Dinda

228 18 0
                                    

Jam menunjukan pukul 07:30 pagi. Raina, Siska, Ify dan Ayu. Sudah berada di sebuah Tempat Pemakaman Umum yang menjadi tempat tujuan mereka awal pagi ini. Berpuluh-puluh gundukan tanah mereka lewati. Tanah luas tempat mereka berada padat oleh gundukan tanah yang dijadikan sebagai tempat peristirahatan terakhir bagi orang yang telah mati.

"Udah berapa tahun dia pergi?" Tanya Siska yang tengah menenteng kantung plastik berisi bunga.

"Dua tahun," jawab Raina.

Mereka ber empat menghentikan langkah mereka ketika mereka sudah sampai di tempat tujuan. Di depan mereka saat ini, ada sebuah gundukan tanah yang dipenuhi oleh rumput hijau. Batu nisan yang menghiasi gundukan tanah tersebut nampak bersih. Sepertinya sudah ada yang datang ke sini sebelum mereka.

Mereka berjongkok saling berhadapan dan hanya dibatasi oleh gundukan tanah di tengah-tengah mereka, Raina mengelus pelan nisan yang sudah terdapat coretan indah sebuah nama seseorang yang telah pergi. Waktu berjalan begitu cepat, hingga tak terasa dia telah pergi selama dua tahun. Mengingat kejadian dimana yang membuat dia pergi, membuat ke empat gadis remaja ini sedih sekaligus marah.

"Gimana kabar lo? Gue harap lo baik-baik aja di sana, maaf, kita baru ke sini buat jengukin lo. Lo jangan mikir yang macem-macem ya tentang kita. Kita gak akan lupa sama lo, sampai kapan pun," kata Raina.

"Rain, berdoa dulu yuk."
Raina menatap ke arah siska yang berada di depannya. Kemudian ia mengangguk pelan. Semuanya memejamkan mata. Merapalkan doa terbaik di dalam hati mereka untuk sahabat mereka yang telah pergi.

Kejadian beberapa tahun lalu terlintas di dalam benak mereka. Kejadian amat tragis sehingga membuat orang yang mereka sayangi pergi.

☆☆☆☆

"Kalian diam di sini, lo tenang Rain, Sis, Fy. Gue pasti baik-baik aja. Kita ngelakuin ini demi Ayu. Jadi kalian harus percaya sama gue, kalo gue pasti bisa." Seorang gadis yang memiliki rambut indah. Terus saja meyakinkan ketiga sahabatnya yang nampaknya sangat mengkhawatirkan dirinya.

"Dinda, lo tau sendiri kan, kalo Indra itu licik. Lo gak inget? Berapa banyak korban akibat kelicikan Indra. Biar gue aja, lo tetap di sini oke?" Kata Raina sambil memberikan tatapan meyakinkan.

Dinda tersenyum, "Rain, gue tau lo mahir dalam soal jalanan kayak gini. Tapi apa salahnya gue mencoba. Gue ingin bisa menaklukan sosok Indra si Raja jalanan."

"Kita bisa cari cara lain untuk biaya mengobatan Ayu!" Kesal Ify.

"Cara apa lagi Fy, kita udah manggung di beberapa cafe buat cari tambahan untuk mengobatan Ayu. Tapi itu aja masih kurang. Dan ini, ini kesempatan buat kita. Hadiahnya lebih dari cukup untuk biaya mengobatan Ayu," kata Dinda.

"Waktunya enggak banyak, jadi gimana?" Tanya Siska sambil menatap satu persatu sahabatnya.

"Biarin gue yang ngelakuin ini semua, dan maaf kalo gue gagal dalam hal ini. Gue akan buktiin sama kalian kalau gue bisa," kata Dinda.

Raina, Siska dan Ify hanya dapat menghela napas dengan kasar. Kemudian mereka bertiga mengangguk lemah. Dinda tersenyum, kemudian ia segera berlari menuju tempat dimana acara balap motor itu berada, ya mereka tengah berada di sebuah acara balap motor. Balap motor ini termasuk balap motor liar yang dilakukan oleh anak remaja.

Dinda menerima tawaran balap liar ini karena hadiahnya cukup menguntungkan, Dinda pikir, jika ia dapat memenangkan pertandingan ini. Otomatis ia dapat membantu temannya yang tengah terbaring di Rumah Sakit.

Dinda melihat ke arah Raina, Siska dan Ify yang berada tak jauh darinya. Dinda memberikan senyuman yang sulit diartikan. Kemudian Dinda segera menaiki motor besar berwarna merah, dengan merapalkan doa di dalam hatinya. Dinda segera mengenakan helm. Tangan kanannya terus menggerung-gerungkan motor yang ia naiki. Ia menatap ke arah samping tempat dimana saingannya berada. Saingannya tersebut memberikan senyum devilnya namun hal itu sama sekali tak membuat nyali Dinda menciut.

We Are Forever ✓Where stories live. Discover now