sinis Raquel.

"Silahkan." Raquel, Dina dan Indra melangkah keluar meninggalkan Kedua laki-laki dan Siska. Pintu tertutup rapat, membuat Siska ketakutan. Apalagi melihat kedua laki-laki tersebut yang melangkah mendekat padanya. Satu persatu mereka membuka pakaian hingga memperlihatkan perut telanjang mereka.

Siska beringsut mundur. Gadis itu berusaha mencari jalan agar dapat keluar dari tempat menjijikan ini, sampai akhirnya sebuah cengkraman berhasil menghentikan pergerakan tubuh Siska. Siska menatap mata seorang cowok yang juga tengah menatapnya. Namun Siska dapat melihat ada sesuatu yang berbeda dari tatapan matanya.

We Are Forever ✓Where stories live. Discover now